Tuesday, November 15, 2016

Ulama

Assalamualaikum wr wb...

Long time no see alias lama tak jumpa, cape juga ngikutin cerita politik yang marak akhir-akhir ini, ada ribuan versi dan terserah kita mau ambil yang mana, subhanalah...

Sebagai pengisi waktu dan alternate dari kejenuhan berita kekinian dibawah ini saya comot cerita dari Metromini News 24/09/2016 (punteun om numpang copas) yang menyajikan cerita ulama Salafus Shalihin dan saya tambahkan cerita dari Bumi Nusantara, please enjoy it......

Kisah teladan ulama salafus sholeh, AI-mam Malik (179 H) diminta Khalifah Harun Ar Rasyid untuk berkunjung ke istana dan mengajar Hadits kepadanya. Tidak hanya menolak datang, ulama yang bergelar Imam Dar Al Hijrah itu malah meminta agar Khalifah yang datang ke rumahnya untuk belajar, ”Wahai Amirul Mukminin, ilmu itu didatangi, tidak mendatangi.”

Akhirnya, mau tidak mau, Harun Ar Rasyidlah yang datang kepada Imam Malik untuk belajar. Demikianlah sikap Imam Malik ketika berhadapan dengan penguasa yang adil, semisal Ar Rasyid. Ia diperlakukan sama dengan para pencari ilmu lainnya, dari kalangan rakyat jelata. Selain itu, para ulama menilai, kedekatan dengan penguasa bisa menimbulkan banyak fitnah. Kisah ini termaktub dalam Adab As Syari’iyah (2/52).

Tidak hanya Imam Malik yang memperlakukan Ar Rasyid demikian. Para ulama lainnya pun memiliki sikap yang sama. Suatu saat, Ar Rasyid pernah meminta kepada Abu Yusuf, qadhi negara waktu itu, untuk mengundang para ulama Hadits agar mengajar Hadits di istananya.

Ada pula sebuah kisah menarik lainnya, tentang Imam Al Auza’i (157 H). Setelah memberi nasihat kepada Khalifah Al Manshur, beliau meminta izin kepada Khalifah untuk pergi meninggalkannya demi menjenguk anaknya di negeri lain. Al Manshur merasa bahwa Al Auza’i telah berjasa kepadanya, karena nasihat-nasihat yang telah disampaikan kepadanya. Akhirnya, ia ingin memberi ”bekal perjalanan” untuk ulama ini. Namun, apa yang terjadi?

Sebagaimana disebutkan dalam Al Mashabih Al Mudzi` (2/133,134), Imam Al Auza’i menolak. ”Saya tidak membutuhkan itu semua. Saya tidak sedang menjual nasihat, walau untuk seluruh dunia dan seisinya,” ucap beliau tegas.

Sungguh sebuah adab yang luar biasa.

Selanjutnya ada cerita dari Kalimantan Selatan tentang seorang Guru.

Suatu hari Sang Guru diundang oleh salah seorang muridnya untuk menghadiri acara hajatan di rumahnya. Sang Guru memenuhi undangan tersebut, memberikan nasehat dan wejangan karena diminta tuan rumah, Saat pamit pulang tuan rumah memberikan amplop yang serta merta ditolak oleh Sang Guru, kemudian tuan rumah memaksa dan mengatakan itu hanya untuk ongkos becak pulang. Akhirnya amplop tersebut diterima dan pulanglah Sang Guru dengan menaiki becak, sampai didepan rumah Sang Guru turun dari becak dan memberikan amplop tadi kepada pengemudi becak, betapa kaget pengemudi becak tersebut dan menolak amplop tersebut sambil berkata bahwa Sang Guru tidak usah bayar ongkos becaknya. Sang Guru menjawab dengan santun " Amplop ini dititipkan kepada saya untuk bapak, tidak ada hak bagi saya untuk menerimanya, ambillah ini rezeki dari Allah yang dititipkan pada tuan rumah tadi kemudian kepada saya". (konon dari cerita yang saya dapat, isi amplop itu senilai dengan 3 buah becak).

Duhai betapa indah amanah, terutama bila dipertontonkan oleh seorang Ulama.

Allahua'alam bissawab
Barakallahuliwalakum
Wassalamualaikum wr wb

ACT

Tuesday, November 8, 2016

Galau

Assalamualaikum wr wb…

Telah 2 minggu ini gelisah datang, maksud hati tak hendak mencampuri  keramaian yang ada namun apa daya, begitu kuat gejolak menghantam hingga tak lagi kuasa memendam kata, semoga ada manfaat bagi kita semua dan tidak menjadi mudharat setelahnya… amiinn.

                            Aroma

Hampir satu bulan sudah aroma itu terpapar
Aroma Kebencian yang sungguh luar biasa
Menyengat dan menyesakkan udara
Dilepas oleh mereka yang  harusnya santun berkata
Oleh mereka yang didengar dan dipercaya

Aroma itu menyelinap, merasuk dan menyeruak
Menyusup di relung jiwa
Pada sudut kalbu yang tak terjaga
Menoreh menggurat akal dan logika
Meninggalkan luka menganga

Aroma itu menghunjam
Jauh ke dasar bumi terdalam
Menggelepar mengoyak menghantam
Membangunkan mereka yg tertidur didalam
Merintih dunia dalam kelam

Aroma itu melesat
Menggetarkan angkasa dengan kerasnya
Memenuhi semesta raya
Terhenyak penghuni langit karenanya
Bergemuruh semesta dalam cemasnya

Yaa Robbana…. Ampuni kami
Yaa Robbana…. Terangi hati kami

Yaa Robbana, beri  kekuatan
Pada para sahabat yang tak putus berjuang
Di sudut Musholla, di tepian Masjid, di keremangan Rubat
Yang tak henti tafakur dan berzikir
Yang memohonkan ampunan bagi kami semua

Yaa Robbana, beri  kekuatan
Pada Malaikatul Moqarrabin yang tak putus berjuang
Merayu Semesta Langit dan Bumi
Agar tak mengembalikan aroma benci
Yang dapat menjadi bencana dan azab bagi kami

Duhai Nurun ala Nurin
Duhai Asbabul asbab
Duhai Zat Yang Maha Kasih dan Maha Pengampun
Ampuni kami..ampuni kami..ampuni kami

Allahu’alam bissawab
Syai’un lillahi lahum
Barakallahu li walakum
Wassalamualaikum Wr Wb

Jakarta,  11 Nopember 2016

ACT

Wednesday, October 26, 2016

Dua Kalimah Syahadat

Syahadatain 

Syahadatain (2 persaksian) merupakan Pilar (Rukun) Islam yang pertama, dapat dipastikan semua yang mengaku beragama Islam hafal dengan kalimah pendek ini, bahkan anak saya yang baru kelas 1 SD (sekarang sudah kelas 2 SMP - wow ternyata sudah lama yah) setiap pagi meneriakkan kalimah ini yang mereka sebut ikrar.

Sudah ribuan lembar kertas dan buku dari para Masyaikh dan Ulama serta Cerdik Pandai yang mengupas dan membahas tentang ini, menandakan betapa pentingnya, bahkan Jibril as, khusus turun ke bumi untuk mengajarkan ini kepada para sahabat (Syarah arba'in an Nawawiah -2-).

Dalam hadist Qudsi Rasuulullah saw menyampaikan bahwa Allah swt berkata: "barang siapa bersyahadat, maka surga baginya", betapa dahsyat akibat dari kalimat ini sampai mencemaskan sahabat (Umar ra, dalam riwayat lain Jabir ra) yang segera mengusulkan pada Rasulullah agar jangan disampaikan dulu kepada umat, khawatir nanti ibadahnya berkurang.

Kalimah inilah yang tergantung di pintu surga, yang dibaca oleh Nabiullah Adam as. pada saat memohon ampun kepada Allah swt, oleh karenanya barang siapa yang tidak penah melafalkan kalimah ini selama hidupnya, maka surga tidak mengenalnya.

Kalimah ini adalah pass key menuju Allah swt, sehingga barang siapa melafalkannya maka :
  - Allah swt mengenalnya
  - Islam jadi agamanya 
  - Surga me-registernya (karena janji Allah)
  - Malaikat siap melayaninya (karena lebih sempurna/Ahsani takwim)
  - Alam semesta siap menerima perintahnya (karena khalifah di bumi/Khalifatul Ardh)

Itulah sebabnya dalam sehari minimal 9 (2+2+1+2+2) kali kita melafalkannya dalam tasyahud, sehingga setiap hari minimal 9 kali kita memperbaharui Islam kita (refresh tauhid).

Mari kita luruskan syahadat kita sambil menegakkan rukun lainnya, insya Allah topik selanjutnya akan kita bahas tentang "sudahkah kita ber-syahadat"

Allahualam bissawab

ACT

Thursday, October 20, 2016

Pola Makan Sehat (4 sehat 5 sempurna)


Assalamualaikum wr wb

Semoga Allah swt senantiasa melimpahkan barokah dan rahmatNya bagi kita semua, aammiinn.
Tulisan dibawah ini pernah saya muat di beberapa group Whats app yang saya ikuti, akan tetapi tidak ada yang merespon, mungkin tidak berkenan.

Kali ini saya coba mengulanginya di blog ini, semoga jadi manfaat baik bagi yang membaca wabil khusus bagi saya pribadi.

Sejak kecil kita telah belajar tentang makanan sehat, mulai dari 4 sehat 5 sempurna sampai bermacam-macam tips dari sisi kesehatan, kebugaran sampai pada kecantikan (maksudnya makanan yang berpengaruh pada penampakan, hehe). Ada seribu satu pola makan, mulai dari makanannya sendiri sampai kepada bagaimana cara membuat sampai cara memakannya. Ujung dari semua itu tidak lebih dan tidak kurang agar kita selalu sehat (menurut yang menulis).

Saya mencoba melihat dari sudut pandang lain mengenai makan dan makanan ini, yaitu dari sudut pandang Islam sebagai berikut.

Pola Makan Sehat untuk muslim :

  1.    Halal, pastikan bahwa makanan berasal dari harta yg halal, bukan hasil korupsi, mencuri atau tindakan negative lainnya, karena dapat menjadi trigger/pemicu untuk timbulnya penyakit seperti sombong, dengki, dendam, hasad dan hasud yang pada akhirnya menjadi penyebab penyakit-penyakit fisik akut.
  2.     Basmalah, mulailah dengan basmalah, karena Al Ikhlas mengajarkan kita bahwa Allah adalah 1 dan selainNya adalah 0, sehingga bila aktivitas kita tidak menyertakan Allah, jelas akan terjadi syntax error atau minimal tidak bermanfaat.
  3.     Syukur, bersyukurlah selalu, karena siapa tahu karena bersyukur, hari ini cuma makan sayur, besok bisa makan daging/ikan, kata Allah  : “ La insyakartum La adzidanakum”
  4.     Sehat, makanlah yang bermanfaat bagi tubuh kita, sebab yang buat orang lain sehat, belum tentu buat kita juga sehat, Tanya pada yg lebih tahu, dokter, dukun, orang tua, kakak atau siapa saja yg kita yakin bisa dipercaya.
  5.    Sempurna, Islam meminta kita agar Kaffah atau sempurna, maka sempurnakanlah makan dengan hamdalah, pujian pada Zat yang sangat patut kita puji.

Semoga bermanfaat, Allahu’alam bissawab

ACT

Monday, October 3, 2016

Menjelang 10 Muharram

Karbala 10 Muharram 61 H

Debu mengepul berterbangan, rombongan Sayyidina Husain ra. yg berjumlah 73 orang terdiri dari keluarga dan sahabat, juga terdapat anak2 dan perempuan dalam keadaan kehausan berhadapan dengan 4.000 tentara Syiah Kufah yg dipimpin abu ziyad. Pertempuran yg tidak seimbang itu disaksikan oleh Al Qasim bin Hasan bin Ali bin Abithalib (masih remaja, berkulit putih halus, berwajah tampan sehingga keluarganya memanggilnya si Wajah Rembulan) dari dalam tenda, karena saudara dan pamannya melarangnya untuk keluar ikut berperang. Tapi kemudian ia menyaksikan tentara  kufah sedang mengepung pamannya. Alqasim, putera Al-hasan bin Ali melihat bahaya besar yang sedang mengancam pamannya itu, segera ia menyerbu untuk melindungi pamannya itu. Padahal Alqasim sebenarnya belum layak untuk maju ke medan pertempuran. Ia masih seorang kanak-kanak dan usianya baru pada awal belasan tahun. Sitti Zainab yang melihat tindakan Alqasim itu segera berdiri untuk mencoba menghalang-halangi. Tetapi ternyata gerakannya kalah cepat dengan gerakan seorang prajurit Kufah yang mengayunkan pedangnya ke arah Alhusain r.a. Pedang besar itu berayun ke leher Alhusain r.a. sedang Alqasim yang kecil itu berusaha menahan tebasan tersebut dengan tangannya sambil berseru:

"Hai bedebah! Apakah engkau akan membunuh pamanku?"

Dengan mata kepalanya sendiri Sitti Zainab menyaksikan pedang besar yang hendak menebas leher Alhusain r.a. itu ternyata telah menebas tangan anak kecil tersebut. Sitti Zainab memekik melihat pemandangan yang mengerikan itu. Melihat salah satu tangannya putus, maka Alqasim berteriak kesakitan:

"Oh, ibu…, aduh ibu…" Ia kemudian jatuh tertelentang ke tanah. Mendengar keluh kesakitan anak itu Sitti Zainab kemudian menyahut dari jauh:

"Anakku! Aku datang, anakku!" Segera ia berlari mendekati Alqasim. Tetapi tiba-tiba ia menengadah dan melihat Alhusain r.a. sudah berdiri tegak di dekat kepala Alqasim. Berkatalah Alhusain r.a. kepada anak yang sudah kehilangan salah satu tangannya itu:

"Sabarlah, wahai putera saudaraku, menghadapi apa yang telah menimpa dirimu. Sebentar lagi engkau pasti akan bertemu dengan ayahmu dan orang-orang soleh yang bersama dengan ayahmu. Demi Allah, berat sekali bagi pamanmu ini untuk mendengar panggilanmu itu tanpa dapat memberikan pertolongan kepadamu. Demi Allah…, hari ini benar-benar hari yang banyak sekali dengan pembunuh dan sedikit sekali dengan penolong…"

Perlahan-lahan kemudian diangkatnya Alqasim dan didekapkannya di dadanya Sesudah itu anak yang juga telah meninggal dunia itu dilktakkan di samping putera-puteranya yang telah terlebih dahulu gugur.

Gugurlah kemudian satu per satu putera-putera saudara-saudara Alhusain r.a. yang lain laksana gugurnya bunga-bunga yang masih segar ditimpa kekeringan yang tiba-tiba menghiasi persada Karbala yang gersang dan kering itu. Al-Abbas, Ja'far, Abdullah, Usman, Muhammad Al-asghar dan Abubakar beserta kedua anak Sitti Zainab, masing-masing On dan Muhammad berguguran. Menyusul kemudian putera Alhasan bin Ali r.a., yaitu Abubakar dan putera paman Alhusain r.a., Aqil bin Abitholib, yaitu Ja'far, Abdurrahman dan Abdullah. Belum pernah pada suatu tempat demikian banyak yang gugur keluarga Rasul Allah s.a.w. pada waktu yang demikian singkat. Sebagian besar mereka itu adalah orang-orang yang masih sangat muda, bahkan anak-anak, bunga-bunga yang sedang kuncup.

Walaupun pertempuran makin tidak seimbang, tetapi perkelahian tidak kalah dahsyatnya. Sisa-sisa rombongan Alhusain r.a. yang makin kecil itu memberikan perlawanan yang makin sengit. Darah membasahi bumi Karbala. Udara dipenuhi oleh debu dan bau darah segar yang anyir. Burung-burung yang semula tidak nampak segera terbang berputar-putar di angkasa Karbala setelah mencium bau darah manusia yang segar itu. Perempuan-perempuan yang ada di kemah-kemah sudah tidak terdengar lagi tangisnya; airmata rupanya telah kering dan duka sudah terlalu mendalam. Segenap anggota keluarga Alhusain r.a. sekarang telah gugur semua. Pada saat itulah maka tiba-tiba sepuluh orang anggota pasukan Kufah maju menyerbu ke kemah kediaman Alhusain r.a. dengan tujuan untuk melakukan perampokan dan perampasan atas harta Alhusain r.a. yang masih ada. Mereka berpesta pora mengambili dan mengangkuti apa saja yang ada dalam kemah tersebut.

Melihat tindakan biadab itu, Alhusain r.a. segera meloncat dan menyerbu orang-orang yang sedang berpesta pora itu.

"Cilaka kalian. Kalau kalian sudah tidak punya agama lagi, berlakulah seperti orang merdeka yang berjiwa luhur dan jangan bertingkah laku seperti budak-budak belian yang berjiwa hina!" kata Alhusain r.a. dengan penuh kegeraman.

Kemarahan itu ternyata telah menaikkan lagi tenaga dan semangat Alhusain r.a. Serbuannya membuat kalang kabut mereka yang sedang berebut harta itu. Peristiwa ini merupakan puncak dari pertempuran Karbala. Tiga orang, Alhusain r.a. dan dua sahabatnya, berhadapan dengan 3.000 orang prajurit musuh.

GUGURNYA ALHUSAIN
Pertempuran di Karbala yang bermula sejak fajar itu berlangsung terus sampai petang. Pasukan kecil yang dipimpin oleh Alhusain r.a. makin habis. Ketika habis Asar tinggal 3 orang yang masih mampu memberikan perlawanan. Dan ketika sinar matahari sudah mulai melembut menjelang rembang petang, akhirnya tinggal Alhusain r.a. sendiri yang terus melakukan perlawanan. Seorang dikerubuti oleh tidak kurang dari 3.000 orang.

Ketika melihat bahwa dari rombongan Alhusain r.a. tinggal seorang, yaitu Alhusain r.a. sendiri, maka pasukan Ubaidillah ibn Ziyad yang sudah kerasukan setan tiba-tiba seperti ragu-ragu. Tetapi Alhusain r.a. tidak memperdulikan sikap musuhnya itu. Dengan pedang di tangan yang sudah penuh berlumuran darah, baju yang sudah lusuh, berdebu dan koyak-koyak serta muka hitam mengkilat karena keringat dan debu, Alhusain r.a. terus melakukan penyerangan. Siapa saja yang ada di hadapannya, pasukan pejalan kaki atau berkuda diserangnya. Bagaikan seekor harimau yang sudah luka disertai teriakan membesarkan nama Allah s.w.t., ia mengibaskan pedangnya ke kanan dan ke kiri, ke depan dan ke belakang. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung.

Tak seorang pun di antara tentara Kufah yang beribu jumlahnya itu berani menyerbu dan mendekati. Mereka mencoba menghindar dan dari jarak agak jauh baru mereka melepaskan anak-anak panah. Petang itu medan Karbala seolah-olah kejatuhan hujan. Tetapi bukan hujan air. Yang dihujani adalah tubuh Alhusain r.a. seorang diri dan yang menghujani adalah anak-anak panah yang berdesing lepas dari busur-busur orang-orang Kufah itu. Demikian hebat anak panah menghujani tubuh cucu Rasul Allah s.a.w., sehingga orang yang menyaksikan peristiwa tersebut melihat Alhusain r.a. seolah-olah berselubung kulit landak.

Matahari makin condong ke barat, udara makin menyejuk. Tetapi hati Alhusain r.a. semakin panas dan juga darah panas mengalir dari luka-lukanya. Bagaimanapun hebat syaitan telah menyelusup ke dalam tubuh orang-orang Kufah itu, rupanya ada juga sebetik ketakutan di hati kecil mereka menghadapi turunan langsung Rasul Allah s.a.w. itu. Mereka dihinggapi kebimbangan untuk menjadi pembunuh Alhusain r.a.. Dalam keadaan yang berlarut-larut inilah kemudian seorang bernama Syammar dzil Jausyan, seorang pembenci ahlul-bait khususnya Alhusain r.a. akhirnya tidak dapat mengekang nafsu haus-darahnya. Ia makin panas melihat Alhusain r.a. tidak juga sudi menyerah, sedangkan kawan-kawannya ragu-ragu untuk memberikan "tembakan akhir" untuk mematikan Alhusain r.a. Dengan suara lantang ia kemudian berseru:

"Hayo, apa kalian! Kepung dan seranglah dengan serentak dia!"

Hujan anak panah makin menghebat. Kuda tunggangan Alhusain r.a. akhirnya tak dapat bertahan lagi dan jatuh tertelungkup dengan mengeluarkan ringkikan maut yang mengerikan. Tanpa memperdulikan kejatuhan kudanya, Alhusain r.a. kemudian tegak berdiri terus melanjutkan perlawanannya. Sekarang bukan lagi anak panah, tetapi tebasan pedang dan tusukan tombak bertubi-tubi menyerangnya dari segala jurusan. Darah membasahi seluruh tubuhnya. Jubah yang dikenakannya sudah berubah warna merah kecoklat-coklatan. Sehari ia bertempur tiada hentinya. Suatu dorongan ajaib rupanya telah membuat ia tidak kenal lelah dan tak ingat haus. Tetapi, bagaimanapun juga batas kekuatannya tidak bisa terlewati lagi. Sepucuk anak panah beracun tiba-tiba menancap dalam tubuhnya tepat mengenai jantungnya. Pertama kali orang mendengar ia mengeluarkan erangan kesakitan. Masih sempat ia memegang anak panah yang menancap itu dan dengan sisa tenaga yang masih ada ia mencabut anak panah tersebut sambil mengeluarkan suara mengerang, karena darah telah memenuhi kerongkongannya:

"Oh, Tuhanku, ya Ilahi, engkau tahu mereka telah membunuh putera nabi-Mu…, dan di dunia ini tiada putera nabi lain daripada aku…" Anak panah itu tercabut juga diikuti oleh darah yang menyembur. Badannya terasa makin lemah dan lesu. Akhirnya Alhusain r.a., putera Sitti Fatimah Azzahra, cucu Rasul Allah s.a.w. itu roboh mencium bumi Karbala yang sudah disirami oleh darah banyak ahlul-bait dan putera-putera Bani Hasyim.

Gugurlah cucu Rasul Allah s.a.w, itu setelah melakukan perlawanan mati-matian sampai pada detik yang terakhir. Suasana tiba-tiba hening. Burung-burung gagak pemakan mayat yang berterbangan di atas medan pertempuran Karbala dengan mengeluarkan suara-suara bergaok yang mengerikan. Juga anggota-anggota pasukan Umar bin Saad yang semula hiruk pikuk tiba-tiba berhenti berteriak-teriak dan menyaksikan rubuhnya putera Rasul Allah s.a.w. itu.

Peristiwa selanjutnya tak pantas untuk di kenang karena penuh dengan kebiadaban mereka yg mengaku sebagai muslim, akan tetapi dari dalam tenda terdengar teriakan lantang (suara Ruqaya atau Siti Zainab  ???) "Wahai Kaum Muslimin Saksikanlah bahwa Hari ini Kalian Menjadi YATIM dengan berpulangnya Sayyidina Husain, Menangislah..Menangislah kalian"

Bumi karbala sejak itu sampai saat ini berwarna merah, dan dilangit esoknya terjadi gerhana matahari total

Selamat Jalan Sayyidul Syahid
Salam Bagimu Cucu Rasulullah s.a.w
Salam Bagimu orang ke 5 dari Ahlul Qisa
Salam Bagimu Para Syuhada Karbala

Kami serahkan perhitungan hari ini kepada Allah swt, Dia yang Maha Membalas lagi Maha Mengetahui.

Barakallahu li walakum
Allahu 'alam bissawab

ACT

Wednesday, September 21, 2016

Qadisiyah 9


Kemenangan Pasukan Muslim / Qadisiyah 9
Paginya Sa’ad terlihat lega mengetahui pada perang malam itu pasukannya yang unggul, malam banjir darah itu dikenal dengan nama “Lailatul Harir” atau Malam yang Geram. Pasukan ini sudah 24 jam bertempur tapi tidak ada tanda-tanda mereka mau beristirahat, Terlihat Qa’qa sudah mengumpulkan lagi pasukannya, kemudian dia berpidato : ‘Kemenangan dalam pertempuran sebentar lagi ini ditangan pihak yang mendahului, Sabarlah sebentar, lalu kita menyerang lagi, kemenangan ditangan orang yang sabar dan tabah”.

Kemudian didahului dengan sekelompok perwira, gelombang Pasukan Muslim memasuki wilayah markas Pasukan Persia, gelombang pasukan ini terbagi 3 bagian, sayap kiri dan kanan serta tengah yang dikomandoi langsung oleh Qa’qa bin Amr. Pertempuran berlangsung sengit, saat terdengar azan zuhur terlihat Pasukan  Persia sudah kacau balau, Fairuzan dan Hormuzan di sayap kiri dan kanan sudah terdesak mundur, Pasukan Qa’qa sudah sampai didepan tenda Rustum, tetapi Rustum sudah melarikan diri bersama beberapa keledai yang membawa barang-barangnya. Hilal bin Al-qamah melihat dan kemudian mengejarnya, jatuh bangun Panglima Persia ini sebelum akhirnya tersungkur di sungai, segera Hilal menghampiri dan menebas lehernya, berakhirlah sepak terjang Panglima Persia yang ditakuti ini ditangan Hilal bin Al-qamah. Melihat panglimanya terbunuh, Jalinus menyerukan agar pasukannya mundur lewat bendungan yang melintasi sungai, akan tetapi bendungan tersebut runtuh dan menimbun 30.000 Pasukan Persia yang melintas diatasnya. Tercerai berailah Pasukan Persia, sisa pasukan yang ada mundur dan melarikan diri. Atas perintah Sa’ad, disebarlah pasukan pengejar agar sisa Pasukan Persia tidak dapat berkumpul lagi, Qa’qa dan Syurahbil memimpin pengejaran disusul pula oleh Zuhrah At-Tamimi beserta pasukannya. Sisa Pasukan Persia yang ditemukan sebagian besar ditawan dan sebagian lagi terbunuh karena melakukan perlawanan.

Berakhir sudah satu episode perang yang Maha Dahsyat dengan kemenangan ditangan Pasukan Muslim. Selama berbulan-bulan seluruh Jazirah menantikan akhir perang ini, dari Uzaib sampai ke Aden Abyan, dari Abella sampai Baitul Mukadas (Yerusalem). Berita gembira tersebut mengharu biru ditanah Arab, Hancurnya Persia adalah bukti Kebesaran Allah Azza wa Jalla, Imperium Majusi tersebut akhirnya runtuh ditangan Sa’ad dan teman-temannya, setelah selama ratusan tahun menguasai tanah-tanah di Jazirah bergantian dengan Imperium Romawi.

Catatan;
Perang Qadisiyah tidak berhenti di Qadisiyah saja, sejarah mencatat Pasukan Persia selanjutnya dikejar sampai ke Mada'in (Ibukotanya) bahkan terdorong jauh sampai ke daerah Samarkand sekarang.

Perang ini tidaklah terlalu populer dikalangan Sejarawan Islam saat ini, karena dipicu oleh sikap Chauvinism Pan Arabic, dalam konteks yang sama Sejarawan Islam juga melupakan Perang Hittin, yaitu perang dimana Salahuddin Al Ayyubi (Saladin) menghancurkan Pasukan Salib dan membebaskan Yerusalem. Kedua perang tersebut di motori oleh “bukan Arab”, dimana Musanna Bin Harisah adalah orang Bahrain dan Salahuddin adalah orang Kurdi.  Betapa sedih kita melihat bahwa yang mengangkat Perang Hittin ke layar lebar dengan judul “Kingdom of Heaven” bukanlah "kita".

Salah satu sebab mereka dilupakan juga adalah simpul persaudaraan yang luar biasa, Pasukan Musanna bin Harisah merupakan pasukan campuran Muslim dan Nasrani, sementara Salahuddin Al Ayyubi menunjukkan kebesarannya dengan mengampuni sisa Pasukan Salib dan membiarkan mereka keluar dari Yerusalem dengan aman, padahal sejarah mencatat saat mereka memasuki Yerusalem, banjir darah didalam kota bagaikan anak sungai yang merupakan darah Muslim dan Yahudi.

Allhu’alam bissawab
Barakallahu liwalakum, wassalamualaikum wr wb

Taken from                         :  Umar Ibn Khattab by Muhammad Husain Haekal
Translate by                       :  Ali Audah

Edit & Re-touch by          :  Ilalang

Qadisiyah 8


Perang Hari Ketiga “Amas” / Qadisiyah 8

Pagi Hari Ketiga kembali kedua pasukan ini sibuk membereskan jenazah rekan-rekannya, 2.000 Pasukan Muslim syahid, sementara 10.000 Pasukan Persia tewas pada perang Hari Kedua tersebut. Saat Fajar terlihat Qa’qa berdiri dibelakang pasukannya, tidak lama seorang berkuda datang menghampirinya mengabarkan bahwa induk pasukannya 5.000 prajurit yang dimobilisasi dari Damsyik dipimpin Hasyim bin Utbah telah sampai. Hasyim bin Utbah sendiri yang memimpin pasukan bantuan ini maju kedepan didampingi Qais bin Hubairah. Pasukan Persia sendiri juga telah mendapatkan bantuan Pasukan Pengawal Istana yang dikirimkan oleh Kisra untuk membantu Rustum, Pasukan Gajah yang tidak banyak berperan akibat porak poranda saat Hari Pertama kini telah siap maju kembali ke pertempuran. Kedua pasukan kini dilanda semangat yang sangat tinggi karena kesiapan masing-masing pihak dan datangnya bala bantuan.

Perang berlangsung sengit, Pasukan Gajah Persia dan Pasukan Berkuda Muslim silih berganti maju dan mundur, tampak Pasukan Muslim mulai tercerai berai dihantam Pasukan Gajah, Sa’ad bertanya kepada tawanan Persia yang berada dalam tahanannya bagaimana cara menghadapi gajah, mereka menjawab, kelamahannya pada mata dan belalainya. Kemudian dia mengirimkan pesan kepada Qa’qa dan Asim : “wakililah saya mengahadapi Gajah Putih itu, serang mata dan belalainya”. Segera Qa’qa dan Asim turun dari kudanya menghampiri Gajah Putih, Qa’qa menancapkan tombak pada matanya sementara Asim menebas belalainya. Sontak gajah tersebut berteriak kesakitan, berbalik mundur mengamuki Pasukan Persia dibelakangnya, kemudian menceburkan diri ke sungai. Melihat itu Pasukan Muslim memakai cara yang sama untuk menghadapi Pasukan Gajah, terlihat Pasukan Gajah mengamuk diantara Pasukan Persia, menghajar semua yang ada didekatnya sebelum akhirnya menceburkan diri ke sungai dan mati atau lari tak tentu arah. Tanpa Pasukan Gajah ternyata Pasukan Persia tetap semangat, mengingat mereka masih unggul dalam jumlah pasukan, demikian peperangan kembali berlangsung dengan sengit, debu mengepul menutupi medan perang, sudah tak jelas lagi mana yang menang dan yang kalah,  peperangan terus berlangsung sampai menjelang malam. Pertempuran Hari Ketiga ini dikenal dengan Pertempuran Amas.


Menjelang malam, Sa’ad memerintahkan Tulaihah dan Amr dengan membawa pasukan kecil untuk memeriksa bagian sungai yang dangkal, mengantisipasi kalau ada pasukan Persia yang menyusup, sampai disana mereka tidak menemukan siapa-siapa, Tulaihah tergoda begitu melihat Markas Pasukan Persia, sebelumnya dia pernah menyusup sendirian dan berhasil. Mengambil tempat dibelakang markas, Tulaihah bertakbir 3 kali, mendengar takbir tersebut Pasukan Persia segera menyusun barisan dan menyangka Pasukan Muslim menyerang. Pergerakan pada malam itu terlihat oleh Qa’qa, tanpa minta izin pada Sa’ad, dia memimpin pasukannya bergerak kearah Tualihah. Sa’ad melihat hal tersebut dari kejauhan dan seketika berdoa : “Allahuma Ya Allah, ampuni dia, berikan pertolongan kepadanya. Sudah kuizinkan dia walaupun dia tidak minta izin kepadaku”. Tak lama Sa’ad memohonkan pengampunan untuk mereka semua dan bertakbir 3 kali, bergeraklah berturut-turut pasukan Banu Asad, Banu Nakha’, Banu Bajilah dan Kabilah Kindah, api peperangan segera berkobar disekitar Qa’qa, gemerincing pedang dan teriakan bercampur baur dikegelapan, semakin malam semakin dahsyat, tidak ada satupun pasukan yang tidur pada malam itu sampai pagi menjelang dimana pasukan sudah kembali ke kabilah masing-masing.

bersambung.........................................

Qadisiyah 7


Perang hari kedua “Agwas” / Qadisiyah 7

Pagi harinya, kedua pasukan terlihat sibuk mengurus dan mengubur jenazah pasukan yang terbunuh. Sementara kedua pasukan sedang sibuk, dari kejauhan terlihat 1.000 pasukan yang dipimpin oleh Qa’qa bin Amr at-Tamimi, pasukan ini adalah bagian terdepan dari 6.000 pasukan pimpinan Hasyim bin Utbah yang diperintahkan oleh Khalifah untuk membantu Sa’ad setelah mereka berhasil membebaskan Damsyik dari Pasukan Romawi. Pasukan ini sampai di Qadisiyah sebelum pertempuran hari kedua dimulai, Qa’qa  melaporkan kedatangannya kepada Sa’ad sambil memberi salam. Kemudian dia masuk ke barisan terdepan pasukan saat pasukan sudah berhadap-hadapan, kemudian dengan lantang ia berteriak : “siapa yang akan bertarung!!”. Terlihat seorang Pengawal Istana Persia maju dengan berteriak pula : “saya Bahman Jadhuweh”. Melihat tantangannya diterima Qa’qa memacu kudanya sambil menghunus pedang dan berteriak : “Pembalasan atas Abu Ubaid, Salit dan rekan-rekannya dalam Pertempuran Jembatan!!!”. Tidak lama kemudian Bahman pun tersungkur tewas diujung pedang Qa’qa.


Semangat Pasukan Muslim semakin tinggi melihat sepak terjang Pasukan Qa’qa yang mengamuk, mereka baru saja menghancurkan pasukan Romawi di Damsyik, ketangguhannya sungguh luar biasa, sebaliknya Pasukan Persia menjadi semakin kecut melihat bala bantuan Pasukan Muslim bagai tak ada habis-habisnya. Sungguh luar biasa sepak terjang pahlawan-pahlawan Islam ini, Qa’qa dan Haris bin Zubyan dan lain lain, siapapun yang berada didekatnya bertumbangan, melihat hal tersebut Mihjan As-Saqafi yang sedang berada dalam tahanan Sa’ad tidak tahan untuk ikut terjun, ia memohon pada Sa’ad untuk dibebaskan agar ikut perang tapi ditolak, iapun pergi ke Salma istri Sa’ad agar dibebaskan dan dipinjamkan kuda dengan janji bila kembali ia akan memasang sendiri belenggu tahanannya. Salma akhirnya mengabulkannya, ia dibebaskan dari belenggu dan dipinjamkan Balqa kuda milik Saad. Dalam sekejap ia melesat memasuki kancah pertempuran, semua Pasukan Persia yang dilalui dan berada didekatnya tumbang bersimbah darah, orang-orang menyangka bahwa ia tentulah salah satu teman Qa’qa dari Pasukan Hasyim bin Utbah, tidak ada yang mengira bahwa ia adalah Mihjan As-Saqafi salah satu Ksatria Arab yang berada dalam tahanan Sa’ad karena pernah ikut melemahkan pasukan Islam dengan mengejek Panglimanya saat sakit. Sampai-sampai Sa’ad yang melihat dari kejauhan bergumam : “ seandainya Mihjan tidak dalam tahananku saat ini, tentulah yang berperang itu Mihjan dengan kudaku Balqa”. Setelah selesai hari itu, ia kembali ketempta semula, memasang kembali belenggu dikakinya. Sa’ad masih penasaran, ketika ia melihat kudanya basah oleh keringat, ia bertanya kepada Salma istrinya dan Salma menceritakan kejadiannya, betapa gembira Sa’ad mendengarnya dan hari itu juga Mihjan dibebaskan. Pertempuran Hari Kedua ini dikenal dengan Pertempuran Agwas.

bersambung.................................

Qadisiyah 6


Perang Hari Pertama “Armas” / Qadisiyah 6


Perang besar inipun dimulai, setelah Takbir Pertama, Takbir Kedua dan Takbir Ketiga, melesatlah Galib bin Abdullah Al-Asadi menuju pasukan musuh sambil melantunkan puisi kepahlawanan, berbarengan dengan itu melesat pula Asim bin Amr juga dengan mendendangkan puisi perang memilih lawan tandingnya. Galib berhasil menawan Raja Ormizd yang menghadapinya dan Asim menghancurkan pasukan  perbekalan Persia dan menarik sejumlah perbekalan ke wilayah Pasukan Muslim. Takbir keempat dikumandangkan oleh Sa’ad, seluruh Pasukan Muslim bergerak maju, Amr bin Ma’di Karib mengerahkan pasukannya dalam 2 bagian menembus Pasukan Persia, sementara Banu Bajilah dipimpin Jarir bin Abdullah mengamuk sampai Persia melepaskan 13 ekor gajahnya untuk menyerang mereka, melihat kondisi mereka terdesak Sa’ad memerintahkan Banu Asad untuk melindungi mereka. Segera mereka maju dipimpin Tulaihah bin Khuwailid menyerang pasukan gajah, akan tetapi gajah-gajah itu datang lagi menyerang mereka bagai tak ada habisnya, melihat itu Sa’ad memanggil Asim bin Amr, katanya : “kalian Banu Tamim, adalah ahli dalam soal kuda dan unta, apa usul kalian dalam menghadapi pasukan gajah”. Ya, memang jawab mereka, segera Asim memanggil pasukan panah, kemudian dia bersama pasukannya membelakangi pasukan gajah, memotong pelananya sambil terus dihujani dengan panah. Gajah-gajah itu melengking tinggi dan terhempas ke tanah tewas bersama pengemudinya. Kabilah Asad dan Bajilah akhirnya terbebas dari pasukan gajah, setelah lebih dari 500 orang dari Banu Asad terbunuh. Pertempuran hari pertama ini terlihat cukup menggenaskan, Pasukan Persia dengan gajahnya menghabisi cukup banyak Pasukan Muslim dan perang terus berlangsung walau Matahari sudah terbenam. Pertempuran Hari Pertama ini dikenal dengan Pertempuran Armas.

bersambung.....................................

Qadisiyah 5


Tiba di Qadisiyah / Qadisyah 5

Kisra (Kaisar Persia) kemudian mengutus Rustum Panglimanya yang bergerak menuju Qadisiyah dengan membawa 120.000 orang prajurit, termasuk didalamnya Panglima-panglima Persia yang sudah terkenal seperti Hormuzan, Mehran dan Jalinus beserta 33.000 gajah perang. Selama 4 bulan lamanya Pasukan Rustum bergerak perlahan dari Mada’in menuju Qadisiyah, dalam masa itu pula terdapat gangguan dari beberapa prajurit Muslim seperti Tulaihah bin Khuwailid yang melakukan aksi solo menembus markas Pasukan Persia yang berjarak 2 farsakh (16 Km) dan dihuni 70.000 Pasukan Persia, membakar beberapa tenda, mengambil beberapa kuda dan kemudian kembali ke Markas Pasukan Muslim.

Akhirnya tibalah masa 2 pasukan ini berhadap-hadapan, setelah 3 kali secara bergantian masing-masing utusan melakukan negosiasi akan tetapi ketiga menemukan jalan buntu, Persia bersikukuh untuk tidak menerima Islam dan tidak mau membayar jizyah (denda), maka tinggal pilhan terakhir saja yaitu Perang. Posisi kedua pasukan ini hanya dihalangi oleh Sungai Atiq, di posisi Pasukan Muslim terdapat Parit Shapur disebelah Kanan dan Gurun Sahara membentang di belakangnya.

Sebagaimana perang-perang terdahulu, Rustum mengirim utusan kepada Pasukan Sa’ad yang menyatakan “kalian yang akan menyeberang atau kami yang akan menyeberang”. Pasukan Muslim dibawah Pimpinan Sa’ad bin abi Waqqas sudah mendengar cerita Perang Jembatan dan gugurnya Abu Ubaid, maka mereka memilih tetap ditempat dan mempersilahkan Pasukan Persia untuk menyeberang. Segera Rustum memerintahkan pasukannya untuk menimbun Sungai Atiq dan melalui timbunan tersebut, Pasukan Persia perlahan menyeberang menghampiri pasukan Muslim. Tidak terlalu lama kedua pasukan sudah berhadap-hadapan bersiap-siap untuk memulai sebuah perang yang maha dahsyat yang pernah terjadi pada masa itu, 36.000 Pasukan Muslim akan bertempur habis-habisan karena bila mereka gagal, tidak ada yang tahu kapan mereka dapat kembali lagi menggempur Persia yang ratusan tahun menjajah tanah mereka. 120.000 Pasukan Persia dengan 33.000 Gajah Perang bersenjata lengkap juga akan berperang habis-habisan, karena jika mereka gagal dipastikan Mada’in ibukota mereka akan disapu Pasukan Muslim dan berakhirlah Masa Kekaisaran mereka.


Saat itu Sa’ad bin abi Waqqas sedang kambuh penyakit punggungnya, dengan memakai tandu, panglima hebat ini berkeliling memeriksa pasukannya dan dia menulis surat yang dibacakan oleh pendampingnya  : “saya mengangkat Khalid bin Urfatah menggantikan saya memimpin kalian, kalau tidak karena penyakitku ini kambuh, sayalah yang akan memegang pimpinan. Saya sekarang tertelungkup tapi hati saya bersama kalian. Ikutilah perintahnya, patuhilah dia. Segala yang diperintahkannya itu atas perintah saya”. Kemudian Sa’ad melanjutkan dengan berpidato mengutip Al-Quran, Surat Al-Anbiyya : 105 “Dan sungguh telah kami tulis didalam Kitab Zabur sesudah Lauhil Mahfuz, bahwasanya bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hambaku yang sholeh”. Sebuah ayat yang memicu adrenalin Pasukan Muslim, dengan teriakan “ambil janji Allah, ambil warisan kalian” segera gema takbir berkumandang menggetarkan jantung Pasukan Persia.

bersambung..................................

Qadisiyah 4


Musana Wafat dan Sa’ad bin Abi Waqqas / Qadisiyah 4

Setelah mencapai Sungai Tigris, Musanna menarik pasukannya mundur kembali untuk menyusun kekuatan, tujuan selanjutnya adalah membebaskan Mada’in dan tentunya ini tidak mudah. Pasukan Persia sedang menghimpun kekuatan besar untuk menahannya, mereka belajar dari rentetan kekalahan yang dideritanya dari Pasukan Jazirah. Musanna mengirim surat kepada Khalifah Umar dan melaporkan tentang rencananya serta persiapan Pasukan Persia yang diketahuinya.

Khalifah mengirimkan bala bantuan, pasukan yang dipimpin oleh seorang “sahabat” yaitu Saad bin Abi Waqas (muslim pertama yang melepaskan anak panah dalam jihad) yang membawa surat dari Khalifah yang menunjuknya sebagai Panglima. Saad sempat tinggal beberapa hari, bersama Musanna dan karena beratnya luka yang diderita akibat perang sebelumnya, akhirnya Musanna menghembuskan nafas terakhirnya di Zu Qar, Markas pasukan Jazirah yang dibangunnya, Selamat Jalan Panglima, semoga Allah mensucikan ruh mu, engkau yang tak pernah surut dalam berjihad, tetap memimpin dalam keadaan apapun, tidak mengeluh walaupun selalu ditempatkan sebagai orang nomor 2, sejarah mencatat dan mensejajarkan dirimu dengan sahabatmu Khalid bin Walid “ Syaifullah”.

Saad bi Abi Waqas yang dijuluki “Singa yang masih dengan cakarnya”, sahabat dan masih terhitung Paman Rasulullah berangkat dengan 4.000 pasukan terpilih dari Medinah, sepanjang perjalanan menuju Irak bergabung pula pasukan-pasukan kabilah Arab memenuhi panggilan Khalifah, diantara mereka terlihat Amr bin Ma’di Karib Az-Zabidi, Tulaihah bin Khuwailid Al-Asadi dan Asyi’as bi Qais al-Kindi yang merupakan pimpinan-pimpinan kabilah saat itu. Menyusul pula 8.000 putra terbaik dari Syam turut bergabung dipimpin oleh Hasyim bin Utbah, sehingga jumlah pasukan saat mendekati Qadisiyyah telah mencapai 36.000 orang, jumlah terbesar Pasukan Muslim yang pernah ada.

Selama masa persiapan, Saad terus berkomunikasi lewat surat dengan Khalifah tentang situasi dan kondisi saat itu dan atas petunjuk Khalifah Pasukan Muslim mulai bergeser dari Zu Qar ke Syaraf kemudian berlanjut ke Sydraf, berhenti cukup lama di Uzaib sebelum bergerak lagi mendekati Qadisiyyah.


Sudah 2 bulan sejak mereka bergeser dari Zu Qar dan telah 1 bulan mereka lalui di Uzaib, sampai akhirnya datang perintah untuk mengirimkan utusan ke Mada’in. Berangkatlah beberapa Pimpinan Kabilah untuk menemui Kisra Yazdigird untuk menyampaikan pesan Khalifah kepada Kisra Persia yang isinya mengajak masuk Islam atau bila menolak harus membayar jizyah atau perang. Betapa murka Kisra Yazdigird mendengarkan pesan tersebut dengan tegas ia menolak masuk Islam dan memilih Perang. 

bersambung.............................................

Qadisiyah 3


Re-Group dan Perang Buwaib/ Qadisiyah 3

Sambil menyusun kekuatan, Musanna memindahkan markas pasukan dari Ulais ke Marj As-sibakh, berita tentang Perang Jembatan telah tersebar di seluruh Jazirah, Khalifah memerintahkan mobilisasi pasukan untuk membantu Musanna, berturut-turut tiba pasukan pendukung dari kabilah-kabilah Arab termasuk Banu Namr (Nasrani) yang bersumpah untuk berperang bersama saudara-saudara muslimnya memerangi Persia, kemudian Banu Bajilah dipimpin oleh Jarir, Banu Azd dipimpin Arfajah, banu Kinanah dipimpin Galib bin Abdullah semua berangkat beserta anak dan isteri untuk bergabung dengan Musanna. Menyusul bergabung adalah sekelompok Pasukan Nasrani dipimpin Anas bin Hilal, kaum Nasrani Taglib dipimpin oleh Ibn Mirda Al Fihr. Terus berdatangan pasukan para kabilah dari seluruh Jazirah yang membuat mata Musanna berkaca-kaca tak kuat menahan haru….... Allahu Akbar.


Segera pasukan kompilasi ini bergerak menuju Buwaib dan karena saat itu Ramadhan Musanna meminta agar pasukannya berbuka puasa (iftar) dan Pasukan Persia dengan dipimpin Mehran pun telah bersiaga di seberang sungai. Belajar dari perang sebelumnya Musanna tidak mau menyeberang, dia menunggu Pasukan Persia yang menyeberang. Tidak berlangsung lama, terlihatlah Pasukan Persia bergerak, dengan barisan depan Pasukan Gajah mereka bergerak menghampiri Pasukan Jazirah. Pecahlah perang sengit antara kedua pasukan, satu demi satu mereka gugur dengan darah membasahi bumi. Dari kejauhan Musanna melihat posisi Mehran, kemudian dia mengampiri Anas bin Hilal dan Ibn Mirda seraya berkata : “ Anda orang Arab, sekalipun tak seagama dengan kami. Kalau anda melihat saya sudah menyerang Mehran, ikutlah menyerang bersamaku”. Demikian Musanna bergerak menuju Mehran, sepanjang jalannya Pasukan Persia bertumbangan, debu membubung tinggi dan sudah tidak jelas mana Pasukan Persia dan mana Pasukan Jazira, yang terdengar keras adalah teriakan Musanna : “Barang siapa membela agama Allah, maka Allah akan jadi penolongnya, Allahu Akbar”. Sejarah mencatat perang ini sebagai perang sepuluh, karena dari setiap pasukan jazirah rata-rata dapat membinasakan puluhan Pasukan Persia, suatu kombinasi antara semangat dan iman yang sungguh dahsyat. Sebuah kemenangan besar yang menewaskan ratusan ribu Pasukan Persia, di pihak Jazirah harus merelakan Mas’ud bin Harisah saudara Musanna dan Anas bin Hilal pimpinan kabilah Nasrani. Dipenghujung perang terdengar derap kaki kuda menghampiri Pasukan dan teriakan : ‘ saya budak Nasrani dari Banu Taglabi, saya telah membunuh Mehran”. Usai sudah satu babak peperangan panjang. Musanna memeluk saudaranya Mas’ud dan Anas bin Hilal, sungguh sedih Mussana, kesedihannya tidak hanya untuk adiknya, tapi juga untuk Anas, jelas sudah bahwa kesedihan tidak membedakan agama. Diatas ratusan ribu jenazah Pasukan Persia yang gugur dalam perang ini sekarang telah berdiri sebuah kota bernama Kufah. Setelah Perang Buwaib ini, Pasukan Muslim merangsek maju terus sampai ke perbatasan Sungai Tigris dimana Mada’in (Ibukota Persia) sudah berada dalam pandangan mata.

bersambung.........................

Qadisiyah 2


Abu Ubaid dan Perang Jembatan / Qadisiyah 2

Musanna berangkat lebih dahulu ke Hirah menemui pasukan yang ditinggalkannya, Abu Ubaid menyusul dengan 4000 pasukan dari Madinah, ditengah jalan bergabung pula pasukan dari suku-suku Jazirah sehingga jumlah pasukan menjadi 10.000 orang. Perang pertama berlangsung di Namariq antara Hirah dan Qadisiyah, Pasukan Persia yang dipimpin Javan dapat dihancurkan bahkan Javan sendiri tertawan oleh Pasukan Muslim. Perang selanjutnya berlangsung di Saqatiah, Pasukan Persia yang dipimpin Narsi hancur porak poranda dan meninggalkan harta jarahan yang cukup banyak. Pasukan Muslim dibawah pimpinan Abu Ubaid bergerak terus maju sampai ke Barusma dan menghancurkan Pasukan Persia dibawah pimpinan Jalinus yang bertahan disana. Musanna kembali ke Hirah setelah perang ini sementara Abu Ubaid dan pasukannya mundur ke Qus An-Natif menanti kedatangan Pasukan lawan diseberang sungai, terdengar kabar bahwa Pasukan Persia di mobilisasi besar-besaran dari Mada’in (Ibukota Persia) untuk menghancurkan Pasukan Muslim.

Akhirnya Pasukan Persia tiba dengan didahului Pasukan Gajah di barisan depan, sekarang antara dua pasukan ini hanya dibatasi oleh sungai dengan jembatan sebagai penghubungnya. Jumlah Pasukan Muslim tidak sampai 10.000 orang saat itu, sementara Musanna telah mendapat kabar dan baru bergerak dari Hirah untuk bergabung. Datanglah utusan Pasukan Persia membawa pesan dari Bahman Jadhuweh yang isinya “ kalau Pasukan Muslim tidak menyeberang maka merekalah yang akan menyeberangi jembatan”. Abu Ubaid dalam keadaan sangat percaya diri, dia telah mengantongi beberapa kemenangan sebelumnya, walaupun sudah diperingatkan oleh sahabat-sahabatnya untuk tidak menyeberang, dia berkeras untuk menyeberangi jembatan. Dipimpin sendiri oleh Abu Ubaid Pasukan bergerak menyeberang menuju pasukan musuh, segera hujan anak panah berhamburan menimpa pasukan muslim, pasukan yang berhasil menyeberang berhadapan dengan Pasukan Gajah dan pertempuranpun berlangsung sengit, gelombang pasukan Abu Ubaid menumbangkan Pasukan Gajah Persia satu demi satu, debu mengepul, derap kaki pasukan, gemerincing pedang dan teriakan menggema ke langit. Abu Ubaid makin bersemangat melihat Pasukan Gajah bertumbangan, sampai dia melihat seekor Gajah Putih besar di kejauhan dan segera dia memacu kudanya menghampiri Gajah tersebut, pergulatan berakhir dengan syahidnya Abu Ubaid, bendera segera diambil oleh Banu Syaqif (kaum Abu Ubaid) dan berturut-turut 7 pengganti Abu Ubaid ikut syahid dalam petempuran itu.


Musanna yang datang dari belakang melihat situasi yang sudah kacau balau pada Pasukan Muslim, segera dia mengambil bendera yang sudah jatuh, mengamuk sejadi-jadinya sambil memerintahkan sisa pasukan untuk mundur. Entah berapa banyak Pasukan Persia yang meregang nyawa karena kibasan pedangnya, sambil terus memerintahkan pasukannya mundur, Musanna menahan Pasukan Persia, tubuhnya sudah penuh dengan luka dan sebatang anak panah menancap di bahunya, tapi dia harus menyelamatkan sisa pasukannya, bersamanya ikut menahan Pasukan Persia agar tidak mengejar Pasukan Muslim adalah Abu Zaid At-Ta’I An-Nasrani dan Salit bin Qais. Setelah seluruh pasukannya menyeberang barulah Musanna menyeberang menyusul pasukan dengan meninggalkan Salit bin Qais yang syahid bersama ribuan pahlawan Islam yang gugur pada hari itu. Musanna kemudian memimpin pasukannya mundur untuk menyusun kekuatan kembali ke Marwahah terus ke Hirah dan menyusur ke selatan sampai ke Ulais. Pasukan Persia kembali ke Mada’in, hanya pasukan kecil yang dipimpin oleh Jarvan dan Mardansyah mencoba mengejar Musanna dan mereka berdua bersama pasukannya tewas ditangan Pasukan Muslim.

bersambung..........................................

Qadisiyah 1

Assalamualaikum wr wb

Akhirnya selesai juga.... Alhamdulillah

Dia Musana / Qadisiyah 1

Siang itu, ditengah terik matahari yang menyengat, terdengar derap kaki kuda disertai debu yg mengepul di belakangnya, kuda itu kuda perang yang gagah ditunggangi seorang lelaki berperawakan sedang, kepalanya berbalut kafeyah putih yang diikat kebelakang, jubahnya lusuh dan berdebu menutupi pedang yang tergantung dipinggangnya. Dia Musanna bin Harisah As-Syaibani Panglima Pasukan Muslim di Hirah (Irak) yang sepeninggal Khalid bin Walid untuk berperang melawan Romawi di Syam, berjuang bersama pasukannya  menahan laju Pasukan Persia. Kuda itu berhenti di depan Masjid Nabawi karena Musanna datang untuk menemui Khalifah Abubakar As-syidiq ra. guna meminta bantuan pasukan dalam menghadapi pasukan Persia.
Pada hari itu Khalifah sedang sakit keras dan berpulang ke Rahmatullah 2 hari kemudian, Senin petang 22 Agustus 832 M bertepatan dengan 21 Jumadil Akhir 13 H dan dimakamkan disamping Rasulullah malam itu juga. Selama 2 hari kemudian Madinah dibanjiiri umat yang mendoakan Sang Khalifah sekaligus berbaiat kepada Khalifah Pengganti Umar Ibn Khattab ra., sesuai wasiat Sang Khalifah.  Suasana duka tidak dapat berlangsung lama, setelah suasana mulai tenang, Khalifah dan para Sahabat duduk bersama Musanna membicarakan mobilisasi pasukan Madinah ke Hirah untuk menghadapi Persia.
Pada hari kedua, Khalifah Umar Ibn Khattab berpidato dihadapan umat sebelum mengimami Shalat Zuhur di Nabawi, di mimbar Nabawi Khalifah memulai pidato pertamanya dihadapan umat dengan mengucap Hamdalah yang dilanjutkan dengan ;
"Saudara-saudara! Saya hanya salah seorang dari kalian. Kalau tidak karena segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah saya pun akan enggan memikul tanggung jawab ini."
Dia mengucapkan kata-kata itu dengan rasa haru, dengan rendah hati dan sangat berhati-hati, setelah itu beliau menengadah ke atas sambil berkata:
 "Allahumma ya Allah, aku ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku! Allahumma ya Allah, aku sangat lemah, maka berilah aku kekuatan! Allahumma ya Allah, aku ini kikir, jadikanlah aku orang dermawan bermurah hati!"
 Umar berhenti sejenak, menunggu orang lebih tenang lagi. Kemudian sambungnya:
"Allah telah menguji kalian dengan saya, dan menguji saya dengan kalian. Sepeninggal sahabatku sekarang saya yang berada di tengah-tengah kalian. Tak ada persoalan kalian yang harus saya hadapi lalu diwakilkan kepada orang lain selain saya, dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau mereka berbuat baik akan saya balas dengan kebaikan, tetapi kalau melakukan kejahatan terimalah bencana yang akan saya timpakan kepada mereka."

Pada hari ke 3 setelah pidato, Musanna dan Khalifah Umar berhasil membangkitkan semangat jihad kaum muslimin, terbentuk lah 1000 pasukan pertama yang siap berangkat bersama Musanna menuju Hirah dengan dipimpin oleh Abu Ubaid bin Mas’ud bin Amr As-Syaqafi.

bersambung....................................

Monday, August 15, 2016

Quo Vadis !!

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh..

Quo Vadis !!!! (mau kemana)

Sesungguhnya hari ini saya mau meneruskan tulisan mengenai Perang Qadisiyyah yang minggu kemarin terhenti karena mood saya hilang, akan tetapi pagi ini yang muncul adalah mood mengenai manusia, jadi Qadisiyyah mohon bersabar ya,… hehehe Alhamdulillah.

Sahabat dan saudaraku yang dirahmati Allah swt., siapakah kita ini?? Apa yang harus kita lakukan?? Mau kemana kita??dan bagaimana melakukannya??.

Ada sederet panjang bentuk kata tanya yang bisa kita buat yang berhubungan dengan keberadaan kita mengisi bumi ini, untuk menjawabnya kita perlu menggali, mempelajari, memahami dan menjalankan semua yang diamanahkan kepada kita oleh Allah swt dan Rasulullah saw.

Pertama adalah Firman Allah swt.yang artinya, “Dan (ingatlah) tatkala Rabbmu berkata kepada malaikat , ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah’. Berkata mereka, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau?’. Dia berkata, ‘Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al Baqarah : 30)

Selanjutnya dan terpenting adalah goals/target/tujuan penciptaan kita yang dilansir dalam surat Adh-dhariyat : 56,“Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya’budun ” yang artinya : “Aku (Allah) tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali Aku ciptakan agar mereka menyembah kepada Ku

Selanjutnya dalam At-Thahrim : 66 Allah berfirman : “Ya ayyuhalladzina amanu qu anfusakum wa ahlikum naaro. Arti umumnya, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.

Cukup rasanya dimulai dengan 3 ayat diatas, kita ga usah dulu ngurusin Pilkada kalau tidak ada kemampuan dan pengetahuan tentang itu, sekarang kita ngurusi diri kita dulu aja.

Ayat pertama (Al-Baqarah : 30)) merupakan percakapan antara Sang Khalik dan ciptaanNYa yang bernama Malaikat tentang eksistensi manusia, dimana setelah diciptakan Allah memberikan privilege right (Hak Utama) sebagai Khalifah dibumi dan Hak ini tidak pernah diberikan kepada cipataan lain bahkan tidak kepada penduduk langit sekalipun. Oleh karenanya manusia diciptakan sempurna sebagaimana dilansir dalam Surat At-Tin : 4 “Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwim yang arti umumnya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Selanjutnya dalam surat At-Tin tersebut dijelaskan tentang salah satu hasil dari pencapaian manusia dalam perjalanannya di atas muka bumi (sebagai khalifah), “tsumma rodadnahu asfala safilina”, “kemudian kami kembalikan mereka ketempat yang serendah-rendahnya”. Ayat selanjutnya mengatakan tentang “Kecuali bagi mereka yang beramal sholeh”… dst…dst, silahkan teruskan sendiri.  
Subhanallah, sungguh indah Allah swt menjelaskan satu dan lainnya (teman saya berkata bahwa sebaik-baik penjelasan ayat Alquran adalah yang dijelaskan oleh ayat lainnya), kita ditempatkan pada posisi yang paling tinggi dan kemudian bila salah jalan kita pada akhirnya dapat menempati posisi yang paling rendah atau hina, sebuah fragmen singkat akan sebuah perjalanan yang notabene sudah diberikan guidance (petunjuk) bahkan diberikan secara gamblang contoh-contoh soal dalam Alquran tentang sejarah perjalanan kaum-kaum, sehingga patut dan sangat-sangat patut bila Allah swt menyindir kita dalam Ar-rahman dengan “Fabiayyi alaa ‘iraabikuma tukadzdziban” – “ Sungguh nikmatKu yang mana lagikah yang kamu dustai”.
Alquran memakai kata “dusta” dan bukan “ingkar” yang maknanya bahwa manusia itu merasakan tapi tidak mau menyatakannya, sedangkan “ingkar” bermakna bantahan dimana terdapat arti penolakan atas apa yang diterima.
Pada ayat lain di Surat Al-Adiyat : 6 : “Innal insaana lirabbihi lakanuud” yang arti bebasnya : “sungguh manusia itu kepada Tuhannya tidak berterima kasih”. Dalam ayat ini ada aroma pengingkaran dari manusia, karena tidak berterima kasih atau tidak bersyukur dan itu masuk ke wilayah pengingkaran.

Dari keterangan singkat diatas kiranya dapatlah kita mencoba menjawab pertanyaan “siapa kita?”, secara eksplisit dan terang benderang dapat kita pahami bahwa kita ternyata hanyalah ciptaan (creation) saja, tidak lebih dan tidak kurang dan seandainya kita ditinggikan dalam derajat penciptaan tidaklah menutup kemungkinan kita akan terlempar ketempat yang paling rendah. Hal ini dikarenakan manusia terkadang tidak tahu diri, merasa paling bisa dan paling pintar, merasa tahu segalanya yang semua berputar-putar dalam tarian “nafs” dan melupakan hakikat Sang Pencipta (Al Khaliq) sehingga terlempar pula rasa syukur dan rasa terima kasih pada Sang Pencipta.

Ayat ke 2 tentang tujuan penciptaan, ternyata tidak lebih dan tidak kurang adalah untuk beribadah kepadaNya. Mengenai ibadah ini aplikasinya telah menjadi perdebatan selama ratusan tahun, ada yang berpegang pada ritual saja dan ada pula yang beranggapan semua perbuatan baik adalah ibadah.

Bila kita bedah dari sisi bahasa (semantic approach), kata ibadah tergolong kata kerja yang mencerminkan perbuatan atau tindakan yang bisa berarti melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu (dalam ilmu hukum disebut Daad atau Inggrisnya Deed). Nah…. Dalam Surat Al Ikhlas yang sudah kita hafalkan sejak kecil dijelaskan : “Allahu Samad” yang kira-kira berarti “Allah tempat bergantung segala sesuatu”. Disini Allah swt membuat ungkapan yang sangat luas, segala sesuatu tidak terbatas pada kata kerja atau kata benda dan lainnya, segala sesuatu berarti semuanya tanpa batasan, tentunya termasuk didalamnya melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Dapat dibayangkan bila segala sesuatu itu tidak digantungkan kepada Allah atau tidak dimintakan izin, permohonan, dll atau tidak dilaporkan, tidak dinyatakan, tidak disertakan Allah swt dalam setiap langkahnya (minimal pada langkah/stage awal), apa yang terjadi? Jawabannya kira-kira begini (biar gampang dimengerti), dalam bahasa komputer (ASCI/COBOL dll) hanya dikenal angka 0 dan 1, dalam setiap perintah komputer akan tertulis bahasa aslinya susunan angka 0 dan 1, contoh 00011010101, perintah ini disebut syntax. Manakala hanya angka 0 saja yang ada tanpa angka 1 maka perintah tidak jalan (disebut syntax error). Bila kita mengkaji Al Ikhlas dengan cara ini akan terlihat bahwa :
-          Qulhuallahu Ahad, sesungguhnya Allah itu satu, representasi dari angka 1
-          Allahu Samad, tempat bergantung segalanya, semua harus disertai angka 1
-          Lam Yalid walam Yulad, tidak beranak dan tidak diperanakkan, berarti angka 1 itu berdiri sendiri dan tidak berasal dari manapun.
-          Walam Yakullahu Kufuan Ahad, tidak ada yang sebanding dengannya, tidak ada sesuatupun yang lebih besar dari angka satu, ini berarti bahwa yang selainNya adalah 0, representasi dari angka yang lebih kecil dari 1.
Merujuk pada hipotesa diatas, maka jelas bahwa segala sesuatu yang tidak menyertakan Allah swt didalamnya adalah Syntax Error, sebaliknya bilamana Allah disertakan dalam segala sesuatunya (bahasa kerennya; dalam setiap tarikan nafas, hehehe) maka barulah dia memiliki arti atau perintahnya bisa jalan atau mendapat ridho Allah atau jadilah dia ibadah (inilah salah satu alasan dari mereka yang berpendapat bahwa ibadah itu bukan semata-mata ritual melainkan segala tindakan positif termasuk ibadah ritual).

Dus sampailah kita pada pertanyaan “apa yang harus kita lakukan?”, jawabannya kira-kira seperti diatas, yaitu ibadah, dimana mulai bangun pagi sampai mata terpejam bahkan sampai tidurpun mempunyai nilai ibadah bila Allah swt disertakan didalamnya. Stop!! Kalau dibahas lebih panjang ga akan ada habisnya.

Ayat ke 3 tentang peringatan alias warning, kenapa?? Karena manusia suka kebablasan, ayat ini adalah Rem atau Automatic Brake System (ABS) agar manusia ga nyelonong saking getolnya bergaul dengan yang namanya “nafs”. Ingin lebih jelas bisa membaca karya Imam Al Gazali yang berjudul Al-Ghurur (Manusia-manusia Tertipu), idiihhhh serem amat ya. Baiklah sekarang kita coba gali lebih jauh ayat ini :
-   Yaa Ayyuhaladzina Amanu, Duhai orang-orang yang beriman, ini adalah pembatasan sebagaimana ayat-ayat lain dalam Alquran yang mempunyai subject yang sama. Kalau belum merasa beriman ga usah pusing sama ayat ini, Ok!
-        Ku Anfusakum, Jagalah diri kalian, wilayah pertama yang harus kita jaga adalah diri kita sendiri, bukan orang lain, bukan tetangga, bukan teman kantor dan lainnya.
-       Wa ahlikum, keluarga kalian, wilayah kedua yang jadi tanggung jawab kita adalah keluarga kita, bukan keluarga Kyai, bukan keluarga Presiden bukan keluarga Gubernur dan lainnya.
-     Naaron, dari Api Neraka, kita jaga dari apa? Ya..itu tuh.. Api yang sangat panas, yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu.
Harap dibedakan antara jaga dan menyampaikan, karena jangan gara-gara ayat ini akhirnya kita ga mau lagi menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar, itu juga salah. Karena menyampaikan ayat itupun perintah dari Rasulullah saw dengan kalimat “baligh anni walau aayahu” sampaikan walaupun 1 ayat. Gawatnya kalau kita mengabaikan perintah ini maka kita akan terkena apa yang dikatakan Rasulullah bahwa “Barang siapa tidak mengikuti perintahku maka “laisaminni/bukan ummatku”. Gaawaaat.

Demikian pembahasan hari ini, lebih dan kurang mohon maaf, kepada Allah swt saya mohon ampun.

Allahu 'alam bisawab
Barakallahu liwalakum
Wassalam

ACT
15 Agustus 2016


Tuesday, August 9, 2016

Kicau Malam

Suatu Malam di Negeri Tetangga

Alkisah pada suatu malam di Negeri Republik Kolang Kaling, Mat Kuaci sedang bertandang ke rumah Pak RT, biasa… sambil nyeruput kopi mereka membahas soal dalam negeri, baik itu masalah-masalah sosial maupun politik, kenapa soal dalam negeri? Karena soal dalam kantong sudah tidak perlu dibahas.. hehehehe.

Perbincangan mereka mengalir seindah mengalirnya kopi ditenggorokan, mulai dari masalah curanmor yang merajalela belakangan ini, soal buka tutup portal, soal anak-anak ga jelas yang suka nongkrong ditikungan kalau malam, sampai akhirnya mereka sampai pada topik panas tentang calon Gubernur Propinsi Gula Merah tempat mereka bersemayam.

Pak RT memulai dengan ; “Menurut ente Mat, si Ah Yau bakal kepilih lagi kagak yak?”. Sambil menghembuskan asap gudang garamnya Pak RT bertanya. (Ah Yau adalah Gubernur Propinsi Gula Merah  saat ini).

“Wah … kalo itu ane kagak jelas Te, pan ane kagak mudeng urusan politik-politikan” kilah Mat Kuaci.

“Ente kan liat tuh si Ah Yau, kelakuannye maen gusur, larang ini, larang itu, mentang-mentang dibeking ama aparat, gak punya hati apa ya?” Pak RT mulai memancing Mat Kuaci agar ngasih pendapat, soalnya ini pan lagi tren berita, masak sih Mat Kuaci ga punya opini.

“Barangkali yang digusur emang udah pantes Te, gak punya surat, gak jelas asal-usul tanah dari mane, punye pamannya bukan apalagi engkongnya, eh die ngedem noh disana betaon-taon, sekarang giliran disuruh pegi malah rame”. Jawab Mat Kuaci

“Ya gak bisa dong, orang kan udah puluhan taon tinggal disono, kite nyang orang asli sini aja bisa nerima, kok die nyang bukan asli sini bisa larang orang buat tinggal, mana ada adat kite kayak gituh”. Pak RT mulai kencengin urat leher.

Suasana mulai menghangat sementara kopi sudah berangsur dingin, kepulan asap yang menari salsa diatas kepala membuat Mat Kuaci berfikir dalam hati : “ni maksudnya si RT apa yak, mancing gua ngomong….. maunya apa?”.

Sambil menghela nafas dan menjentikkan abu rokoknya ke asbak, Mat Kuaci mencoba jelasin pendapatnya : “gini Te, ane pan dah bilang kalo ga ngurus yang namenye politik, yang ane liat sekarang cuman ape yang ade depan mata, banjir dah mulai kurang, sampah bersih, ciliwung ude bisa dipake berenang noh, trus tuh tempat maksiat di Mangga Muda udah lime Gubernur kaga ade yang bisa nutup, ame die bisa, trus ntu kali dombret yang ga pernah bise digusur juga rata tuh, apa bukannye bagus tuh”. kata Mat kuaci

Pak RT bari nyolot nyamber : “Eh Mat !!, die pan kafir, trus emang enak orang nyang biase tinggal dirumah sekarang disuruh dirumah susun, belon kalo dapet nyang lantai atas, naik-turun naik-turun selesai dah idupnye. Belon lagi cara kite orang Islam pada kagak boleh semua, kurban ga boleh, Tabligh Akbar kaga boleh, speaker mesjd harus dikecilin, ntar abis dah Islam kalo dakwah dilarang-larang, kite wajib belain kalo Islam dikerjain”.. Pungkas Pak RT.

“Ups…. Ini toh ujungnye” Mat Kuaci bergumam dalam hati.. “Duh..Gusti…. kenapa gini amat yak” sambungnya dalam hati  “ini bener udah ga sehat”.

Setelah beberapa menit terdiam Mat Kuaci menyalakan lagi rokoknya, kemudian dia berkata : “Te…. Ini masalah sensitif, ane bukan ngebela si Ah Yau, kite harus hati-hati menyikapi dan meresponnya, salah-salah nti kite yang kejebak sendiri,  ga tau masalah tapi ikut-ikutan bicara. Ane coba bahas atu-atu ya Te.. :
1. Soal Kurban, yang ga boleh itu kabarnya yang potong disekolahan ato tempat umum, karena khawatir sisa potongan kurban akan mengakibatkan bau busuk dan menjadi sumber penyakit.
2. Soal tabligh, yang ane tau yang dilarang itu konvoi dijalan, karena mengganggu lalu lintas, kalo ada yang celaka siapa yang rugi?.
3. Soal Speaker masjid, itu masalah klasik, saya malah ga pernah denger kalo si Ah Yau protes, yang ada juga pejabat diatasnya yang protes.
4. Soal Dakwah dilarang ane juga ga pernah denger.
Nah, kudu ati-ati Te kita nyikapin, kesalahan tar jadi fitnah”.

“Kaga bisa !! ane kaga ikhlas dipimpin bukan orang Islam, apalagi nyang belain konon orang Islam semua, pinter-pinter lagi, sudah pada keblinger semua”. Mendadak udara malam terasa panas, Pak RT udah mulai out of control, emosi jiwa dia kayaknya.

Sambil menunggu suasana tenang, Mat Kuaci menikmati kedahsyatan kopi dinginnya sambil menghisap Rokok Putihnya. Kemudian sambil tersenyum dia berkata : “Te, ane paham apa yang ente maksud, coba ente resepin nih ada hadist Rasulullah saw. yang artinya - Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu kaum maka dijadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang bijaksana dan dijadikan ulama-ulama mereka menangani hukum dan peradilan. Juga Allah jadikan harta-benda di tangan orang-orang yang dermawan. Namun, jika Allah menghendaki keburukan bagi suatu kaum maka Dia menjadikan pemimpin-pemimpin mereka orang-orang yang berakhlak rendah. DijadikanNya orang-orang dungu yang menangani hukum dan peradilan, dan harta berada di tangan orang-orang kikir. (HR. Ad-Dailami) – maksudnya kira-kira gini Te, pemimpin itu datang dari Allah, jadi kalau kita menganggap Pemimpin kita jelek, artinya Allah memberi kita Pemimpin yang jelek, kenapa? Karena Allah menghendaki keburukan pada kaum tersebut, kenapa? Nah untuk yang ini kita harus introspeksi, muhasabah, bercermin, bagaimana ibadah kita, adab kita, akhlak kita, baik yang Habluminannas maupun yang Habluminallah, ente paham kagak?”

“Ane kasih contoh” sambung Mat Kuaci : “ Saat kaum Yahudi sudah berterangan-terangan dalam maksiat kepada Allah, maka Allah kirim Raja Babylon yang bernama Nebukadnezar, hancur dan tercerai berailah Kaum Yahudi, itulah yang menyebabkan mereka berserakan diatas muka bumi, kemudian saat Dynasti Abassiyah di Baghdad mabuk dalam ujub dan sum’ah karena terbukanya Pintu Ilmu dimana seluruh Ilmuwan Dunia belajar kesana, Allah kirim Jenghis Khan yang meratakan Baghdad menjadi serpihan bara. Kenapa? Ulah manusia, ulah kita yang membuat Allah murka, termasuk dalam kemurkaan itu adalah menjadikan Pemimpin kita dari kaum yang tidak kita sukai”.

Kemudian Mat Kuaci berdiri dan berkata : “Berhubung dah malem Te, bini ane sendirian, ane mohon pamit dulu, terima kasih kopinye, ntar kite sambung lagi yak”.

Setelah bersalaman Mat Kuaci ngeloyor balik badan sambil ngucapin : “ Assalamualaikum”

“Wa alaikum salam” jawab Pak RT sambil bengong….entah terbang kemana pikirannya.

Salam


Jakarta 9 Agustus 2016

Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...