Re-Group dan Perang Buwaib/
Qadisiyah 3
Sambil menyusun kekuatan, Musanna memindahkan markas pasukan dari
Ulais ke Marj As-sibakh, berita tentang Perang Jembatan telah tersebar di
seluruh Jazirah, Khalifah memerintahkan mobilisasi pasukan untuk membantu
Musanna, berturut-turut tiba pasukan pendukung dari kabilah-kabilah Arab
termasuk Banu Namr (Nasrani) yang bersumpah untuk berperang bersama
saudara-saudara muslimnya memerangi Persia, kemudian Banu Bajilah dipimpin oleh
Jarir, Banu Azd dipimpin Arfajah, banu Kinanah dipimpin Galib bin Abdullah
semua berangkat beserta anak dan isteri untuk bergabung dengan Musanna. Menyusul
bergabung adalah sekelompok Pasukan Nasrani dipimpin Anas bin Hilal, kaum
Nasrani Taglib dipimpin oleh Ibn Mirda Al Fihr. Terus berdatangan pasukan para
kabilah dari seluruh Jazirah yang membuat mata Musanna berkaca-kaca tak kuat
menahan haru….... Allahu Akbar.
Segera pasukan kompilasi ini bergerak menuju Buwaib dan karena saat
itu Ramadhan Musanna meminta agar pasukannya berbuka puasa (iftar) dan Pasukan
Persia dengan dipimpin Mehran pun telah bersiaga di seberang sungai. Belajar
dari perang sebelumnya Musanna tidak mau menyeberang, dia menunggu Pasukan
Persia yang menyeberang. Tidak berlangsung lama, terlihatlah Pasukan Persia
bergerak, dengan barisan depan Pasukan Gajah mereka bergerak menghampiri
Pasukan Jazirah. Pecahlah perang sengit antara kedua pasukan, satu demi satu
mereka gugur dengan darah membasahi bumi. Dari kejauhan Musanna melihat posisi
Mehran, kemudian dia mengampiri Anas bin Hilal dan Ibn Mirda seraya berkata : “
Anda orang Arab, sekalipun tak seagama dengan kami. Kalau anda melihat saya
sudah menyerang Mehran, ikutlah menyerang bersamaku”. Demikian Musanna bergerak
menuju Mehran, sepanjang jalannya Pasukan Persia bertumbangan, debu membubung
tinggi dan sudah tidak jelas mana Pasukan Persia dan mana Pasukan Jazira, yang
terdengar keras adalah teriakan Musanna : “Barang siapa membela agama Allah,
maka Allah akan jadi penolongnya, Allahu Akbar”. Sejarah mencatat perang ini
sebagai perang sepuluh, karena dari setiap pasukan jazirah rata-rata dapat
membinasakan puluhan Pasukan Persia, suatu kombinasi antara semangat dan iman
yang sungguh dahsyat. Sebuah kemenangan besar yang menewaskan ratusan ribu
Pasukan Persia, di pihak Jazirah harus merelakan Mas’ud bin Harisah saudara
Musanna dan Anas bin Hilal pimpinan kabilah Nasrani. Dipenghujung perang
terdengar derap kaki kuda menghampiri Pasukan dan teriakan : ‘ saya budak
Nasrani dari Banu Taglabi, saya telah membunuh Mehran”. Usai sudah satu babak
peperangan panjang. Musanna memeluk saudaranya Mas’ud dan Anas bin Hilal,
sungguh sedih Mussana, kesedihannya tidak hanya untuk adiknya, tapi juga untuk
Anas, jelas sudah bahwa kesedihan tidak membedakan agama. Diatas ratusan ribu
jenazah Pasukan Persia yang gugur dalam perang ini sekarang telah berdiri
sebuah kota bernama Kufah. Setelah Perang Buwaib ini, Pasukan Muslim merangsek
maju terus sampai ke perbatasan Sungai Tigris dimana Mada’in (Ibukota Persia)
sudah berada dalam pandangan mata.
bersambung.........................
bersambung.........................
No comments:
Post a Comment