Monday, August 15, 2016

Quo Vadis !!

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh..

Quo Vadis !!!! (mau kemana)

Sesungguhnya hari ini saya mau meneruskan tulisan mengenai Perang Qadisiyyah yang minggu kemarin terhenti karena mood saya hilang, akan tetapi pagi ini yang muncul adalah mood mengenai manusia, jadi Qadisiyyah mohon bersabar ya,… hehehe Alhamdulillah.

Sahabat dan saudaraku yang dirahmati Allah swt., siapakah kita ini?? Apa yang harus kita lakukan?? Mau kemana kita??dan bagaimana melakukannya??.

Ada sederet panjang bentuk kata tanya yang bisa kita buat yang berhubungan dengan keberadaan kita mengisi bumi ini, untuk menjawabnya kita perlu menggali, mempelajari, memahami dan menjalankan semua yang diamanahkan kepada kita oleh Allah swt dan Rasulullah saw.

Pertama adalah Firman Allah swt.yang artinya, “Dan (ingatlah) tatkala Rabbmu berkata kepada malaikat , ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di bumi seorang khalifah’. Berkata mereka, ‘Apakah Engkau hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalamnya dan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau?’. Dia berkata, ‘Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al Baqarah : 30)

Selanjutnya dan terpenting adalah goals/target/tujuan penciptaan kita yang dilansir dalam surat Adh-dhariyat : 56,“Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya’budun ” yang artinya : “Aku (Allah) tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali Aku ciptakan agar mereka menyembah kepada Ku

Selanjutnya dalam At-Thahrim : 66 Allah berfirman : “Ya ayyuhalladzina amanu qu anfusakum wa ahlikum naaro. Arti umumnya, “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.

Cukup rasanya dimulai dengan 3 ayat diatas, kita ga usah dulu ngurusin Pilkada kalau tidak ada kemampuan dan pengetahuan tentang itu, sekarang kita ngurusi diri kita dulu aja.

Ayat pertama (Al-Baqarah : 30)) merupakan percakapan antara Sang Khalik dan ciptaanNYa yang bernama Malaikat tentang eksistensi manusia, dimana setelah diciptakan Allah memberikan privilege right (Hak Utama) sebagai Khalifah dibumi dan Hak ini tidak pernah diberikan kepada cipataan lain bahkan tidak kepada penduduk langit sekalipun. Oleh karenanya manusia diciptakan sempurna sebagaimana dilansir dalam Surat At-Tin : 4 “Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwim yang arti umumnya : “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Selanjutnya dalam surat At-Tin tersebut dijelaskan tentang salah satu hasil dari pencapaian manusia dalam perjalanannya di atas muka bumi (sebagai khalifah), “tsumma rodadnahu asfala safilina”, “kemudian kami kembalikan mereka ketempat yang serendah-rendahnya”. Ayat selanjutnya mengatakan tentang “Kecuali bagi mereka yang beramal sholeh”… dst…dst, silahkan teruskan sendiri.  
Subhanallah, sungguh indah Allah swt menjelaskan satu dan lainnya (teman saya berkata bahwa sebaik-baik penjelasan ayat Alquran adalah yang dijelaskan oleh ayat lainnya), kita ditempatkan pada posisi yang paling tinggi dan kemudian bila salah jalan kita pada akhirnya dapat menempati posisi yang paling rendah atau hina, sebuah fragmen singkat akan sebuah perjalanan yang notabene sudah diberikan guidance (petunjuk) bahkan diberikan secara gamblang contoh-contoh soal dalam Alquran tentang sejarah perjalanan kaum-kaum, sehingga patut dan sangat-sangat patut bila Allah swt menyindir kita dalam Ar-rahman dengan “Fabiayyi alaa ‘iraabikuma tukadzdziban” – “ Sungguh nikmatKu yang mana lagikah yang kamu dustai”.
Alquran memakai kata “dusta” dan bukan “ingkar” yang maknanya bahwa manusia itu merasakan tapi tidak mau menyatakannya, sedangkan “ingkar” bermakna bantahan dimana terdapat arti penolakan atas apa yang diterima.
Pada ayat lain di Surat Al-Adiyat : 6 : “Innal insaana lirabbihi lakanuud” yang arti bebasnya : “sungguh manusia itu kepada Tuhannya tidak berterima kasih”. Dalam ayat ini ada aroma pengingkaran dari manusia, karena tidak berterima kasih atau tidak bersyukur dan itu masuk ke wilayah pengingkaran.

Dari keterangan singkat diatas kiranya dapatlah kita mencoba menjawab pertanyaan “siapa kita?”, secara eksplisit dan terang benderang dapat kita pahami bahwa kita ternyata hanyalah ciptaan (creation) saja, tidak lebih dan tidak kurang dan seandainya kita ditinggikan dalam derajat penciptaan tidaklah menutup kemungkinan kita akan terlempar ketempat yang paling rendah. Hal ini dikarenakan manusia terkadang tidak tahu diri, merasa paling bisa dan paling pintar, merasa tahu segalanya yang semua berputar-putar dalam tarian “nafs” dan melupakan hakikat Sang Pencipta (Al Khaliq) sehingga terlempar pula rasa syukur dan rasa terima kasih pada Sang Pencipta.

Ayat ke 2 tentang tujuan penciptaan, ternyata tidak lebih dan tidak kurang adalah untuk beribadah kepadaNya. Mengenai ibadah ini aplikasinya telah menjadi perdebatan selama ratusan tahun, ada yang berpegang pada ritual saja dan ada pula yang beranggapan semua perbuatan baik adalah ibadah.

Bila kita bedah dari sisi bahasa (semantic approach), kata ibadah tergolong kata kerja yang mencerminkan perbuatan atau tindakan yang bisa berarti melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu (dalam ilmu hukum disebut Daad atau Inggrisnya Deed). Nah…. Dalam Surat Al Ikhlas yang sudah kita hafalkan sejak kecil dijelaskan : “Allahu Samad” yang kira-kira berarti “Allah tempat bergantung segala sesuatu”. Disini Allah swt membuat ungkapan yang sangat luas, segala sesuatu tidak terbatas pada kata kerja atau kata benda dan lainnya, segala sesuatu berarti semuanya tanpa batasan, tentunya termasuk didalamnya melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Dapat dibayangkan bila segala sesuatu itu tidak digantungkan kepada Allah atau tidak dimintakan izin, permohonan, dll atau tidak dilaporkan, tidak dinyatakan, tidak disertakan Allah swt dalam setiap langkahnya (minimal pada langkah/stage awal), apa yang terjadi? Jawabannya kira-kira begini (biar gampang dimengerti), dalam bahasa komputer (ASCI/COBOL dll) hanya dikenal angka 0 dan 1, dalam setiap perintah komputer akan tertulis bahasa aslinya susunan angka 0 dan 1, contoh 00011010101, perintah ini disebut syntax. Manakala hanya angka 0 saja yang ada tanpa angka 1 maka perintah tidak jalan (disebut syntax error). Bila kita mengkaji Al Ikhlas dengan cara ini akan terlihat bahwa :
-          Qulhuallahu Ahad, sesungguhnya Allah itu satu, representasi dari angka 1
-          Allahu Samad, tempat bergantung segalanya, semua harus disertai angka 1
-          Lam Yalid walam Yulad, tidak beranak dan tidak diperanakkan, berarti angka 1 itu berdiri sendiri dan tidak berasal dari manapun.
-          Walam Yakullahu Kufuan Ahad, tidak ada yang sebanding dengannya, tidak ada sesuatupun yang lebih besar dari angka satu, ini berarti bahwa yang selainNya adalah 0, representasi dari angka yang lebih kecil dari 1.
Merujuk pada hipotesa diatas, maka jelas bahwa segala sesuatu yang tidak menyertakan Allah swt didalamnya adalah Syntax Error, sebaliknya bilamana Allah disertakan dalam segala sesuatunya (bahasa kerennya; dalam setiap tarikan nafas, hehehe) maka barulah dia memiliki arti atau perintahnya bisa jalan atau mendapat ridho Allah atau jadilah dia ibadah (inilah salah satu alasan dari mereka yang berpendapat bahwa ibadah itu bukan semata-mata ritual melainkan segala tindakan positif termasuk ibadah ritual).

Dus sampailah kita pada pertanyaan “apa yang harus kita lakukan?”, jawabannya kira-kira seperti diatas, yaitu ibadah, dimana mulai bangun pagi sampai mata terpejam bahkan sampai tidurpun mempunyai nilai ibadah bila Allah swt disertakan didalamnya. Stop!! Kalau dibahas lebih panjang ga akan ada habisnya.

Ayat ke 3 tentang peringatan alias warning, kenapa?? Karena manusia suka kebablasan, ayat ini adalah Rem atau Automatic Brake System (ABS) agar manusia ga nyelonong saking getolnya bergaul dengan yang namanya “nafs”. Ingin lebih jelas bisa membaca karya Imam Al Gazali yang berjudul Al-Ghurur (Manusia-manusia Tertipu), idiihhhh serem amat ya. Baiklah sekarang kita coba gali lebih jauh ayat ini :
-   Yaa Ayyuhaladzina Amanu, Duhai orang-orang yang beriman, ini adalah pembatasan sebagaimana ayat-ayat lain dalam Alquran yang mempunyai subject yang sama. Kalau belum merasa beriman ga usah pusing sama ayat ini, Ok!
-        Ku Anfusakum, Jagalah diri kalian, wilayah pertama yang harus kita jaga adalah diri kita sendiri, bukan orang lain, bukan tetangga, bukan teman kantor dan lainnya.
-       Wa ahlikum, keluarga kalian, wilayah kedua yang jadi tanggung jawab kita adalah keluarga kita, bukan keluarga Kyai, bukan keluarga Presiden bukan keluarga Gubernur dan lainnya.
-     Naaron, dari Api Neraka, kita jaga dari apa? Ya..itu tuh.. Api yang sangat panas, yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu.
Harap dibedakan antara jaga dan menyampaikan, karena jangan gara-gara ayat ini akhirnya kita ga mau lagi menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar, itu juga salah. Karena menyampaikan ayat itupun perintah dari Rasulullah saw dengan kalimat “baligh anni walau aayahu” sampaikan walaupun 1 ayat. Gawatnya kalau kita mengabaikan perintah ini maka kita akan terkena apa yang dikatakan Rasulullah bahwa “Barang siapa tidak mengikuti perintahku maka “laisaminni/bukan ummatku”. Gaawaaat.

Demikian pembahasan hari ini, lebih dan kurang mohon maaf, kepada Allah swt saya mohon ampun.

Allahu 'alam bisawab
Barakallahu liwalakum
Wassalam

ACT
15 Agustus 2016


No comments:

Post a Comment

Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...