Kemenangan Pasukan Muslim /
Qadisiyah 9
Paginya Sa’ad terlihat lega mengetahui pada perang malam itu
pasukannya yang unggul, malam banjir darah itu dikenal dengan nama “Lailatul
Harir” atau Malam yang Geram. Pasukan ini sudah 24 jam bertempur tapi tidak ada
tanda-tanda mereka mau beristirahat, Terlihat Qa’qa sudah mengumpulkan lagi
pasukannya, kemudian dia berpidato : ‘Kemenangan dalam pertempuran sebentar
lagi ini ditangan pihak yang mendahului, Sabarlah sebentar, lalu kita menyerang
lagi, kemenangan ditangan orang yang sabar dan tabah”.
Kemudian didahului dengan sekelompok perwira, gelombang Pasukan Muslim
memasuki wilayah markas Pasukan Persia, gelombang pasukan ini terbagi 3 bagian,
sayap kiri dan kanan serta tengah yang dikomandoi langsung oleh Qa’qa bin Amr.
Pertempuran berlangsung sengit, saat terdengar azan zuhur terlihat Pasukan Persia sudah kacau balau, Fairuzan dan
Hormuzan di sayap kiri dan kanan sudah terdesak mundur, Pasukan Qa’qa sudah
sampai didepan tenda Rustum, tetapi Rustum sudah melarikan diri bersama
beberapa keledai yang membawa barang-barangnya. Hilal bin Al-qamah melihat dan
kemudian mengejarnya, jatuh bangun Panglima Persia ini sebelum akhirnya
tersungkur di sungai, segera Hilal menghampiri dan menebas lehernya, berakhirlah
sepak terjang Panglima Persia yang ditakuti ini ditangan Hilal bin Al-qamah.
Melihat panglimanya terbunuh, Jalinus menyerukan agar pasukannya mundur lewat
bendungan yang melintasi sungai, akan tetapi bendungan tersebut runtuh dan
menimbun 30.000 Pasukan Persia yang melintas diatasnya. Tercerai berailah
Pasukan Persia, sisa pasukan yang ada mundur dan melarikan diri. Atas perintah
Sa’ad, disebarlah pasukan pengejar agar sisa Pasukan Persia tidak dapat
berkumpul lagi, Qa’qa dan Syurahbil memimpin pengejaran disusul pula oleh
Zuhrah At-Tamimi beserta pasukannya. Sisa Pasukan Persia yang ditemukan
sebagian besar ditawan dan sebagian lagi terbunuh karena melakukan perlawanan.
Berakhir sudah satu episode perang yang Maha Dahsyat dengan kemenangan
ditangan Pasukan Muslim. Selama berbulan-bulan seluruh Jazirah menantikan akhir
perang ini, dari Uzaib sampai ke Aden Abyan, dari Abella sampai Baitul Mukadas
(Yerusalem). Berita gembira tersebut mengharu biru ditanah Arab, Hancurnya
Persia adalah bukti Kebesaran Allah Azza wa Jalla, Imperium Majusi tersebut
akhirnya runtuh ditangan Sa’ad dan teman-temannya, setelah selama ratusan tahun
menguasai tanah-tanah di Jazirah bergantian dengan Imperium Romawi.
Catatan;
Perang Qadisiyah tidak berhenti di Qadisiyah saja, sejarah mencatat Pasukan Persia selanjutnya dikejar sampai ke Mada'in (Ibukotanya) bahkan terdorong jauh sampai ke daerah Samarkand sekarang.
Perang ini tidaklah terlalu populer dikalangan Sejarawan Islam saat
ini, karena dipicu oleh sikap Chauvinism Pan
Arabic, dalam konteks yang sama Sejarawan Islam juga melupakan Perang
Hittin, yaitu perang dimana Salahuddin Al Ayyubi (Saladin) menghancurkan
Pasukan Salib dan membebaskan Yerusalem. Kedua perang tersebut di motori oleh “bukan
Arab”, dimana Musanna Bin Harisah adalah orang Bahrain dan Salahuddin adalah
orang Kurdi. Betapa sedih kita melihat
bahwa yang mengangkat Perang Hittin ke layar lebar dengan judul “Kingdom of
Heaven” bukanlah "kita".
Salah satu sebab mereka dilupakan juga adalah simpul persaudaraan yang
luar biasa, Pasukan Musanna bin Harisah merupakan pasukan campuran Muslim dan
Nasrani, sementara Salahuddin Al Ayyubi menunjukkan kebesarannya dengan
mengampuni sisa Pasukan Salib dan membiarkan mereka keluar dari Yerusalem
dengan aman, padahal sejarah mencatat saat mereka memasuki Yerusalem, banjir
darah didalam kota bagaikan anak sungai yang merupakan darah Muslim dan Yahudi.
Allhu’alam bissawab
Barakallahu liwalakum, wassalamualaikum wr wb
Taken from : Umar Ibn Khattab by Muhammad Husain Haekal
Translate by : Ali Audah
Edit & Re-touch by : Ilalang