Bismillahirrahmanirrahim...
Riya
Ini tentang riya (pamer), yang bisa menghapus segala amal kita. Bila kita berpulang ke hadirat Allah SWT masih membawa riya ini, maka disebutkan dalam satu hadist, "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada riya sezarrah saja." Celakalah kita. Hadits yang lain “la yadkhulul jannata man kaana fii qolbihi mitsqoolu dzarrotin min kibrin” tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebiji dari sifat sombong. Semoga kita tidak termasuk itu, kita yang sedang berjalan membersihkan penyakit hati. Termasuk penyakit hati yang sangat berbahaya adalah riya dan sombong.
Ujub, riya, sum’ah, takabur itu 'bersaudara', bertali erat, sangat berbahaya. Jauhkan itu semua dari hati kita. Gugurkan semua itu dari hati kita dengan membiasakan diri banyak berdzikir kepada Allah SWT, lalu singkirkan keinginan untuk dilihat makhluk bahwa kita sudah berbuat kebaikan.
Riya, dalam bahasa Arab berasal dari kata ru’yah, yang artinya menampakkan, riya adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia. Jadi dalam hati kita, ada sesuatu yang kita sendiri apabila berbuat kebaikan, ingin dilihat orang Iain, ingin diketahui orang Iain. Dialah sesuatu yang meronta-ronta yang ada dalam hati kita. Bila kita sudah melakukan kebaikan-kebaikan, berupa peribadatan lahiriah maupun bathiniah, dia ingin dipenuhi tuntutannya, "Ayo beritakan kepada orang lain, engkau telah berbuat baik, engkau telah beribadat." Ini harus dihapus dari dalam hati, karena riya merupakan racun yang berbahaya dalam peribadatan kita. Karena dapat menghapuskan amal kita di hadapan Allah SWT. Betapa bahayanya itu, kalau kita tidak pernah memperhatikan seluk beluk hati dengan riya, ujub, sum'ah, takabur dan sebagainya, lalu tidak pernah menghapusnya. Bila kita tidak pernah mewaspadainya, maka terlalu banyak peribadatan-peribadatan yang akan terhapus, karena diberitakan kepada orang lain, sekalipun orang itu tidak menanyakan tentang peribadatan tersebut.
Dorongan untuk memberitakan kepada orang lain itu dibawa oleh setan. Setan bercokol dalam hati, ingin mendorong untuk memberitakan kebaikan yang kita kerjakan. Ini hakekat daripada riya, selalu meronta-ronta di dalam hati ingin kita pamerkan kepada orang lain kebaikan dan kelebihan diri kita.
Kalau hati kita meronta-ronta ingin memberitakan kebaikan kita kepada orang lain, maka segara hapus itu dan agar orang lain tidak patut mengetahui peribadatan kita. Urusan peribadatan kita hanya antara kita dengan Allah SWT saja.
(Maqolah Syaikh Waasi' Achmad Syaechuddin ra., dari Tausiah "Riya Racun Berbahaya")
Semoga bermanfaat
------- ilalang -------
No comments:
Post a Comment