Thursday, April 9, 2020

Sentot Alibasyah dan Paderi

Bismillahirrahmanirrahim ....

Sentot Alibasyah dan Paderi

Sentot dengan pasukannya berangkat ke Minangkabau pada tahun 1832 yaitu tiga tahun setelah dia meninggalkan junjungannya Pangeran Diponegoro.
Sampai di Minangkabau dia telah memasuki medan perang, sampai ke Matur, sampai ke Lima puluh Kota, bahkan kabarnya konon sampai ke Airbangis! Tetapi tidaklah selalu berhasil usaha menjauhkannya dengan Paderi, sebab dia bebas berperang melawan Paderi! Alangkah terkejutnya beliau, bila didengarnya azan di medan perang, bahkan lebih lantang daripada suara tentaranya sendiri!
Sama-sama terkejut. Rupanya dalam tentara dari Jawa yang dikirim Belanda, ada pula orang berserban, orang yang mengerjakan "Sholatil Khauf" di medan perang! Sebagai juga mereka, orang Paderi.
Sama-sama terkejut! karena di sini memakai serban, di sana pada memakai serban! Lama-lama bagaimanapun Belanda menjaga, kontak bertambah rapat!

Rupanya pakaian sama, hati sama, kepercayaan pun sama, cita-citapun sama! Mengapa kita jadi berperang!
Sentot yang masih muda, baru berusia 27 tahun sangat terharu. Teringat kembali junjungannya yang telah diasingkan Belanda, dan dia turut mempercepat kekalahan beliau. Timbul tekanan bathin yang amat hebat. Timbul keinginan hendak memperbaiki kesalahan yang telah terlanjur dengan berbuat suatu jasa yang besar!

Dalam kalangan orang Minangkabau, sedang tumbuh keinsafan! Kaum Paderi berkelahi dengan Kerajaan Minangkabau. Padahal Kerajaan Islam. Selama ini mereka diadu. Mereka diadu untuk kepentingan Belanda! Mereka yang akan habis. Belanda yang akan mendapat untung.
Bertemu cita Sentot dengan cita Paderi dan dengan cita Kerajaan Minangkabau!
Hubungan dirapatkan, sehingga khabarnya konon, Tuanku Imam Bonjol sendiri, walaupun telah tua, pernah mengadakan pertemuan rahasia dengan Sentot!
Siapa yang mengatakan orang Minangkabau membenci orang Jawa? Siapa saja diterima, asal memperjuangkan Islam: Begitu kini dan begitu sampai akhir dunia!
Putus mufakat, Kaum Paderi dengan Kaum Adat akan berdamai, dan Sultan Alam Muning Syah, Raja Minangkabau yang telah diberi pangkat Regen oleh Belanda, sudi mengangkat Sentot menjadi Yang Dipertuan Besar! Sebab dia pun memang asal raja! Dan dia pun Alim! Dan gagang bedil akan dihadapkan bersama-sama kepada Belanda. Surat raja Minangkabau kepada raja-raja di pesisir dikirim, membangkitkan semangat buat melawan ....

Tetapi spion Belanda akhirnya mengetahui maksud besar ini. Belanda lekas mengambil sikap sebelum terlambat!
Yang Dipertuan Minangkabau, Muning Syah, yang bergelar Sultan Alam Bergagar Syah dipanggil ke kantor Belanda lalu ditawan dan dibuang ke Betawi! Banyak serpih belahannya yang masih ada sekarang, di antaranya R.B.Sabaroeddin dan Mr. Syafruddin Prawiranegara, S.H.!
Sentot dan pasukannya lekas-lekas di "consunyir", lalu lekas disuruh bersiap untuk diberangkatkan kembali ke Betawi pula. Dan tidak berapa lama kemudian, Basyah Sentot Abdul Mustafa, diasingkan ke Bengkulu, dan di sanalah Pahlawan itu menutup mata! Tidak jauh dari kuburnya, ada sebuah bukit ber nama "Tapak Paderi”.

Imam Bonjol dan kawan-kawannya meneruskan perjuangan.
(dikutip dari "Perbendaharaan Lama" karya HAMKA)
semoga bermanfaat
Happy Sayyidul Ayaam

------- ilalang -------

Riya' - 2

Bismillahirrahmanirrahim .......

Riya (bagian 2)

Kadang-kadang kita ingin terlihat oleh orang yang tidak kita kenal. Misalnya di masjid, kita datang sendiri. Ketemu banyak orang di sana. Lalu, sesuai dengan pesan yang pernah kita dengar dari syaikh, "Perbanyak shalat sunah, atau sunah rawatib," kita lantas shalat. Tetapi, shalat itu kita perindah, dipercantik oleh kita, dengan harapan kita dilihat orang lain. Saat itu, hati kita sudah menyeleweng, karena kita ingin dipuji orang di masjid, betapa indah shalat kita. Padahal, belum tentu orang di masjid perduli, karena masjid memang tempat shalat. Hati kita sudah menyeleweng, itu riya juga. Maka obatnya adalah, "Mengapa kita harus memper-dulikan makhkluk itu?" Shalat kita adalah urusan kita dengan Allah SWT. Tidak ada urusan makhluk untuk memuji atau mencaci kita, karena caci maki makhluk, maupun pujian mereka, "hanyalah sebuah suara saja di alam semesta." Kadang-kadang, mungkin karena kebodohan makhluk itu, dia memuji kita, padahal kita orang bejat di atas bumi ini. Sebaliknya, kita harus ridha kalau ada orang mencaci, karena kita pantas dicaci maki, karena kerendahan maqam kita, karena ketidak-mengertian kita, karena memang kita hina. Jadi, kalau ada orang yang mencaci maki kita, mengapa harus bangkit kemarahan kita?
Sekarang coba perhatikan jenis-jenis riya yang lahiriah, yang mudah saja. Seseorang yang riya, misalnya, sudah barang tentu dia sangat terkait erat dengan dunia. Itu dulu yang harus kita perhatikan. Dia juga sangat membanggakan dunia, dan sangat kagum terhadap isi dunia, termasuk kagum kepada dirinya sendiri. Bila seseorang riya pada badannya sendiri, ketika pergi ke luar rumah, hatinya me-ronta-ronta ingin memperlihatkan kepada orang Iain kalau dia adalah si tampan. Kalau perempuan, dia ingin bilang dirinya sebagai si cantik. Itu sebuah rasa saja. Cara jalan orang itu diperindah, dengan harapan orang yang melihat dia tahu bahwa dia lebih dari yang lain. Padahal orang lain belum tentu melihat dia seperti itu. Itulah riya yang berhubungan dengan badaniah.
Lalu yang kedua, yang masih ada di dalam tubuh seseorang, yakni pakaian. Bila dia mengenakan sesuatu, hatinya lalu menyeleweng, ingin mengabar-kan, berbicara, "Hai makhluk yang bertemu dengan aku, engkau perhatikan, aku pakai baju baru dan model terbaru. Perhatikan, aku pakai sesuatu yang tidak dipakai orang lain. Aku pemakai pertama kali yang orang lain belum pernah pakai." Perasaan ini banyak hinggap di dalam hati ibu-ibu. Tetapi tidak sedikit juga yang ada di dalam hati bapak-bapak. Orang yang seperti itu, bila memakai sesuatu yang bermerek bagus, dia merasa bangga. Dia bukan ber-bicara tentang kualitasnya yang bagus, yang akan terpakai lama sekali, bertahun-tahun. Seseorang memang boleh membeli barang seperti itu, yang berharga mahal. Tetapi, bila hatinya menyeleweng dan berbangga atas harga barang, pakaian, ketampanan, kecantikan, bentuk rambut, atau apa pun, itu adalah riya. "Riya akan menghapus berbagai macam celengan amal-amal kita." Amal menjadi gugur karena pameran lahiriah dan badaniah. Kalau begitu, mengapa kita tidak merendah saja?
Ada lagi orang yang suka pamer tentang pangkat-pangkat. Itu lebih jelek lagi, lebih parah dari yang biasa. Tanda-tanda orang mencintai pangkat, gelar, sebutan-sebutan, adalah bila disebut namanya tanpa disebut pangkat atau gelarnya, hatinya tersinggung. Bahkan ada yang sampai menulis surat pun, rasanya kurang lengkap kalau dia tidak mencantumkan gelar yang dibanggakannya itu. Padahal, yang membaca surat seperti itu mungkin merasa sebal.
Semua itu adalah perasaan-perasaan. Semuanya adalah kebanggaan semu. Semuanya adalah keinginan diketahui sesama makhluk, agar dirinya merasa lebih tinggi dari makhluk lawan bicaranya. "Itulah sebuah kekurangajaran di hadapan Allah SWT karena dia ingin dipuji makhluk, melupakan Allah SWT dan tidak berharap dipuji Allah SWT dengan banyak memuji-Nya." Maka kepada golongan ini, nabi bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada riya sezarrah saja." Sedikit riya, sedebu riya, seseorang tidak bisa masuk surga. Betapa riya ini dalam kitab-kitab disebut sebagai racun yang amat berbahaya.
Adakah riya yang lebih berbahaya daripada itu? Ada. Riya tentang sesuatu yang membersit di dalam hati. Karena akar riya sesungguhnya dari dalam hati, saat kita berikan sesuatu, kita ingin diketahui orang lain kalau kita beri si miskin. Ketika memberi kepada orang lain, bahkan nyaris kita tanyakan untuk beroleh pengakuan dari orang yang kita beri. Itu keadaan manusia, itu lebih berbahaya.
Mungkin ada yang bertanya lagi, "Syaikh, adakah yang lebih berbahaya tentang riya?" Ada. Yang lebih jahat lagi, lebih durjana lagi. Apa itu? Riya dalam peribadatan-peribadatan. Orang yang beribadat, dengan mempertunjukkan, dengan mempertonton-kan kepada orang lain seolah-olah dia adalah ahli ibadah yang amat tinggi ilmunya; orang alim. Dia tunjukkan kepada orang lain bahwa dirinya orang berilmu tinggi dan alim, dengan mempertontonkan apa? Dia sudah mengaitkan sesuatu yang berbahaya. Dia hafalkan hadist. Dia hafalkan ayat Al-Quran, yang dia sampaikan kepada orang lain agar mereka menyebut dia orang pandai, orang alim, hafal hadist, hafal al-Quran. Padahal, saat dia berbicara hatinya bergerak ingin diketahui makhluk dan punya harapan ingin dipuji lawan bicara di hadapannya.
Adakah yang paling jahat dan lebih jahat lagi? Ada. Dialah riyanya orang yang berilmu, riya para ulama. Dia mengaku ulama tetapi mempertontonkannya sambil berharap akan pujian-pujian. Dia mengharap dan menjual ilmunya dengan sesuatu keduniawian yang sedikit. Lalu dia berpura-pura, menebarkan kemunafikan kepada orang banyak, bahwa dia berilmu tinggi. Maka, orang lain menyebut dia ulama, yang sesungguhnya kejahatannya lebih dari orang biasa. Itulah dia riya yang paling tinggi dan paling sulit dilepaskan, riya yang bercokol di hati ulama.
Bagaimana cara kita melepaskan diri dari riya? Yang pertama harus dikerjakan adalah dawamum dzikri. Terus menerus dalam keadaan dzikir, agar manakala hati kita sedang nyeleweng ingin dipuji makhluk, kita kembali kepada Allah SWT. Kita tidak perdulikan makhluk yang memuji atau mencaci. Kita meneruskan peribadatan, seperti ketika sedang bermunajat, "Hanya Engkau yang kumaksud, bukan makhluk. Ridha-Mu yang aku harapkan, bukan pujian dari makhluk.” Setelah itu, kita menjaganya agar kita tidak bernasib seperti orang yang tidak pernah menjaga hatinya dari pekerjaan riya. Semoga Allah SWT melindungi kita, lalu memaafkan kita. Bila terbersit dalam hati ada riya sezarrah pun besarnya, semoga Allah SWT menghapuskannya dan menerima amal ibadah kita yang bersih dari riya.
(Maqolah Syaikh Waasi' Achmad Syaechuddin ra, dari Tausiah "Riya Racun Berbahaya)
semoga bermanfaat
------- ilalang -------

Riya' - 1

Bismillahirrahmanirrahim...

Riya

Ini tentang riya (pamer), yang bisa menghapus segala amal kita. Bila kita berpulang ke hadirat Allah SWT masih membawa riya ini, maka disebutkan dalam satu hadist, "Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada riya sezarrah saja." Celakalah kita. Hadits yang lain “la yadkhulul jannata man kaana fii qolbihi mitsqoolu dzarrotin min kibrin” tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sebiji dari sifat sombong. Semoga kita tidak termasuk itu, kita yang sedang berjalan membersihkan penyakit hati. Termasuk penyakit hati yang sangat berbahaya adalah riya dan sombong.
Ujub, riya, sum’ah, takabur itu 'bersaudara', bertali erat, sangat berbahaya. Jauhkan itu semua dari hati kita. Gugurkan semua itu dari hati kita dengan membiasakan diri banyak berdzikir kepada Allah SWT, lalu singkirkan keinginan untuk dilihat makhluk bahwa kita sudah berbuat kebaikan.
Riya, dalam bahasa Arab berasal dari kata ru’yah, yang artinya menampakkan, riya adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia. Jadi dalam hati kita, ada sesuatu yang kita sendiri apabila berbuat kebaikan, ingin dilihat orang Iain, ingin diketahui orang Iain. Dialah sesuatu yang meronta-ronta yang ada dalam hati kita. Bila kita sudah melakukan kebaikan-kebaikan, berupa peribadatan lahiriah maupun bathiniah, dia ingin dipenuhi tuntutannya, "Ayo beritakan kepada orang lain, engkau telah berbuat baik, engkau telah beribadat." Ini harus dihapus dari dalam hati, karena riya merupakan racun yang berbahaya dalam peribadatan kita. Karena dapat menghapuskan amal kita di hadapan Allah SWT. Betapa bahayanya itu, kalau kita tidak pernah memperhatikan seluk beluk hati dengan riya, ujub, sum'ah, takabur dan sebagainya, lalu tidak pernah menghapusnya. Bila kita tidak pernah mewaspadainya, maka terlalu banyak peribadatan-peribadatan yang akan terhapus, karena diberitakan kepada orang lain, sekalipun orang itu tidak menanyakan tentang peribadatan tersebut.
Dorongan untuk memberitakan kepada orang lain itu dibawa oleh setan. Setan bercokol dalam hati, ingin mendorong untuk memberitakan kebaikan yang kita kerjakan. Ini hakekat daripada riya, selalu meronta-ronta di dalam hati ingin kita pamerkan kepada orang lain kebaikan dan kelebihan diri kita.
Kalau hati kita meronta-ronta ingin memberitakan kebaikan kita kepada orang lain, maka segara hapus itu dan agar orang lain tidak patut mengetahui peribadatan kita. Urusan peribadatan kita hanya antara kita dengan Allah SWT saja.
(Maqolah Syaikh Waasi' Achmad Syaechuddin ra., dari Tausiah "Riya Racun Berbahaya")

Semoga bermanfaat

------- ilalang -------

Istidraj

Bismillahirrahmanirrahim......

Istidraj

Ada lagi jenis orang-orang pendosa sejati, yang diberi kemurahan oleh Allah SWT, lalu hatinya berbicara, “Ohh, itu dia karunia Allah SWT kepadaku. Inilah kasih sayang Allah SWT yang diberikan kepadaku" Orang yang seperti itu tertutup hatinya. Dia bukan orang yang mengaku banyak dosa, tetapi merasa dia sudah menjadi orang suci. Dia merasa dirinya sudah memiliki ilmu yang tinggi. Dia merasa kalau apa-apa yang diterimanya dari Allah SWT itu berkat doa-doanya, lalu dia bilang bahwa dirinya hebat. Ini adalah istidraj.
Allah SWT memberikan sesuatu tetapi menghinggapkannya sebagai hukuman. Allah SWT menutup hatinya karena kejahatannya. Dia merasa suci, merasa orang benar, padahal dia sedang dihukum Allah SWT. Dia dinaikkan pangkatnya, diberi banyak harta, padahal itu semua adalah hukuman agar hatinya gelap. Dia tidak berurusan dengan Allah SWT. Allah SWT menyelipkan istidraj.
Yang lebih jahat lagi, orang itu berbuat jahat kepada Allah SWT dan lalu Allah Taala sisipkan kemunafikan di dalam dirinya. Lalu dia berdakwah ke mana-mana bagaikan orang suci. Dia pandai bicara kepada orang lain, berbicara di televisi, mengajak orang lain banyak beribadah, padahal dalam diri orang itu tidak ada peribadatan yang bernilai tinggi di mata Allah SWT. Dia menukar ilmunya dengan sesuatu yang bersifat duniawi, yang sejak dari rumah memang sudah diharap-harapkannya. Itu jelas bukan peribadatan. Itu istidraj. Orang-orang alim mengerti tentang istidraj ini, memahami seluk beluknya. Sebagaimana para sufi Banten mengatakannya begini, "Manakala engkau datang kepadaku, aku sudah mencium bau nafasmu."
Untuk menghindari istidraj ini, tidak lain yang bisa dilakukan kecuali dawamu dzikri, dawamu ubudiyah. Perbanyak dzikir, perbanyak peribadatan, agar kita dipelihara oleh Allah SWT, agar Allah SWT memberi kebaikan saja, bukan hukuman. Agar Allah Ta'ala menyisipkan daya sesal yang berkepanjangan kepada kita.
Mudah-mudahan Allah SWT memberi khauf (takut) yang sebenar-benarnya dan dijadikan-Nya kita ahli ibadah. Semoga semua ini juga diturunkan kepada anak cucu kita. Aamiinn.
(Maqolah Syaikh Wassi' Achmad Syaechudin ra, dari Tausiah "Takut, Tobat dan Istidraj")
Semoga bermanfaat dan Happy Sayyidul Ayaam
------- ilalang -------

Takut / Khauf - 2

Bismillahirrahmanirrahim ........

Takut (khauf) -2

Firman Allah SWT, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama." Hanya ulama yang memiliki rasa takut (khauf), yakni mereka yang ilmunya cukup. Allah SWT menyisipkan ilmu yang tidak terhingga kepada mereka, sehingga mereka akan tahu apa saja yang menjadi pelanggaran jelas dilakukan jawarihnya atau dengan sirr-nya. yang mereka takut melanggarnya.
Sekali lagi, hanya ulama yang benar-benar memiliki khauf. Mereka pemilik pengetahuan tertinggi dan Allah SWT membusanai mereka dengan ilmu itu. Mereka muqarrabin. Mereka itu sholihin. Merekalah yang memiliki rasa takut yang sesungguhnya. Mereka berbeda dengan orang awam, yang bilang takut tetapi melakukan pelanggaran setiap hari, terus menerus.
Perhatikan itu. Maka diperlukan pertobatan yang terus menerus. Caranya? Dawamu dzikri dan dawamu ubudiyah. Terus menerus dałam keadaan berdzikir, terus menerus mengingat Allah SWT dan terus melakukan peribadatan yang berkualitas. Ibadah yang berkualitas itu sesungguhnya hanya milik Allah SWT. Kita hanya berusaha. Lakukan itu terus menerus dan Allah SWT akan menyisipkan rasa takut secara bertahap dan kualitas peribadatan akan bertambah setiap hari. Kalau itu tidak dilatih, tetap melakukan pelanggaran, maka kejahatan tidak akan jauh-jauh dari kita. Kita berkawan terus dengan setan.
Teruslah berdzikir, menyebut-nyebut nama Allah SWT.
Allah SWT akan menyebut orang yang menyebut-Nya dengan af'al, dengan tindakan. Maka orang itu akan dipelihara-Nya. Dia tidak diberi kesempatan untuk berbuat dosa seperti yang dilakukan oleh orang awam. Orang awam yang telah berbuat dosa, lalu dia beribadah, bertobat, berdosa lagi, belum masuk ke dałam taubatan nasuha. Tobatnya masih kurang. Dia memerlukan tobat baru setiap hari.
Daya sesalnya (nadam-nya) tidak pernah bertambah. Nadam-nya hanya sekilas saja, lalu dia berbuat dosa lagi. Dia berbuat kesalahan lagi, berbohong lagi, menipu lagi, memperdaya orang lain lagi, memakan harta haram lagi, terus menerus mengikuti kemauan hawa nafsu yang menyenangkan hati dan jawarih-nya. Indriawinya dipakai untuk berbuat kejahatan terus. Tobat orang seperti itu tidak pernah tebal, nadam-nya tidak pernah berkepanjangan. Mintalah nadam yang berkepanjangan kepada Allah SWT. "Ya Allah, beri aku daya sesal yang berkepanjangan." Ingat, dalam salah satu hadis disebutkan bahwa menyesal itu sama dengan tobat. Siapa pemilik daya sesal yang berkepanjangan? Nabi Daud as. Selama 40 hari 40 malam, dalam keadaan sujud, beliau terus menerus menangis. Janggutnya basah. Biji-bijian yang terkena air matanya tumbuh menjadi tanaman.
Para masyaikh juga mudah mengeluarkan air mata. Mereka adalah contoh yang benar. Para pendzikir pandai meratapi dosa-dosa dan pandai menangis. Kita mencoba untuk mudah mengeluarkan air mata seperti aktingnya pemain film. Tidak bisa. Keluarnya air mata tidak bisa dibuat-buat. Allah SWT akan sangat tahu, mana yang betul-betul air mata, mana air mata yang dibuat-buat, air mata kejahatan atau air mata riya. Ohh, seseorang bisa mengeluarkan air mata di tengah keramaian. Allah SWT menyentuhnya barang sedikit, lalu keluar air matanya. Dia menangis. Padahal, menangisnya itu karena dia ingin diketahui orang lain. Jika demikian, habislah amalannya itu. Jika ingin menangis, menangislah di kesendirian agar tidak ada riya di dalamnya. Kalau tidak pandai mewaspadai gerak-gerik hati, tidak pandai bertempur melawan setan, menangislah di tempat yang sepi. Bila seseorang menangis di keramaian karena ingin dipuji orang, "0hh aku pandai menangis," dia jelas bukan orang alim. Dia jahat. Dia orang yang lemah, karena terkecoh oleh setan kelas rendah yang menggodanya, lalu dia mempertunjukkan tangisnya di depan orang banyak.
Mudah-mudahan Allah SWT memberi khauf yang sebenar-benarnya dan dijadikan-Nya kita ahli ibadah. Semoga semua ini juga diturunkan kepada anak cucu kita. Amin.
(Maqolah Syaikh Waasi' Achmad Syaechuddin ra, dari Tausiah "Takut, Tobat dan Istidraj")
semoga manfaat

Happy Sayyidul Ayaam
------- ilalang -------

Takut / Khauf - 1

Bismillahirrahmanirrahim....

Takut (khauf) -1

Allah SWT berfırman, "Fadz-kuruni adzkurkum.” Kita sering juga mendengarnya dari para pendakwah, "Panggil nama-Ku niscaya Ku-panggil lagi namamu." Mungkin kita berpikir bahwa kalau kita lantunkan dalam hati bahwa kita takut kepada Allah SWT, lantas Allah SWT bilang, "Aku takut kepadamu.” Bukan. Tidak seperti itu. Seluruh ciptaan di alam semesta ini takut kepada Dia, takut kepada orang yang takut kepada Allah SWT. Bila semua orang yang hadir di halaqah dzikir ditanya apakah mereka takut kepada Allah Taala, semua pasti akan menjawab, "Ya syaikh, aku takut.” Tidak akan ada orang yang berani mengatakan bahwa dia tidak takut kepada Allah SWT. Akan tetapi, rasa takut (khauf) yang dinyatakan di mulut orang biasa dan rasa takut yang benar-benar ditujukan kepada Allah SWT pasti berbeda. Ada 10 orang, maka ada 10 macam pula rasa takut yang ada di dada masing-masing.

Kita tidak boleh bohong, tidak boleh ujub, tidak boleh riya, tidak boleh takkabur, tidak boleh merasa lebih hebat ketimbang orang lain. Tidak boleh angkuh. Semua larangan itu sudah ada dalam hati kita. Ada orang mengatakan bahwa dirinya takut kepada Allah SWT tetapi dalam kenyataannya semua penyakit hati dan semua larangan itu dilanggarnya. Itu pertanda bahwa dia tidak memiliki rasa takut (khauf) seperti yang dimaksudkannya. Bagaimana seisi alam semesta akan takut kepada dia, model orang seperti kita ini?


Tidak ada orang sombong yang masuk ke dalam Surga, meskipun kesombongannya hanya sebesar zarrah “la yadkhulul jannata man kaana fii qolbihi mitsqoolu dzarrotin min kibrin.”Angkuh. Keangkuhan itu ada dalam diri kita. Kita menjadi makhluk yang bodoh kalau menyombongkan sesuatu yang orang lain tidak suka. Kita menyombongkan sesuatu kepada Allah SWT yang menciptakan kita. Sombong itu milik semua makhluk. Ayam? Ada sombongnya dia. Anjing yang berkaki empat dan berekor juga memiliki rasa sombong. Manusia yang kaya maupun miskin, ada kesombongannya. Bergaullah dengan orang miskin, terlihat bahwa kesombongannya cukup. Bergaullah dengan orang kaya. Tidak aneh kalau mereka sombong. Bergaullah dengan orang tampan, sombong dia. Tapi kesombongan ini ada pula pada diri orang buruk rupa. Entah apa pula gerangan yang kita sombongkan itu.

"Sebut nama-Ku maka Aku sebut namamu." Allah SWT menyebut dengan af'al, dengan tindakan. Apabila kita patuh kepada-Nya, maka Allah SWT akan menurunkan rasa kasih sayangnya dan memelihara kita. Allah SWT akan menambahkan dan menyisipkan rasa takut ke dalam hati kita.
Takut itu bertahap, bukan seperti takutnya orang awam, yang bilang dia takut kepada Allah SWT tetapi semua larangan dilanggarnya. Katanya takut kepada Allah SWT, tetapi barang haram diambilnya. Katanya takut, tetapi berbuat maksiat. Orang seperti itu sebenamya tidak takut. Dia membangkang kepada Allah SWT.
(Maqolah Syaikh Waasi' Achmad Syaechuddin ra, dari Tausiah "Takut, Tobat dan Istidraj")
semoga manfaat
------- ilalang -------

Senandung Sore Hari

Bismillahirrahmanirrahim...

Senandung sore hari.

Suatu sore, dalam perjalanan pulang kerumah, tiba-tiba anak bujang bertanya : “Bi, ada gak dosa yang gak diampuni?”. Pertanyaan sederhana yang jawabannya sama sekali tidak sederhana. Kujawab : “ada nak, namanya syirik atau menyekutukan Allah”. Lalu dijawab lagi : “maksudnya gimana Bi?”. Lalu kuterangkan perlahan : “Ingat gak do’a sehabis wudhu, kalimat pertama yang kita baca adalah Asyhadu ala ilaha ilallah wahdahu la syarikalah, nah.. la syarikalah ini maksudnya “tiada sekutu bagiNya”, artinya tidak ada partner karena Allah itu “qiyamuhu binafsihi” atau berdiri sendiri”. Jadi kita tak boleh menyamakan Allah dengan makhluk apalagi menganggap sesuatu itu lebih dari Allah, ini yang dimaksud dengan syirik.
Pertanyaanpun berlanjut : “jadi kalau orang berdosa besar selain syirik itu akan diampuni?”. “Iya nak” jawabku, “selagi nafas masih ada dan kita bertobat, pasti akan diampuni karena Allah itu Al Ghafur atau Dzat Yang Maha Pengampun. Ingat ga dulu waktu kamu kecil, aby sering cerita tentang Sayyidina Umar, tentang Al Wahsi”.
Kemudian kulanjutkan : “Yuk aby ingetin lagi. Sayyidina Umar ra sebelum masuk Islam pernah mengubur bayi perempuannya hidup2. Ada ga dosa yang lebih besar dari ini? Tapi kemudian beliau masuk Islam dan bertobat, lalu menjadi salah satu sahabat terdekat Rasulullah SAW, bahkan Rasulullah memberikan gelar Al-Farouk (sang pembeda) kepadanya dengan ucapan, Allah telah memberikan kebenaran di hati dan lidah Umar”.
Lalu ada Al-Wahsy, budak Siti Hindun yang membunuh Paman Rasulullah SAW Sayyidina Hamzah ra. Saat Fath’ul Makkah dimana Rasulullah dan para sahabat memasuki kota Makkah, banyak kaum quraisy yang masuk Islam, termasuk Al-Wahsy. Setelah bersyadahat dia menghadap Rasulullah dan meminta maaf. Lalu Rasulullah berkata : “ aku maafkan engkau Wahsy, namun aku juga manusia, kumohon agar kau menjaga jarak denganku”. Gembira Al-Wahsy karena dimaafkan perbuatannya membunuh Paman Rasulullah, namun bersedih dia karena Rasulullah minta agar jangan berada di dekatnya. Hari demi hari dilalui Wahsy dengan ibadah dan bertobat kepada Allah Ta’ala, saat malam tiba sholatnya bercucuran air mata, doa’nya hanya satu, Ya Rabb.. berikan aku amalan yang mampu menggugurkan dosa atas perbuatanku. Saat Rasulullah wafat dan digantikan oleh Sayyidina Abubakar, terjadilah perang Yamamah menghadapi sang nabi palsu Musailamah Al Kahzab. Wahsy berdiri paling depan dalam pasukan muslim, berharap mendapatkan syahid. Saat perang terjadi tiba-tiba dia melihat Musailamah berdiri persis pada posisi Sayyidina Hamzah saat Perang Uhud. Dengan “bismillahi Allahu Akbar” dilemparkannya tombak panjangnya dari jarak yang cukup jauh dan langsung menembus tubuh Musailamah. Seketika perang berakhir dan Wahsy terduduk sambil mengangkat tangannya sembari berteriak : “terima kasih Ya Raabbb, kau telah kabulkan doaku” demikian teriaknya berulang-ulang dengan berurai air mata.
Lalu ada Tulaihah bin Khuwailid Al Asadi. Panglima perang Musailamah yang ketika selesai perang Yamamah bertobat dan kembali menjadi muslim yang taat. Saat perang Qadisiyyah, Tulaihah menjadi Singa gurun yang lapar, melakukan solo run memasuki markas pasukan Persia, mengobrak-abriknya lalu keluar lagi. Dia menjadi pahlawan bagi pasukan muslim saat perang Qadisiyyah bersama Qaqa bin Abdillah. Allah mengabulkan permintaan syahidnya saat penyerbuan benteng Persia setelah perang Qadisiyyah.
“Itu hanya beberapa contoh nak, betapa Allah itu Maha pengampun, bahkan yang berdosa demikian besarpun dapat Allah tinggikan derajat kemuliannya bila bertobat dan memohon ampun kepada Allah Ta’ala dengan sebenar-benar tobat. Masih banyak lagi contoh lain”.
Demikian senandung sore yang berkualitas bersama anak bujang. Semoga Allah Ta’ala merahmati, meridhoi dan mengampuni kita semua. Aamiinn…
------- ilalang -------

Haya / Malu


Bismillahirrahmanirrahim...

Haya (Malu)

Adalah salah satu dari 4 keutamaan manusia (arba'a jawahid) yang sudah disematkan pada jiwa setiap anak Adam AS yang lahir kedunia dan ini pula yang membedakan manusia dengan ciptaan yang lain termasuk binatang.
Haya adalah rasa malu yang membentengi manusia dari perbuatan-perbuatan yang bersifat maksiat kepada Allah Ta'ala, menjaga kita dari semua perbuatan yang dapat menyebabkan kemurkaan Allah Ta'ala, baik yang bersifat habluminallah maupun habluminannaas.
Dalam lingkaran Akhlakul Kharimah, dimana Iman mewujudkan adab, kemudian adab menghasilkan ilmu, lalu ilmu menghasilkan amal dan amal akan menambah iman, begitu seterusnya berputar dan bertambah kualitasnya. Dalam putaran ini, haya adalah motor yang mengkonversi iman menjadi adab. Makin tinggi imannya, makin tinggi rasa malunya, makin tinggi pula adabnya, begitu seterusnya.
Oleh karena itu, saudara dan sahabatku tercinta. Mari kita pelihara rasa malu (haya) ini, mensyukuri anugerah yang telah Allah Ta'ala sematkan pada diri kita, agar kita senantiasa terjaga dari hal-hal dapat meyesatkan kita, terutama dari sifat serakah atau tamak yang menjadi lawan daripada haya (rasa malu).
Semoga Allah Ta'ala senantiasa memberkahi kita semua, merahmati dan melimpahkan ampunanNya bagi kita semua sampai akhir zaman.. aamiinnn.
Wallahul Musta'an wa Allahu Yahdikum

Wassalam
------- ilalang -------

gelak tawa


Lalu aku tergelak tertawa
Membaca tulisan sahabat
Yang lalu lalang begitu dahsyat
Menerpa menghajar tapi tersirat
Lalu aku tergelak tertawa
Bersyukur atas semua nasihat
Yang kadang tenggelam tak terlihat
Sungguh sahabat begitu hebat
Lalu aku tergelak tertawa
Dunia hanyalah sekedar hajat
Dari se Maha-Mahanya Dzat
Yang tak bersimpul dan tak terikat
Lalu aku tergelak tertawa
Seruput kopi hitam pekat
Berkhayal tanggal segala hasrat
Semoga kita semua tak tersesat
Lalu gelakku terkunyah tawa
Batavia, super semar 2020
------- ilalang -------

life

Suatu hari di retakan tembok tua, tersisa sedikit sisa air hujan, tak berapa lama lumut tumbuh disana, lalu hinggap pula spora yg berterbangan diudara menumbuhkan tanaman pakis, lalu mampir pula biji kecil dari kotoran burung yg menumbuhkan cerry, tak lama singgah rombongan semut meninggalkan telur cacing, hiduplah cacing kecil disana, makhluk tak bermata ini bagaikan mesin bor yg terus melubangi retakan untuk akar pohon cerry, lalu singgah pula kupu-kupu meninggalkan telur yg bérubah menjadi ulat. Demikianlah terjadinya kehidupan.
Subhanallah walhamdulillah wala ilaha ilallahu Allahu Akbar
------- ilalang -------

covid 19 - again...

Dunia adalah semesta teka teki
Menetaskan corona dalam pekatnya sunyi
Merayap menjalar pelan tapi pasti
Dan kita terjerembab tak kuasa berlari
Ada apa ini?
Semua yang sibuk meninggalkan kesibukannya
Semua yang pintar kehilangan kepintarannya
Semua yang alim merenungkan kealimannya
Semua yang gagah tercerabut kegagahannya
Lalu kita diam dirumah
Lihatlah istri/suami yang setiap hari kita tinggalkan
Lihatlah anak-anak yang tiba-tiba sudah besar
Lihatlah dinding rumah, plafon, pintu dan jendela
Lihatlah halaman dan pekarangan
Mengapa?
Adakah isteri setia itu kau didik dengan agama
Adakah anak-anak sudah faham tentang adab dan syariat
Adakah dinding dan lainnya mendengar alfatihah kita
Adakah lantunan kitab suci membekas gemanya
Lalu inikah sebab Allah merumahkan kita
Meninggalkan perniagaan yang kita khawatiri kerugiannya (kata At-Taubah)
Meninggalkan masjid tempat ibadah bersama (ada riya disana barangkali)
Meninggalkan ibadah umrah (barangkali ada riya dan sum’ah disana)
Meninggalkan silaturahmi (barangkali ada gibah disana)
Mungkin kita sesungguhnya belum mampu
Tapi berlagak paling tahu
Mungkin ilmu kita sebenarnya tak seberapa
Tapi pandai sungguh kita membolak balik kata
Yaa Rabbana, ampuni kami semua
Batavia, dalam irama corona 27 march

------- ilalang -------

covid 19

Bismillahirrahmanirrahim...
Sore Menjelang pulang
Ada yang mengganjal dikepala
Memaksa untuk merangkai kata
Entah akankah ada gunanya
Telah datang masa gundah
Tentang datangnya wabah
Telah terpapar beritanya sudah
Lalu bernafaspun kita resah
Duhai saudara dan sahabat
Mengapa nafaspun harus tercekat
Darimana datang semua sebab
Diantara semua yang tak terlihat
Yang menjadi bagian dari yang kita hisap
Ada caci maki disana
Ada kemarahan disana
Ada hasad dan hasud disana
Ada iri dan dengki disana
Ada keluh kesah disana
Ada kebohongan disana
Ada begitu banyak sumbangsih kita
Yang mengotori udara tapi tak terlihat
Lalu mengapa kita resah?
Ingatlah kekhawatiran Baginda
Akan kotornya dunia
Maka ingatlah pula pesannya
Agar selalu menyebut nama-Nya
Dalam setiap tarikan nafas
Dalam setiap detak jantung
Agar menjadi hamba yang selamat
semoga bermanfaat
------- ilalang -------

Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...