Monday, January 21, 2019

Yang Pertama (the first)


Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim

Yang Pertama

Saudara dan sahabat, semoga Allah Ta’ala senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah, inayah serta kasih sayangNya pada kita semua, aamiinn…

Pernahkah kita berfikir tentang apa yang kita khawatiri dalam hidup ini, kemiskinan? Popularitas? Atau lainnya? Pernahkah kita membayangkan, terutama setelah berada di usia senja, bahwa ternyata semua yang berbau keduniawian itu tidaklah terlalu mengkhawatirkan, toh kita semua melaluinya dengan cara masing-masing dan ternyata kita baik-baik saja.

Sudah sangat sering saudara dan sahabat mengingatkan bahwa dunia ini hanya sementara, sudah cukup banyakkah bekal kita untuk beranjangsana ke tempat abadi kita? Tentunya kita termasuk orang yang beruntung karena banyak yang mengingatkan tentang Akhirat Resort tersebut.

Sampai suatu hari saya merenung, benarkah semua amalan baik tersebut dapat membantu kita, apakah cukup dengan berbuat baik saja maka kita akan termasuk orang yang selamat?.

Hasil yang didapat dari merenung tersebut ternyata berupa “key point” tentang semua yang pertama, sebelum melangkah ke stage selanjutnya. Mari kita coba untuk mengulasnya sebagai berikut;

1.       Yang Pertama Dilihat.
Sebagaimana Hadits Rasulullah saw :
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى( أَجْسَادِكُمْ وَ لاَ إِلَى ) صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ (إِنَّمَا) يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ ( وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ) وَ أَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa dan harta kalian. Akan tetapi sesunguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati kalian (Nabi Shalalllahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke dadanya) dan dia melihat pula kepada amal kalian.
Dalam Hadits yang lain Rasulullah saw menyatakan bahwa pada tubuh kita ada segumpal daging, bila ia baik maka baiklah semuanya, bila ia buruk maka buruklah semuanya, dia adalah hati (qalbu).
Terang benderang bagi kita akan tetapi ghaib bagi orang lain, hanya kita yang tahu bagaimana kondisi qalbu ini, ikhlas kah?, iri kah?, tawaddu kah?, ujub kah?, dll, dll. Kuncinya adalah bila ternyata dia buruk maka tidak ada amalan yang dapat kita harapkan dapat membantu kita nanti. Bagaimana menjaga agar dia tetap terjaga kebaikannya, konon hanya zikirlah  yang dapat menjadi stabilizernya.
2.       Yang Pertama Ditanya.
Pertanyaan pertama yang akan disampaikan saat kita di alam kubur adalah “Man Rabbuka” atau “Siapa Tuhanmu”. Saat itu mulut sudah bebas tugas, dia tidak lagi menjadi juru bicara, semua anggota tubuh kita akan menjawab pertanyaan tersebut. Sampai disini dapat kita bayangkan apa yang akan dijawab oleh kaki bila jarang ke masjid atau ke pengajian, apa yang dijawab oleh tangan bila sehari-hari mengetik berita bohong, apa yang akan dijawab oleh kepala bila yang difikirkan selalu saja diri sendiri, demikianlah bilamana dalam keseharian kita tidak menyertakan Allah Ta’ala dalam setiap kegiatan/aktifitas kita, maka kita sangat layak untuk khawatir. Gagal pada pertanyaan pertama ini menggugurkan pertanyaan selanjutnya, karena bukan pertanyaan kedua yang akan diterima melainkan azab kubur sampai kiamat tiba.

3.       Yang pertama Ditimbang.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”
Ini adalah hal terkadang kita sepelekan saat hidup didunia, ternyata sholat adalah penentu dari diterima atau tidaknya amal shalih kita semasa didunia. Tentunya yang dimaksud “baik shalatnya” tersebut bukan hanya sekedar sholat, tentunya kita harusnya khawatir apakah sholat kita sudah baik? Tentunya kita harusnya khawatir apakah sholat kita sudah benar? Bukankah ia jadi penentu tentang diarahkan kemana kita nantinya?

Demikian saudara dan sahabatku tercinta semoga bermanfaat bagi kita semua dan mari kita khawatiri 3 hal “Yang Pertama” tersebut.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT 


Wednesday, January 16, 2019

Sholat dan Mobil (prayer and car)


Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim…

Sholat dan Mobil

Long-time no see, semoga kita semua selalu dalam lindungan dan curahan kasih sayang Allah Ta’ala, aamiinn…

Beberapa hari ini terlintas kembali fikiran tentang betapa pentingnya sholat, terutama bila mengingat bahwa sholat adalah hal pertama yang ditimbang saat Yaumil Hisab nanti. Fikiran ini selalu muncul terutama bila mengingat Hadist Rasulullah saw yang berbunyi ;

فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Ausath, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1358 karena banyak jalannya)

Beberapa tulisan pernah terlontar tentang ini, baik di blog ini maupun dalam bentuk pesan pribadi (private message) ke sahabat, teman atau keluarga. Namun belakangan ini sebuah analogy muncul dikepala, dicoba untuk direnungkan dan dibayangkan hasilnya bila diungkap, karena rasa rendah diri dan rendah ilmu itu selalu saja ada bila ingin berbagi nasihat, namun terlalu kuat desakan untuk mengungkapnya, hingga marilah kita nikmati bersama.

Setelah berbicara dengan banyak orang, termasuk teman, sahabat, keluarga dan lainnya, sebuah hipotesa unik muncul tentang sholat, bahwa hampir sebagian besar kita dan pasti termasuk saya sendiri selama ini mengerjakan sholat seperti mengendarai mobil. Kenapa demikian?.

Banyak diantara kita bisa mengendarai mobil, ada yang belajarnya dengan mobil orang tua, mobil teman atau belajar lewat kursus mengendarai mobil. Setelah bisa mengendarai dan lingkungan memvalidasi kemampuan kita membawa mobil, maka jadilah kita seorang yang bisa mengendarai mobil. 
Pada titik ini, kita terbagi dengan :
1.       Mempunyai SIM (Surat Izin Mengemudi)
2.       Tidak mempunyai SIM

Anggap saja kita sudah memiliki SIM dan sudah puluhan tahun mengendarai mobil, lalu coba kita bayangkan apakah selama ini kita sudah mengendarai mobil dengan BENAR? Mari kita coba perhatikan orang yang mengendarai mobil saat ini, boleh juga kita perhatikan cara kita sendiri mengendarai mobil, apakah sudah benar? Apakah sudah mengikuti ATURAN dan ETIKA dijalan raya? Ternyata untuk menjadi BENAR harus ada ATURAN yang dipatuhi (rukun) dan ETIKA yang juga sebaiknya dipakai (adab).

Kita ambil contoh sebagai berikut :
1.       Bahwa aturan bila di pertigaan, semua kendaraan harus STOP terlebih dahulu, memastikan bahwa tidak ada kendaraan lain melintas dari kiri atau kanan, barulah boleh berbelok. Mungkin kita sering lihat bagaimana kendaraan berbelok tanpa melihat kiri kanan, yang seringkali membuat kita melakukan REM mendadak.
2.       Bahwa lampu jalan harus ditaati, tidak perduli dalam keadaan kosong (tidak ada kendaraan) sekalipun. Sering kita lihat saat lampu menyala merah dan melihat tidak ada kendaraan lain, kendaraan yang seharusnya berhenti melenggang begitu saja.
3.       Bagaimana dengan yellow disjunction box di perempatan, bagaimana bila lampu menyala hijau tapi didepan kita macet, apakah pantas kita membunyikan klakson saat terjadi kemacetan, apa yang dilakukan bila kita ingin mendahului kendaraan didepan, bagaimana aturan berhenti dipinggir jalan, dan seterusnya dan seterusnya.

Contoh-contoh diatas sempat membuat saya merenung, bahwa ternyata untuk mengendarai mobil ternyata tidak cukup dengan bisa mengendarai saja, tetapi harus dapat mengendarai dengan benar.

Lalu apa hubungannya dengan sholat!!, disinilah sebuah analogy terbentuk, sebuah kesadaran diri tertumpah dan menyatakan bahwa betapa selama ini telah lalai akan sholat yang BENAR, betapa selama ini hanya sampai sebatas BISA saja, …astaghfirullah…tsumma astaghfirullah.

Kekhawatiran akan sholat yang benar ini akhirnya mengajak diri untuk menelisik tentang bagaimanakah sholat yang benar, lalu dicobalah dengan segala keterbatasan yang ada (terutama ilmu) untuk membedahnya, semoga Allah ridho..aamiinn

1.       Wudhu
Hukum wudhu dilansir dalam QS Al-Maidah ayat 6, dimulai dengan membasuh muka terus sampai membasuh kaki tanpa membasuh telinga. Disini kita dapat rujukan bahwa membasuh, telapak tangan, hidung dan telinga adalah Sunnah. Kemudian ayat tersebut mengajarkan cara tayammum cukup dengan membasuh muka dan tangan. Karena ayat inilah maka bagi yang mengamalkan Manhaj Imam Syafei ra, niat wudhu harus dilakukan saat membasuh muka, Fiqh Syafei menyebutkan bahwa niat wudhu yang dilakukan sebelum atau setelah membasuh muka hukumnya tidak sah, sehingga wudhunya pun tidak sah!.
Apakah wudhu kita sudah benar? Ingat sah tidaknya wudhu menyangkut sah tidaknya sholat.

2.       Qalbu
Saya tidak akan mengangkat soal rukun sholat yang 13, karena pasti semua sudah paham, selanjutnya adalah Qalbu sebagimana Hadits Rasulullah saw;
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى( أَجْسَادِكُمْ وَ لاَ إِلَى ) صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ (إِنَّمَا) يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ ( وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ) وَ أَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa dan harta kalian. Akan tetapi sesunguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati kalian (Nabi Shalalllahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke dadanya) dan dia melihat pula kepada amal kalian”.
Ini masalah adab dalam sholat, apakah hati kita juga sholat? Ada banyak cara untuk melakukan ini silahkan cari guru atau ustadz agar dapat belajar sholat dengan hati.

3.       Al-Fatehah
Termasuk rukun sholat yang berupa lafaz dan didawamkan, ternyata tidak banyak yang tahu bahwa ada 14 sabdu/tasydid dalam Al-Fatehah yang tidak boleh tertinggal karena menyangkut sah dan tidaknya Al-Fatehah (dari Imam Nawawi Al Bantani, atau silahkan tanya Mbah Google ternyata banyak sumber lain juga).
Apakah Al-Fatehah kita sudah benar?

4.       Tuma’nina
Termasuk Rukun sholat, dalam artian sesungguhnya adalah berhenti sebentar, artian luasnya berhenti sebentar dan tetap dalam urutannya/tartill.
Sepertinya ini juga termasuk yang sering kita abaikan, para masyaikh mengajarkan bahwa tuma’nina dilakukan untuk mengambil nafas (inhale) dan saat melafazkan takbir untuk gerakan berikutnya kita melepaskan nafas (exhale) sambil bertakbir.
Apakah kita sudah benar?

5.       Doa khusus dalam sholat.
Banyak yang ragu antara boleh dan tidak, Rasulullah saw menyatakan untuk perbanyaklah mengagungkan Allah saat ruku’ dan perbanyaklah do’a saat sujud dan dalam beberapa hadits Rasulullah saw juga berdoa saat tasyahud akhir.
Kalau ini pasti sudah benar semua.

6.       Tasyahud Awal
Banyak versi padahal ini adalah rukun, tasyahud awal dimulai dengan Attahiyattu….. diakhiri dengan shalawat nabi, masalahnya adalah dimana berhentinya lafaz shalawat, sebagian berkata bahwa shalawat hanya “Allahuma shalli ala Sayyidina Muhammad” dan sebagian melanjutkan dengan “wa ala alii Sayyidina Muhammad” dengan dasar hadits “termasuk orang bakhil bagi yang bersalawat kepadaku tanpa bersalawat pada keluargaku”
Inipun pasti sudah benar semua, karena semua pilihan benar, termasuk bagi yang memakai Sayyidina atau yang tidak.

Demikian mungkin masih banyak lagi yang lain. Kenapa saya selalu khawatir tentang sholat?, karena cerminan akhlak kita adalah sholat, yang menjaga kita dari maksiat juga sholat (Al-Ankabut 45), mungkin lebih jelas pada tulisan tentang sholat sebelumnya. Tulisan ini merupakan tulisan ketiga tentang Sholat yang mengajak kita semua untuk tidak sekedar BISA sholat.

Tulisan ini dimaksudkan bagi diri saya sendiri dan juga bagi yang membaca, mari kita sama-sama memperbaiki diri kita, saling memberi tahu dan mengingatkan dalam kebaikan, karena saya juga masih terus  belajar dan berupaya untuk menjadi manusia yang lebih baik

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT


Thursday, December 27, 2018

3 orang ..oohh 3 orang ( 3 people .. oohh 3 people)

Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim..

Teringat cerita tentang 3 orang ini, kemudian dicarilah agar dapat berbagi, semoga bermanfaat dan semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah ta'aala, satu-satunya tempat bergantung dan tempat memohon pertolongan


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah yang Maha tinggi dan Maha suci akan turun kepada hamba pada Hari Kiamat untuk memberikan keputusan di antara mereka. Dan setiap umat dalam kondisi berlutut. 

Kemudian orang yang pertama kali dipanggil adalah orang yang menghafal Al-Quran (Al-Qari), orang yang jihad di jalan Allah, dan orang yang banyak harta. Maka Allah berkata kepada sang qari` (orang yang bisa dan paham Al-Quran), ‘Tidakkah Kuajarkan kepadamu apa yang saya turunkan kepada Rasul -Ku?’ Dia menjawab, ‘Benar wahai Tuhanku’. Allah berkata lagi, ‘Apa yang kamu perbuat terhadap apa yang sudah kamu ketahui itu?’ Dia menjawab, ‘Saya menjalankannya sepanjang malam dan sepanjang siang.’ Maka Allah berkata, ‘Kamu telah berdusta’. Dan para Malaikat berkata kepadanya, ‘Kamu telah berdusta.’ Kemudian Allah berkata kepadanya, ‘Justru kamu melakukan hal itu dengan maksud agar dikatakan: Si fulan adalah qari`’. Dan hal itu telah dikatakan kepadamu.’

Kemudian didatangkan orang yang mempunyai banyak harta. Allah berkata kepadanya, ‘Tidakkah sudah Kulimpahkan harta kepadamu hingga kamu tidak membutuhkan siapa pun?’ Orang itu menjawab, ‘Benar wahai Rabbku.’ Allah bertanya lagi, ‘Apa yang kamu kerjakan terhadap harta yang Kuberikan kepadamu itu?’’ Dia menjawab, ‘Saya menggunakannya untuk menyambung silaturrahmi dan bersedekah.’ Allah berkata kepadanya, ‘Kamu telah berdusta.’ Para Malaikat juga berkata kepadanya, ‘Kamu telah berdusta.’ Kemudian Allah berkata, ‘Justru kamu melakukan itu dengan maksud agar dikatakan: Si Fulan adalah lelaki yang dermawan.’ Dan hal itu sudah dikatakan kepadamu.

Kemudian didatangkan orang yang terbunuh di jalan Allah. Maka Allah berkata, ‘Dalam rangka apa kamu terbunuh?’ Dia menjawab, ‘Saya diperintah berjihad di jalan Engkau. Maka saya berperang hingga terbunuh.’ Allah berkata kepadanya, ‘Kamu telah berdusta.’ Para Malaikat juga berkata kepadanya, ‘Kamu telah berdusta.’ Allah berkata, ‘Justru kamu melakukan itu agar dikatakan kepadamu: Si Fulan adalah pemberani. Dan hal itu telah dikatakan kepadamu.’

Kemudian Rasulullah saw menepuk kedua lututku sambil berkata, “Wahai Abu Hurairah! Ketiga golongan itu adalah makhluk yang pertama kali neraka dinyalakan untuk mereka pada Hari Kiamat.” (H.R. At-Tirmidzi dalam sunannya).

Al-Quranul Karim, Surat Hud ayat 15-16:
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”

Allahu'alam bissawab
Barakallahu liwalakum
Wass
ACT

Wednesday, December 26, 2018

Sholat Jenazah (corpse prayer)


Assalamualaikum wr wb

Saudara dan Sahabatku..

Disenja usia ini, hampir tiap hari ada berita tentang kematian, entah itu tetangga, teman, temannya teman, sanak saudara dan lainnya.  Tiba-tiba terlintas difikiran, apakah kita semua (terutama yang laki-laki) sudah faham tentang pengurusan jenazah? Teringat pengalaman suatu hari saat melayat dan akan menshalatkan jenazah, tidak ada yang maju untuk menjadi Imam Shalat, termasuk Imam Masjid dan Pengurus Masjid lainnya, kenapa?

Jawabannya ternyata bahwa sudah ditentukan secara Syar’I mengenai yang berhak menjadi Imam Shalat Jenazah dengan urutan sebagai berikut :
1.       Ayah jenazah.
2.       Kakek, ayah dari ayahnya jenazah.
3.       Anak laki-laki jenazah.
4.       Cucu laki-laki dari anak laki-laki jenazah.
5.       Saudara kandung laki-laki jenazah.
6.       Saudara laki-laki yang seayah dengan jenazah.
7.       Keponakan berjenis kelamin laki-laki dari saudara laki-laki sekandung jenazah.
8.       Paman saudara yang sekandung dari ayah jenazah.
9.       Paman saudara yang seayah dengan jenazah.
10.   Keponakan berjenis kelamin laki-laki yang masih saudara dan sekandung dengan jenazah.
11.   Sepupu atau anak dari paman yang masih saudara kandung dengan jenazah.
12.   Sepupu yang merupakan anak dari paman yang seayah dengan jenazah.
13.   Tuan yang pernah memberikan kemerdekaan bagi si jenazah.
14.   Sultan maupun presiden.
15.   Kerabat berjenis kelamin laki-laki dan bukan menjadi ahli waris. Yang seperti ini didahulukan yang hubungan kekerabatannya lebih dekat dengan jenazah misalnya kakak ayah dari jenazah. Setelah itu cucu laki-laki dari anak perempuan jenazah.
16.   Suami jenazah.
17.   Selain saudara dan kerabat jenazah

Oleh karena itu, bilamana ingin orang lain yang menjadi Imam Shalat Jenazah, maka mereka yang berada pada urutan tersebutlah yang harus meminta kepada yang bersangkutan. Tanpa diminta, maka siapapun yang tidak termasuk dalam urutan tersebut akan merasa tidak berhak.

Selanjutnya bagaimanakah urutan shalat jenazah itu? (saya yakin semua sudah tahu, ini hanya mengingatkan), hendaknya jenazah sudah dimandikan dan dikafani, boleh saja belum dikafani tapi hukumnya Makruh.
1.       Wudhu
2.       Jama’ah, sebaiknya 3 saf dan tetap ganjil kalau lebih dari 3 saf
3.       Niat “Ushalli alaa  hadzal mayyiti (hadzihil mayyitati/perempuan) arba’a takbiratin fardhol kifaayati Imaaman (makmuman) lillahi ta’aala”
4.       Takbir Pertama, membaca Al Fatihah
5.       Takbir Kedua, membaca Shalawat Ibrahimiyyah atau Tasyahud Akhir
6.       Takbir Ketiga, membaca “Allahumaghfirlahu(ha) warhamhu(ha) wa’afihi wa’fuanhu(ha)
7.       Takbir Keempat, membaca “Allahuma laa tahrimna ajrahu(ha) wala taftinna ba’dahu(ha) waghfirlana wallahu(ha)
8.       Salam


Setelah salam adalah Do’a yang boleh saja dimintakan pada orang lain untuk memimpinnya.

Demikian semoga bermanfaat, terutama bagi saudara dan sahabatku yang laki-laki, karena kita tak pernah tahu dan bila ternyata tak ada satupun dari 16 orang diatas yang dapat menshalatkanku, maka sungguh suatu kehormatan dan kebahagian bila saudara dan sahabatlah yang meng Imami jenazahku.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT


Sunday, December 2, 2018

First Question (Fatal Answer) - bilingual


Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum wr wb

Pertanyaan Pertama.

Pagi ini sebuah diskusi berlangsung menarik didalam kepala, tanya jawab berlangsung dengan cepat yang ditutup dengan sebuah argumentasi yang indah tentang “Pertanyaan Pertama”

Wal awwalu sebenarnya datang dari sebuah statement saat bergurau bersama teman-teman lama beberapa waktu lalu. Bunyinya kira-kira adalah “Kita bertanggung jawab dan akan ditanya diakhirat atas siapa yang kita pilih saat Pilpres nanti”. Saat itu masing-masing membuat argument atas pernyataan tersebut dengan cara masing-masing pula, sehingga sampai pertemuan bubar tidak ada satu kesimpulan atas pernyataan tadi.

Pagi ini pernyataan tersebut muncul lagi dan gurauan mentari pagi ditambah sejuknya asap knalpot kendaraan membuat sebuah elegi tentang masa depan kita.

Saat maut menjemput, dimana Nafs tercerabut dari cangkangnya, melesatlah dia ke angkasa  bersama Ruh demi menjumpai Illahi Robbi (Ya Ayyuhan naftsun mutmainnah, irji’I ila Rabbiki…). Setelah melapor maka Nafs akan kembali ke bumi kemana sang jasad akan dikuburkan sementara Ruh kembali keharibaan Sang Pencipta (Dan di Lauhul Mahfuz terdapat sebuah pohon dimana para ruh berdiam bersama dengan kelompoknya).

Setelah jasad dikuburkan dan 70 langkah setelah pengantar terakhir pergi, kita akan kedatangan tamu (Malaikat Munkar dan Nakir) yang akan melakukan tugasnya menginterogasi dan menginterview kita, dimana saat itu mulut akan terdiam dan seluruh anggota tubuh akan menjawab pertanyaan tersebut.

Pertanyaan Pertama yang akan disampaikan adalah (ini bocoran nih)…..” Man Rabbuka..!!!” Siapa Tuhanmu..!!!. Terbayangkah oleh kita apa yang akan dijawab oleh seluruh anggota tubuh ini (bukan mulut yang menjawab), tentunya tidak ada lagi yang dapat ditutupi, semua terlontar lurus, jujur dan tanpa tedeng aling-aling. Pertanyaan ini berhubungan erat dengan apa yang selalu kita baca dan tunaikan setiap hari, yaitu SYAHADATAIN ditambah lagi dengan janji kita saat membaca Iftitah “Inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi Rabbil Alamin”.

Apakah kita akan gelagapan, gugup dan nervous? Tentu tidak, masing-masing kita akan menjawab dengan tegas dan lugas sebagaimana apa yang dijalani dalam kehidupan didunia. Sebagai ilustrasi, Imam Al Gazali menyitir dalam bukunya “ Al Ghurur/Manusia Tertipu” yang akan kita selaraskan dengan Pertanyaan pertama sebagai berikut;

1.       Abid (ahli Ibadah), dengan dengan lantang akan menjawab bahwa Tuhannya adalah “Ibadah” yang mungkin saat didunia dilakukannya karena/dengan “riya” atau “sum’ah”
2.       Ulama (Ahli Ilmu), akan mejawab pula bahwa Tuhannya adalah “Ilmu” yang dia kejar sedemikian rupa sehingga melupakan fitrahnya sebagai hamba dan mungkin dunia akan meninggikannya karena keilmuannya yang tak disadarinya bahwa itu sia-sia.
3.       Hartawan, akan mejawab Tuhannya adalah “Harta” yang dikejarnya siang malam, kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala, begitu bangga dia dengan pancapaian dunianya tanpa disadari bahwa eksistensi Tuhan pada dirinya telah bergeser jauh.
4.       Penguasa (Pejabat), akan menjawab Tuhannya adalah “Kekuasaan” dimana dia akan mengejarnya dengan segala macam cara, halal haram hantam, jual semua yang ada, baik aqidah bahkan agama dijadikan senjata demi mencapai kekuasaan yang dikejarnya. Innalillahi…

Iustrasi diatas tentunya hanya untuk mereka yang tertipu bukan untuk mereka yang dalam hidupnya menempatkan Allah swt diatas segalanya, diatas ibadah, ilmu, harta, kekuasaan bahkan diri sendiri (ego).

Demikan ternyata bukan “siapa yang kita pilih saat pilpres” yang harus kita khawatirkan, justru Pertanyaan Pertama ini yang seyogyanya membuat kita cemas dan panas dingin. Semua jawaban pada ilustrasi diatas diatas akan dijawab oleh Malaikat dengan teriakan “WRONG ANSWER BRO” dan cerita selanjutnya tidak layak untuk dijadikan bahan bacaan karena mengandung kekerasan.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT


Thursday, November 15, 2018

To; My Son - bilingual


Assalamualaikum wr wb…
Bismilliahirrahmanirrahim

Anakku.. Aby ingin berpesan padamu tentang Adab

Apakah Adab itu..???
Adab adalah ekspresi sikap atau tindakan manusia, baik itu lisan, tulisan maupun gerakan yang berhubungan dengan manusia lainnya, baik berupa antisipasi maupun respon yang kita yakini dibenarkan oleh syariat Islam, didasari oleh hadist atau ajaran para masyaikh dan yang pasti disukai oleh Allah swt.

Apakah ciri adab itu..??

1.  Yang pertama adalah merendahkan diri, ini adalah dasar dari adab agar kita terhindar dari gerakan-gerakan hati yang mengarah ke ujub, sum’ah ataupun riya’. Kerendahan diri menunjukkan ke zuhud an hati manusia, merendahkan diri tidak berarti kita menghinakan diri dihadapan orang lain. Dalam kerendahan diri terkandung sikap hormat baik itu antara murid dan guru, yang muda dan yang tua yang berilmu dan tidak, dan seterusnya. Sikap hormat yang tercermin dalam kerendahan itu adalah refleksi dari Iman, refleksi dari ketidakbergantungannya kita kepada makhluk karena kita sudah memiliki Allah swt sebagai tempat bergantung.  Bayangkan bilamana semua kita saling merendahkan diri, guru merendahkan diri saat berhadapan dengan murid, begitu juga sang murid, yang tua merendahkan diri saat bertemu yang muda, begitu juga yang muda, tentunya yang namanya “nafs” akan bingung untuk darimana mulai menggoda.
Suatu hari nanti kau akan mengalami bahwa saat guru/orang berilmu menerangkan sesuatu kita harus diam, saat orang bicara kita harus mendengar, saat orang menegur kita harus menjawab, saat bertemu orang kita mengucap salam dan menjawab salam, begitu seterusnya.
Suatu hari nanti kau akan mengerti bahwa dalam Islam itu adab sangatlah diutamakan, ada adab bertamu dan menerima tamu, ada adab bertetangga, ada adab bersaudara, ada adab anak dan orang tua, ada adab ke kamar mandi, ada adab makan, dst…dst. Indah betul Islam ini nak.
Dalam literatur Islam tuntunan Adab ini dapat ditemukan baik dalam Al Quran, Hadits maupun Hadits Qudsi, biasanya dimulai dengan kata-kata “Belum beriman seseorang yang ……..”, tuntunan adab juga dapat ditemukan dalam literatur tentang Adab yang di tulis oleh para Masyaikh, baik itu ahli hakikat maupun ahli syariat. Selain itu pelajaran Adab dapat ditemukan dalam pengajian2 baik hakikat maupun syariat yang ditandai dengan mempelajari natija (gerak laku) para Masyaikh yang terdahulu.

2.   Yang Kedua, Adab mencerminkan Iman seseorang. Allah swt lebih dulu menanamkan Iman ke dalam diri kita masing2, kemudian Iman ini mengekspresikan diri terhadap lingkungannya dalam bentuk Adab, lalu Adab ini membuat manusia sangat gampang mencerna ilmu (Sayyiidina Ali ra. berkata ; “Adab mendahului Ilmu”). Ilmu yang didasari keikhlasan dan ridho Ilahi akan menghasilkan Amal (tentunya Amal Sholeh), kemudian Allah swt akan menambahkan Iman pada diri kita sebagai ganjaran atas ilmu yang diamalkan. Begitulah seterusnya bertambah keimanan seseorang.

Demikian anakku, semoga engkau dapat mengerti dan memahami, kalau tidak kini mungkin nanti.

Allahu'alam bissawab

Barakallahuli walakum
Wassalamualaikum Wr Wb
ACT 

Tuesday, November 13, 2018

Penyimpan Ingatan / Memory Keeper


Assalamualaikum Wr Wb

INGATAN MANUSIA

Sepanjang perjalanan pagi ini, muncul sebuah pencerahan tentang memory yang intinya kira2 begini :

1. Memory disimpan dalam 2 tempat (persis komputer), jangka pendek disimpan di otak (ROM) kemudian terjadi pemilahan (sortir) untuk masuk pada penyimpanan jangka panjang pada qalbu (RAM). Nah kriteria pemilahan inilah yang menyebabkan perbedaan antara orang satu dengan lainnya dalam hal mengingat satu peristiwa, karena mereka punya kriteria yang berbeda-beda.

2. Berdasarkan kejadian suatu peristiwa, ada beberapa unsur yang menjadi pembentuknya, yaitu :
a.   Delic, atau hasil peristiwa, seperti indah, puas, surprise, dll yang berada di wilayah rasa,sebagian besar simpanan memory jangka panjang kita dicetuskan oleh faktor ini. Contoh lain adalah kita biasanya ingat kapan pertama kali punya sepeda, ini karena rasa senang yang membuat memory itu tersimpan dalam memory jangka panjang (RAM/Qalbu)
b.     Locus, atau tempat, sebagaian memory jangka panjang tersimpan karena pengaruh lokasi peristiwa.
c.     Tempus, atau waktu, ini juga dapat membuat suatu peristiwa masuk dalam memory jangka panjang
d.   Modus, urutan kejadian, bilamana peristiwa tersebut merupakan sesuatu yang luar biasa, maka memory biasanya menyimpan sampai ke urutan peristiwanya.
e.   Motif, sebab atau causa, sangat jarang tersimpan, tapi bisa jadi bilamana motif itu sesuatu yang direncanakan dan berhasil, maka dia akan tersimpan cukup lama pada memory jangka panjang.

3. Pada setiap manusia, tidak sama cara menentukan kriteria pemilahan untuk penyimpanan jangka panjang dan keterbatasan ruang pada RAM juga membuat pemilahan dilakukan dengan seksama. Inilah sebabnya kita tidak bisa mengingat segala hal, serbuan input memory dalam hidup kita juga membuat kedua fasiltias tersebut akhirnya membuat system "auto delete", dimana memory jangka pendek yang tidak bisa masuk ke RAM akan langsung dihapus dan yang sudah berada di RAM pun pada waktu tertentu akan mengalami proses "autu delete" yang ditandai dengan keluarnya memory masa lalu di usia senja.

Demikian dongeng pagi ini, semoga bermanfaat dan allahu'alam bissawab
Bila ada kesalahan didalamnya kepada Allah aku mohon ampun dan bila ada kebenaran didalamnya sungguh Allah maha pemurah dalam menurunkan ilmu melalui hambanya, Alhamdulillah...

Barakallahuli Walakum
Wassalamualaikum Wr Wb
ACT


Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...