Wednesday, July 17, 2019

Kaifiat Sholat

Bismillahirrahmanirrahim..

Kaifiat Sholat

Kaifiat adalah tatacara atau aturan dalam melaksanakan ibadah. Saya hampir tidak pernah mendengar kata ini dalam ceramah atau tausiah dari Pak Kyai atau Pak Ustad, baik di pengajian masjid, musholla atau tivi sekalipun. Atau bisa saja saya yang kudet alias kurang update? Allahu’alam.

Ada apa dengan kaifiat? Kata ini sering muncul belakangan ini dalam kepala saya, terutama sejak saya menulis tentang sholat beberapa waktu yang lalu, namun tetap belum nyambung. Sampai akhirnya saya mencoba merenungi kembali mengenai fadlillah sholat yang dilansir dalam Al-Ankabut : 45 “Inna sholata tanha anil fahsya iwal munkar” – sungguh sholat itu mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar.

Beberapa waktu lalu pernah saya tulis di blog mengenai sholat dan fadlillah ini, saat itu saya membayangkan bahwa kemungkinan besar tidak tune in nya fadlillah tersebut pada mereka yang melaksanakan sholat dikarenakan gagal Fatihah, makanya disana saya bahas mengenai asbabun nuzul Surat Al Fatihah sampai kepada tidak boleh hilangnya 14 tasydid dalam melafazkannya.

Suatu hari saya mendapatkan pelajaran tentang wudhu, bertambah lagi input mengenai kaifiat sholat didalam benak saya, sehingga akhirnya muncul sebuah analogy tentang ini.
“Bila kita makan tanpa aturan, tanpa cuci tangan, mengunyah terburu-buru atau tanpa dikunyah, menelan dengan cepat dan lain-lain”

Apa yang terjadi, kenyangkah kita? tentu kenyang karena perut telah terisi, bermanfaatkah? Belum tentu, karena tangan yang kotor dapat membawa penyakit, makan tanpa dikunyah membuat makanan akan sulit dicerna dan kerja lambung menjadi extra, menelan dengan cepat akan memicu resiko tersedak, dan lain-lain.

Kira-kira seperti itulah sholat, bila kita sholat tanpa kaifiat (tatacara/aturan), berpahalakah kita? jawabnya tentu berpahala karena sudah melakukan ibadah. Lalu apakah Al-Ankabut 45 akan berlaku? Nanti dulu, sama seperti orang makan tadi, karena terserapnya makanan dengan baik dan menjadi manfaat bagi tubuh adalah fadlilah, maka bilamana sholat tanpa kaifiat yang benar, sepertinya kita hanya mendapat pahala saja dan tidak fadlilahnya.

Apa saja kaifiat sholat?

1.       Wudhu, selain yang wajib sebagaimana Al-Maidah : 6, maka yang sunnahpun harus sempurna, ditambah dengan berserah diri serta hati memohon agar Allah Ta’ala ridho memberikan kesucian karena kita akan menghadap Dzat Yang Maha Suci. Ada pengharapan sebagai seorang hamba untuk berharap-harap ridho dari Dzat Yang Maha Mulia.

2.       Melaksanakan rukun sholat secara Tartil, berurutan. Baik dan benar dalam gerakan, baik dan benar dalam bacaan.

3.       Bacaan yang harus terdengar (minimal telinga sendiri), Takbiratul Ihram, Takbir, Al Fatihah, Tasyahud awal dan akhir, salam. (catatan: syir bukan berarti baca dalam hati, tetapi lembut paling tidakl sampai ditelinga sendiri, sementara Jahr bermakna keras atau lantang)

4.       Khusus Al Fatihah, 14 tasydid tidak boleh hilang

5.       Khusuk, dalam arti mengerti dan memahami betul dalam keadaan menghadap dan bercakap-cakap dengan Dzat Yang Maha Kuasa sehingga hati tidak lagi mampu bercakap-cakap yang lain karena sudah dipakai sebagai sarana komunikasi dengan Dzat Yang Maha Tinggi.

Demikianlah semoga bermanfaat dan dapat membuat sholat kita mendapatkan fadlilah yang dijanjikan Allah Ta’ala.

Allahu’alam bissawab, bila tak berkenan saya mohon ma’af dan pada Allah Ta’ala saya mohon ampun.

Wallahul Musta’an wa Allahu Yahdikum
Barakallahu li walakum
Wass

------- ilalang -------



Monday, July 15, 2019

Dongeng Bocah


Dongeng bocah (pengobat rindu)

Suatu hari setelah berakhirnya Perang Uhud, Rasulullah saw berkumpul bersama sahabat setelah mengumpulkan jenazah para sahabat yang syahid, termasuk paman tercinta Rasulullah saw Sayyidina Hamzah ra. 

Rasulullah saw sendiri terluka setelah sebuah anak panah kafir Quraisy melesat nyaris mengenai kepala, untung meleset dan mengenai rantai pelindung kepala. Rantai yang putus itu menancap di pelipis Rasulullah saw dan darisanalah darah mengalir. 

Rasulullah saw berkata : “siapa yang mau mencabut rantai ini?”, seketika para sahabat berdiri akan tetapi Abu Ubaidah Al Jarrah lebih dahulu mendekati Rasulullah saw dan berkata : “biarkan aku mencabutnya Yaa Rasulullah”. Ternyata Abu Ubaidah mencabutnya dengan menggunakan giginya, seketika terdengar suara berderak dan para sahabat berebut ingin melihat rantai yang menancap tersebut. Pecah gelak tertawa para sahabat termasuk Rasulullah saw ketika melihat bukan rantai yang tercabut melainkan 2 gigi depan Abu Ubaidah yang rontok. Demikianlah sejak itu Abu Ubaidah Al Jarrah mendapat gelar baru bila bergurau yaitu Si Ompong.

Kisah ini dulu sering diceritakan waktu Ananda masih SD dan seringkali dia minta untuk mengulang cerita ini “aby… cerita sahabat ompong dong..”. Hahaha dan setiap kali ditanya siapa sahabat Rasulullah saw yang ompong, pasti jawabnya lantang “Abu Ubaidah..”. Subhanallah… sungguh indah masa-masa itu dan demikian cepat waktu berlalu, tak terasa Ananda sekarang sudah remaja dan jauh dari rumah. Tetap istiqomah ya nak, jihadmu adalah belajar dengan baik, guncanglah dunia dengan ilmu dan guncanglah langit dengan ibadahmu.

Allahuma Ya Allah.. ampuni kami semua, berkahi kami, rahmati kami dan kumpulkan kami semua bersama para Aulia-Mu dan para Syahid-Mu, aamiinn…

------- ilalang -------

Friday, July 12, 2019

Ada apa dengan kita... ?


Bismillahirrahmanirrahim…

Happy Sayyidul Aayaam

Ada apa dengan kita...?

Segala puja dan puji hanya bagi Allah Ta’ala, shalawat serta salam hanya tercurah keharibaan Baginda Nabi Rasulullah saw. Saudara dan sahabatku yang dirahmati Allah swt, mari bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah kita terima, terlebih untuk karunia Iman dan Islam, Allahuma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik, aamiinn…

Mengapa kita menghujat?, mengapa kita mencaci? Terutama dalam urusan beragama wabil khusus dalam urusan khilafiyah?. Beberapa waktu yang lalu saya pernah membuat tulisan yang saya unggah di FB, isinya “Ada suatu masa dimana sunnah digadang-gadang dan fardlu terabaikan, sebagaimana firqah (golongan) diutamakan dan ukhuwah (persatuan) diabaikan.” Dalam menuliskan ini perlu waktu berhari-hari bagi saya untuk mentafakuri dimana meletakkan “terabaikan” dan dimana meletakkan “diabaikan”

Kita tidak akan membahas secara detail karena khawatir ilmu saya masih jauh dari cukup untuk membahasnya, saya hanya akan mencoba menghadirkan contoh-contoh saja dan semoga saudara dan sahabat dapat menyimpulkannya.

Ada kisah tentang Dzul Khuwaisirah At Tamimi An Najdi yang pernah memprotes Rasulullah saw soal keadilan saat pembagian hasil rampasan perang. Protes ini membangkitkan kemarahan sahabat yg kemudian ditenangkan oleh Rasulullah sambil berkata : biarkan dia! Sesungguhnya dia memiliki pengikut yang sholat kalian terasa remeh dibandingkan sholatnya, puasa kalian terasa remeh dibandingkan dengan puasanya, mereka terlepas dari agama sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya……” HR. Muslim, (2/743 dan 744).

Kisah satunya tentang orang yang sama, dimana sahabat Khalid bin Walid ra bertanya tentang dia kepada Rasulullah : ““Wahai Rasulullah, orang ini memiliki semua bekas dari ibadah-ibadah sunnahnya: matanya merah karena banyak menangis, wajahnya memiliki dua garis di atas pipinya bekas airmata yang selalu mengalir, kakinya bengkak karena lama berdiri sepanjang malam (tahajjud) dan janggut mereka pun lebat”.

Rasulullah saw menjawab : “camkan makna ayat ini : “qul in’kuntum tuhib’būnallāh fattabi’unī… “ (QS Ali Imran : 31) – Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Khalid bin Walid ra bertanya, “Bagaimana caranya ya Rasulullah ? ”.
Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Jadilah orang yang ramah seperti aku, bersikaplah penuh kasih, cintai orang-orang miskin dan papa, bersikaplah lemah-lembut, penuh perhatian dan cintai saudara-saudaramu dan jadilah pelindung bagi mereka.” (Shahih Muslim, Jilid. 17, No.171).

Ada lagi kisah tentang Abdurrahman ibn Muljam yang saat dikirim mengajarkan Alquran di Mesir membawa surat Kalifah yg isinya “Yang membawa surat ini adalah Abdurrahman ibn Muljam, seorang hafidz  dan salah satu sahabat yang terbaik dalam soal Alquran”. Beberapa tahun kemudian, orang inilah yang membunuh Sayyidina Ali bin Abithalib sambil melantunkan ayat Alquran.

Apa yang kita dapat:

1.       Ada orang yang merasa dirinya sangat benar dalam beragama (sehingga orang lain pasti salah) padahal saat itu Rasulullah saw masih hidup, coba bayangkan, sampai Rasulullah saw menyatakan : “pengikut orang itu akan menganggap sholat dan puasa kalian remeh dibanding sholat dan puasanya”. Dimasa Rasulullah saw saja orang seperti ini ada, bagaimana dimasa sekarang? Tentu banyak…

2.       Ada orang yang tampilan fisiknya luar biasa. Bayangkan mata merah karena banyak menangis, ada 2 gurat di pipi bekas air mata dan kaki bengkak karena banyak berdiri sholat. Ini adalah orang yang sama dengan orang nomor satu diatas. Banyakkah saat ini? kalo cuma mata merah dan berjanggut saya rasa banyak, tapi yg sampai bergurat pipi dan kaki bengkak mungkin jarang.

3.       Ada orang yang tampilan ilmunya luar biasa. Bayangkan bila orang ini dikenal sebagai Hafidz (penghapal) Alquran terbaik bahkan termasuk salah seorang yang dikategorikan “sahabat” Rasulullah saw. Banyakkah dimasa ini?, kalau hafidz cukup banyak saya rasa.

 Lalu apa hubungannya?

Rasulullah saw telah membuat garis tegas untuk urusan agama ini, bila kalian cinta Allah Ta’ala maka fatabi’uni (ikutlah aku) dalam hadits lain Rasulullah saw berkata bila kalian tidak mengikuti aku maka Laisa minni (bukan umatku). Kemudian bagaimana caranyapun Rasulullah saw telah membuat acuan yaitu : “Jadilah orang yang ramah seperti aku, bersikaplah penuh kasih, cintai orang-orang miskin dan papa, bersikaplah lemah-lembut, penuh perhatian dan cintai saudara-saudaramu dan jadilah pelindung bagi mereka.” (Shahih Muslim, Jilid. 17, No.171).

Orang-orang seperti dicontohkan diatas biasanya membentuk golongan (firqah) yang ekslusive, terbiasa menghujat, mencaci bahkan mengkafirkan saudaranya karena mereka merasa diri mereka, ibadah mereka lebih baik dari saudaranya yang lain. Sebagian dari mereka mengeraskan hal-hal yang sunnah sehingga yang wajibpun terabaikan, bayangkan kepatuhan terhadap Rasulullah saw (wajib) dapat mereka abaikan, apalagi kepatuhan terhadap Pemimpin (Sayyidina Ali bin Abithalib ra / Khalifah). Makanya Rasulullah berkata : “mereka terlepas dari agamanya sebagaimana panah lepas dari busurnya”   

Jadi kita telah diberikan contoh-contoh, lalu mana yang mau diikuti terserah dengan kita saja sepanjang tidak bertentangan dengan apa yang disampaikan Rasulullah saw.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass

------- ilalang -------







Wednesday, July 10, 2019

Ampuni kami


Ampuni Kami
(Al Fatihah)

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Bismillahirrahmanirrahim
Namun tetap saja bercokol angkuhnya hati
Merasa hebat sendiri
Merasa keadaan adalah hasil upaya diri
Lupa bahwa Engkau adalah asbabul asbab

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca alhamdulillahirrabbil ‘alamin
Namun tetap saja menghambur puja dan puji
Pada manusia dan bentuk-bentuk ciptaan lainnya
Lupa bahwa hanya padaMu lah selayaknya segala puja puji

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Arrahmaanirrahim
Namun hati kami berselimutkan benci
Yang mencetuskan segala sindiran dan caci maki
Lupa bahwa kasih sayangMu selalu menyirami

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Malikiyaumiddin
Namun tak terlihat pada sikap kami sehari-hari
Tak ingat kami bahwa esok akan mati
Lupa bahwa menghadapMu adalah ujung hari

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Iyyakana’buduwa Iyyakanasyta’in
Namun kenyataan begitu banyak yang menundukkan kami
Begitu banyak pula permintaan tolong pada ciptaanMu
Lupa bahwa hanya Engkau yang patut atas itu semua

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Ihdinashshiratal Mustaqim
Namun selalu saja kami mencari jalan sendiri
Merasa tahu merasa paling benar merasa pintar
Lupa bahwa Shiratal Mustaqim itu ada dalam genggamanMu

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Shiratalladzina an’amta alaihim
Namun bukan jalan yang Engkau beri ni’mat yang kami tempuh
Warna warni dunia menutupi jalan yang Kau tunjukki itu
Lupa bahwa hanya yang Engkau ridhoi yg dapat melihatnya

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Ghairil maghdu bi’alaihim waladldloollin
Namun jalan sesat inilah yang selalu terlihat
Sarat dengan warna warni dunia dan tipuannya
Lupa bahwa inilah lawan kami yang sesungguhnya

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Allahu Akbar
Namun tak nampak sikap kami yang mengakbarkanMu
Yang kami akbarkan justru ciptaan dan bentuk-bentuk dunia
Lupa bahwa dengan Akbar Mu semua tiada

Allahuma Ya Allah
Ampuni kami semua.

------- ilalang -------

Monday, July 8, 2019

Toleransi

Bismillahirrahmanirrahim…

Toleransi

Ada sebuah cerita tentang anak saya yang bersekolah di negeri orang, umurnya saat itu barulah 15 tahun. Berbagai pertanyaan dari sahabat dan kolega mengarah ke saya soal kenapa anak sekecil itu dibiarkan bersekolah jauh dari orang tua. Sulit memang menjawabnya, terlebih dia anak tunggal, akan tetapi nawaitu untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya melandasi hal itu, lalu didasari pula oleh kenyataan bahwa ibadahnya jauh lebih baik dari saya pada saat usia yang sama.

Bersekolah di negeri orang ternyata membuat kita sebagai orang tua harus berfikir extra, awalnya kita survey ke sebuah dormitory dalam rangka mencari tempat tinggal, setelah melihat bahwa dari 600 warganya hanya dia sendiri yang muslim, kami mundur. Setelah mendapat sekolah dan homestay ada lagi masalah, dimana dia akan sholat dan bagaimana dengan sholat jumat? Kedua hal ini sudah menjadi pertanyaan anak saya sejak awal.

Setelah bicara dengan para guru dan mendapat keyakinan bahwa dia akan diizinkan untuk melaksanakan sholat disekolah, barulah kami tenang dan dapat meninggalkannya disana. Begitulah akhirnya dia mulai bersekolah ditempat baru, teman baru, guru baru dan semua baru. Semua baik-baik saja sampai akhirnya dia mengabarkan pada ibunya bahwa setiap jumat dia selalu terlambat masuk kelas siang karena harus sholat jumat dan terburu-buru makan siang. Miris memang, tapi kita tidak mempunyai solusi apapun, kita menganggap itulah resiko yang harus dihadapi, jalani saja.

Tahun kedua bersekolah, kami menyempatkan diri bertemu dengan guru-gurunya, setelah ngobrol panjang lebar soal sekolah akhirnya sampailah pertanyaan tentang ibadah. Cukup mengejutkan jawaban dari wali kelasnya dan saya ragu apakah disini kita akan mendapat perlakuan yang sama, jawaban itu adalah :
1.       Anak saya mempunyai tempat sholat di perpustakaan/library
2.       Jam pelajaran hari jumat diundur satu jam agar anak saya tidak terlambat masuk kedalam kelas.

Luar biasa bukan? Hanya karena satu orang, sekolah mengambil kebijaksanaan untuk memundurkan jam pelajaran. Subhanallah…. Kami sendiri tidak habis fikir, kenapa jadi seperti itu, sungguh Allah Maha Mengetahui.

Suatu hari saat bertelepon dengan ibunya, masa itu sedang ramai demo religi di tanah air dan ibunya bertanya bagaimana tanggapannya (karena ternyata dia mengikuti berita tanah air juga). Sebuah jawaban sederhana meluncur dari mulutnya : “mereka begitu karena tidak pernah merasakan menjadi minoritas bu”. Sebuah jawaban yang menohok dari seorang anak bangsa.

Semoga bermanfaat

------- ilalang -------

Keinginan

Bismillahirrahmanirrahim....
Keinginan
Keinginan, apakah keinginan itu? Keinginan adalah hasrat akan sesuatu, yang dalam perjalanannya akan mendapat dorongan dari nafs.
Keinginan tidaklah selalu tidak baik, seringkali dia berupa suatu hasrat untuk berbuat kebaikan. Disisi ini peran nafs sangatlah penting. Nafs yg tidak terjaga akan membuat keinginan itu bercampur dengan penyakit hati lainnya, sehingga bisa jadi apa yang semula adalah keinginan berbuat baik dengan cepat berubah menjadi ujub, riya, sum'ah atau takabur.
Bagaimana merasakannya? Cukup rasakan gerak-gerik hati, manakala dia meronta-ronta bahkan menutupi akal budi, waspadalah... Nafs sedang berjuang untuk menyesatkan kita. Jadi apabila niat baik saja bisa dengan mudah dibelokkan oleh nafs, apalagi untuk niat yang tidak baik.
Lalu bagaimana menjaganya? Tidaklah cukup ternyata ilmu pengetahuan yang kita miliki untuk mewaspadai gerakan ini, dia teramat halus dan perlahan, sampai terkadang kita sendiri tak menyadari kalau sudah terbuai oleh kelicikannnya.
Para masyaikh menyadarkan kita, tentang mengapa Alquran begitu rupa memerintahkan kita untuk berzikir. Ternyata inilah salah satu fadlilahnya, zikirlah yg dapat menghancurkan gerakan-gerakan nafs yg melenceng tersebut. Zikir membuat kita senantiasa terhubung dengan Dzat Yang Membolak-balikkan hati, sehingga terjaga dari licinnya kesesatan.
Demikian saudara dan sahabatku, semoga bermanfaat. 
Allahu'alam bissawab

------- ilalang -------

Sunday, July 7, 2019

Mengapa kita mengeluh

Bismillahirrahmanirrahim..

Mengapa kita mengeluh

Al Quran juz 29, surah Al Ma’arij, ayat 19-21 :
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا {19}
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا {20}
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا {21}
dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,

Demikianlah gambaran tentang 2 sifat buruk manusia dalam Al-Quran, ayat selanjutnya dalam Surat Al Maarij tersebut membahas tentang bagaimana mengobatinya, antara lain sholat, sadaqah, dll, dll.
Namun yang akan kita bahas saat ini adalah mengapanya dan bukan karena masalah penciptaan, akan tetapi mengapa kita tidak berusaha lari dan menghindar atau melawan sifat buruk tersebut. Hal ini akan berkaitan langsung dengan sholat misalnya, dimana sholat itu sendiri fadlilahnya menjauhkan kita dari dari sifat keji dan munkar (Al Ankabut : 45). Artinya manakala seseorang sholat, tentunya tidak ada lagi yang namanya keluh kesah dan kikir. Kita awam seringkali lupa tentang bahwa sholat yang bagaimana yang membawa fadlilah tersebut?. Karena ternyata sangat jarang saat ini yang mengajarkan kita bagaimana sholat yang benar atau bila dibalik ternyata kita tak pernah peduli tentang sholat yang benar.
Kembali pada keluh kesah, ada unsur syahwat disana, ada nafs yang tidak bisa menerima kenyataan dan bila lebih tajam lagi bisa kita sebut tidak bisa menerima Sunatullah. Kenapa demikian, kenyataan yang berbeda dengan harapan melukai nafs, sehingga melahirkan syahwat pembangkangan yang kemudian dimodifikasi oleh lisan menjadi keluh kesah. Kesan yang dibawa seolah biasa saja, tetapi inilah sesungguhnya pembangkangan yang membungkus nifak, hati-hati. Keluh kesah kemudian dianggap menjadi hal biasa, lumrah saja padahal yang dibungkus adalah ego yang berkibar, ada kalimat : “ya sudah, memang sudah nasib”, itu bila kemasan positif. Kemudian ada : “gak bisa, seharusnya saya yang benar”, itu bila kemasan negative. Sesungguhnya keduanya sama saja, yang dibungkus oleh keluh kesah ini terkadang bukan hanya nifak, bisa jadi takabur atau ujub atau gabungan dari beberapa penyakit hati.
Pada keluh kesah yang extrim bahkan ada orang menyalahkan Tuhan, lalu memangnya dia siapa?, seakan-akan dia lebih tahu dari Allah Ta’ala tentang apa yang seharusnya. Duh, ternyata kita masih harus belajar banyak lagi tentang Allah Ta’ala, sifat-sifatNya dan nama-namaNya.
Allahu’alam bissawab
------- Ilalang -------

Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...