Friday, July 12, 2019

Ada apa dengan kita... ?


Bismillahirrahmanirrahim…

Happy Sayyidul Aayaam

Ada apa dengan kita...?

Segala puja dan puji hanya bagi Allah Ta’ala, shalawat serta salam hanya tercurah keharibaan Baginda Nabi Rasulullah saw. Saudara dan sahabatku yang dirahmati Allah swt, mari bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah kita terima, terlebih untuk karunia Iman dan Islam, Allahuma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik, aamiinn…

Mengapa kita menghujat?, mengapa kita mencaci? Terutama dalam urusan beragama wabil khusus dalam urusan khilafiyah?. Beberapa waktu yang lalu saya pernah membuat tulisan yang saya unggah di FB, isinya “Ada suatu masa dimana sunnah digadang-gadang dan fardlu terabaikan, sebagaimana firqah (golongan) diutamakan dan ukhuwah (persatuan) diabaikan.” Dalam menuliskan ini perlu waktu berhari-hari bagi saya untuk mentafakuri dimana meletakkan “terabaikan” dan dimana meletakkan “diabaikan”

Kita tidak akan membahas secara detail karena khawatir ilmu saya masih jauh dari cukup untuk membahasnya, saya hanya akan mencoba menghadirkan contoh-contoh saja dan semoga saudara dan sahabat dapat menyimpulkannya.

Ada kisah tentang Dzul Khuwaisirah At Tamimi An Najdi yang pernah memprotes Rasulullah saw soal keadilan saat pembagian hasil rampasan perang. Protes ini membangkitkan kemarahan sahabat yg kemudian ditenangkan oleh Rasulullah sambil berkata : biarkan dia! Sesungguhnya dia memiliki pengikut yang sholat kalian terasa remeh dibandingkan sholatnya, puasa kalian terasa remeh dibandingkan dengan puasanya, mereka terlepas dari agama sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya……” HR. Muslim, (2/743 dan 744).

Kisah satunya tentang orang yang sama, dimana sahabat Khalid bin Walid ra bertanya tentang dia kepada Rasulullah : ““Wahai Rasulullah, orang ini memiliki semua bekas dari ibadah-ibadah sunnahnya: matanya merah karena banyak menangis, wajahnya memiliki dua garis di atas pipinya bekas airmata yang selalu mengalir, kakinya bengkak karena lama berdiri sepanjang malam (tahajjud) dan janggut mereka pun lebat”.

Rasulullah saw menjawab : “camkan makna ayat ini : “qul in’kuntum tuhib’būnallāh fattabi’unī… “ (QS Ali Imran : 31) – Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Khalid bin Walid ra bertanya, “Bagaimana caranya ya Rasulullah ? ”.
Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Jadilah orang yang ramah seperti aku, bersikaplah penuh kasih, cintai orang-orang miskin dan papa, bersikaplah lemah-lembut, penuh perhatian dan cintai saudara-saudaramu dan jadilah pelindung bagi mereka.” (Shahih Muslim, Jilid. 17, No.171).

Ada lagi kisah tentang Abdurrahman ibn Muljam yang saat dikirim mengajarkan Alquran di Mesir membawa surat Kalifah yg isinya “Yang membawa surat ini adalah Abdurrahman ibn Muljam, seorang hafidz  dan salah satu sahabat yang terbaik dalam soal Alquran”. Beberapa tahun kemudian, orang inilah yang membunuh Sayyidina Ali bin Abithalib sambil melantunkan ayat Alquran.

Apa yang kita dapat:

1.       Ada orang yang merasa dirinya sangat benar dalam beragama (sehingga orang lain pasti salah) padahal saat itu Rasulullah saw masih hidup, coba bayangkan, sampai Rasulullah saw menyatakan : “pengikut orang itu akan menganggap sholat dan puasa kalian remeh dibanding sholat dan puasanya”. Dimasa Rasulullah saw saja orang seperti ini ada, bagaimana dimasa sekarang? Tentu banyak…

2.       Ada orang yang tampilan fisiknya luar biasa. Bayangkan mata merah karena banyak menangis, ada 2 gurat di pipi bekas air mata dan kaki bengkak karena banyak berdiri sholat. Ini adalah orang yang sama dengan orang nomor satu diatas. Banyakkah saat ini? kalo cuma mata merah dan berjanggut saya rasa banyak, tapi yg sampai bergurat pipi dan kaki bengkak mungkin jarang.

3.       Ada orang yang tampilan ilmunya luar biasa. Bayangkan bila orang ini dikenal sebagai Hafidz (penghapal) Alquran terbaik bahkan termasuk salah seorang yang dikategorikan “sahabat” Rasulullah saw. Banyakkah dimasa ini?, kalau hafidz cukup banyak saya rasa.

 Lalu apa hubungannya?

Rasulullah saw telah membuat garis tegas untuk urusan agama ini, bila kalian cinta Allah Ta’ala maka fatabi’uni (ikutlah aku) dalam hadits lain Rasulullah saw berkata bila kalian tidak mengikuti aku maka Laisa minni (bukan umatku). Kemudian bagaimana caranyapun Rasulullah saw telah membuat acuan yaitu : “Jadilah orang yang ramah seperti aku, bersikaplah penuh kasih, cintai orang-orang miskin dan papa, bersikaplah lemah-lembut, penuh perhatian dan cintai saudara-saudaramu dan jadilah pelindung bagi mereka.” (Shahih Muslim, Jilid. 17, No.171).

Orang-orang seperti dicontohkan diatas biasanya membentuk golongan (firqah) yang ekslusive, terbiasa menghujat, mencaci bahkan mengkafirkan saudaranya karena mereka merasa diri mereka, ibadah mereka lebih baik dari saudaranya yang lain. Sebagian dari mereka mengeraskan hal-hal yang sunnah sehingga yang wajibpun terabaikan, bayangkan kepatuhan terhadap Rasulullah saw (wajib) dapat mereka abaikan, apalagi kepatuhan terhadap Pemimpin (Sayyidina Ali bin Abithalib ra / Khalifah). Makanya Rasulullah berkata : “mereka terlepas dari agamanya sebagaimana panah lepas dari busurnya”   

Jadi kita telah diberikan contoh-contoh, lalu mana yang mau diikuti terserah dengan kita saja sepanjang tidak bertentangan dengan apa yang disampaikan Rasulullah saw.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass

------- ilalang -------







No comments:

Post a Comment

Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...