Tuesday, August 29, 2017

Rise and Fall Venice from East (Palembang Darussalam)

Bismillahirrahmanirrahim…

Pengantar.

Dongeng ini dibuat untuk memenuhi janji kepada sahabatku RM. Zein Abidin 12 tahun yang lalu, bahan untuk narasi dongeng diambil dari berbagai sumber yang tidak dapat disebutkan satu persatu termasuk imajinasi. Harap pembaca tidak menganggap ini sebagai sejarah karena dibuat sebagai cerita dongeng biasa. Agar dongeng ini dapat menjadi sejarah, sangat diperlukan koreksi, masukan dan tambahan dari semua yang membaca dan berkepentingan dengan dongeng ini. Apabila tidak ada masukan, tambahan atau koreksi apapun dari pembaca, maka dongeng ini tetaplah akan menjadi dongeng saja. Karena itu saya menghimbau, terutama kepada sahabat, rekan dan para dzuriyat agar dapat melengkapi dongeng ini sehingga kita akan mendapatkan sebuah sejarah tentang indahnya Kerajaan Palembang Darussalam yang kita banggakan. 


Demak 1521

Awan hitam menggayut di atas langit Demak, sebuah berita duka datang dari seberang,  Patih Unus menantu Raden Patah yang menjadi penguasa Demak dikabarkan gugur dalam peperangan melawan Portugis di Malaka, pasukannya hancur dan yang berhasil lolos tidak kembali ke Demak, sebagian merapat di Banten dan menetap disana. Hal ini disebabkan huru-hara yang terjadi di Keraton Demak sepeninggal Patih Unus, terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak Raden Patah, Pangeran Trenggono (anak Permaisuri) dan Pangeran Kikin (anak selir dari Jipang) saling berebut pengaruh untuk menjadi raja, sementara menantu-menantunya Fatahillah dan Pangeran Pasarean tak mampu berbuat apa-apa karena disibukkan dengan konsolidasi pasukan Demak-Cirebon yang sedang bergerak kearah barat.

Huru-hara ini memicu pertikaian berdarah, Pangeran Mukmin anak tertua Pangeran Trenggono yang membela ayahnya mengutus seorang perwiranya untuk membunuh Pangeran Kikin. Malam itu gugurlah Pangeran Kikin dalam sebuah duel di tepi sungai, hal ini dikenang masyarakat Demak dengan memberikan gelar “Pangeran Sekar Seda ing Lepen”  yang berarti “Bunga yang Gugur di tepi Sungai” kepada Pangeran Kikin.  Ketegangan akibat pertikaian ini makin menjadi, pihak yang berafiliasi dengan keluarga Pangeran Kikin yang berbasis di Jipang merasa tertekan oleh Pihak Pangeran Trenggono yang berkuasa, akhirnya memilih pergi. Eksodus ini dilakukan oleh 24 bangsawan yang berafiliasi ke Adipati Jipang berlayar menuju tanah Palembang dipimpin oleh Ki Gede Ing Suro yang ayahnya dulu pernah diperintahkan oleh Raden Patah untuk menyerang Portugis di Malaka dari Palembang. Mereka mendarat di Palembang tahun 1547.

Sementara di Demak, silih berganti korban berjatuhan, Pangeran Mukmin atau Sunan Prawata tewas ditangan orang suruhan Arya Penangsang /Adipati Jipang anak Pangeran Kikin pada tahun 1549, tak sampai disitu, Pangeran Hadari suami dari Ratu Kalinyamat juga ikut di bunuh yang memicu legenda sumpah Ratu Kalinyamat “tidak akan berhenti tapa sebelum ada yang membawakan kepala Arya Penangsang kehadapannya”. Akhirnya Hadiwijaya/Joko Tingkir Adipati Pajang yang juga menantu Pangeran Trenggono membuat sebuah aliansi untuk menghancurkan Arya Penangsang, dibantu oleh Ki Gede Pemahanan dan anaknya Sutawijaya mereka menyerbu Demak dan dengan sebuah siasat setelah perang tak kunjung berhenti akhirnya Arya Penangsangpun tumbang. Murid Sunan Kudus itu meregang nyawa setelah ususnya yang terburai putus oleh kerisnya sendiri. Berakhirlah masa Kerajaan Demak, singgasana kemudian diboyong pindah ke Pajang dan Ki Gede Pemanahan serta anaknya mendapatkan hadiah tanah dari Hadiwijaya yang kemudian diberi nama Mataram.

Terdapat simpang siur angka tahun dari para sejarawan mengenai peristiwa pada era ini, De Graaf, Pigeaud maupun Tomi Pires dan beberapa sejarawan Indonesia berbeda pendapat soal angka tahun. Agar alur cerita tetap terjaga, maka kita harus mengambil jalan tengah, bila Patih Unus gugur tahun 1521, maka Trenggono berkuasa sampai tahun 1546, selanjutnya Prawata memerintah hanya 3 tahun karena 1549 dia dibunuh oleh Arya Penangsang, selanjutnya Arya Penangsang tumbang ditangan aliansi Hadiwijaya/Joko Tingkir dan Sutawijaya pada tahun yang sama.
Kita kembali ke cerita eksodus para bangsawan Demak ke Palembang.  Terdapat banyak versi mengenai cerita awal ini, bahkan para sejarawan tidak menemukan kesepakatan dalam hal ini,  beberapa hal yang menjadi perdebatan antara lain:

1.       Ki Sido Ing Lautan dan Ki Gede Ing Suro sebenarnya satu orang, ada yang sepakat tapi lebih banyak yang tidak.
2.       Ki Sido Ing Lautan adalah anak dari Pangeran Purbaya dan cucu dari Raden Patah, versi ini sama dengan silsilah yang dibuat Kerajaan Belanda tapi kalau melihat tahun sepertinya tidak mungkin Cucu dan Kakek hidup pada generasi yang sama
3.       Ki Sido Ing Lautan adalah anak Ki Sedareja dan merupakan cucu dari Raden Kusen adik dari Raden Patah, versi ini juga sama seperti nomor 2
4.       Ki Sido Ing Lautan adalah Putra Raden Patah yang dikirim untuk memobilisasi pasukan laut dari Palembang dan bersama aliansi maritime kerajaan-kerajaan wilayah barat menyerbu Portugis di Malaka tahun 1512, gugur disana. Versi inilah sepertinya yg mengaburkan sejarah sehingga ada yang berpendapat Ki Gede Ing Suro adalah anak Patih Unus.

Dari 4 versi tersebut, kita cari jalan tengah yang paling masuk akal dan dapat mengisi celah kekacauan cerita walaupun mungkin tidak 100% benar. Hipotesanya adalah sebagai berikut :
“Ki Sido Ing Lautan gugur di Malaka saat menyerang Portugis tahun 1512 (Sumber : Buku “Sejarah Daerah Sumatera Selatan”, tulisan Drs. Ma’moen Abdullah, hal. 59-71). saat itu anaknya masih kecil dan pada tahun 1547 anaknya Ki Gede Ing Suro memimpin eksodus 24 bangsawan Demak ke Palembang karena ayahnya pernah berkuasa sebagai pimpinan disana”


Palembang 1547

Dengan hipotesa diatas kita akhirnya mendapatkan alur tahun yang lumayan mendekati, karena 3 tahun setelah mendarat di Palembang yaitu tahun 1550 mereka kedatangan Joko Tingkir atau Hadiwijaya yang baru berkuasa setelah mengalahkan Arya Penangsang setahun sebelumnya. Joko Tingkir datang dengan nama Mas Karebet, menemui para bangsawan yang eksodus ini sekaligus mengabarkan kematian Arya Penangsang pimpinan Jipang afiliasi mereka. Akhirnya tercapai kesepakatan dan Ki Gede Ing Suro dinobatkan menjadi Raja Kerajaan Palembang yang tunduk dibawah wilayah Kerajaan Pajang sebagai penerus Kerajaan Demak.
Sebelum masuk ke cerita Kerajaan Palembang dalam wilayah Demak/Pajang, kita akan mundur dulu melihat Kerajaan Palembang saat masih dalam wilayah Kerajaan Majapahit sebagaimana diceritakan dalam blog https://arditamin.blogspot.co.id/2017/01/the-forgotten-story.html .



Kerajaan Palembang dalam wilayah Majapahit



1.       Aria Damar (Tan Swan Liong) (1455 – 1486)

Kemudian berganti nama menjadi Ario Dillah adalah Putra Brawijaya I yang pada zaman Ratu Suhita (Majapahit) dikirim ke Palembang untuk mengurus wilayah tersebut atas nama Majapahit. Mendirikan keraton Kuto Gawang yang berlokasi di Pabrik PT PUSRI sekarang, keraton tersebut hancur dan habis di bakar Belanda tahu 1659. Tiba di Palembang 1440 bersama Sunan Ampel dan keratonnya berdiri tahun 1455 bersamaan dengan tibanya selir Brawijaya 5 yang kemudian menjadi isterinya.

2.       Adipati Karang Widara (1486 - ………)
Tidak diketahui asal usulnya, tetapi menurut cerita dia menggantikan Ario Dillah yang pada akhir masa pemerintahannya diterpa berbagai masalah sehingga dibuang ke Cirebon dan wafat disana.

Kerajaan Palembang dibawah wilayah Demak/Pajang/Mataram


1.       Pangeran Sido Ing Lautan (………… - 1512)

Runtuhnya Majapahit dan berdirinya Kerajaan Demak membuat situasi pemerintahan berubah, tidak diketahui apakah Adipati Karang Widara sebagai wakil Majapahit masih memerintah di Palembang atau tidak. Akan tetapi sejarah mencatat Demak 2 kali menyerang Portugis di Malaka (http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/07/kisah-raja-muda-dari-demak-yang-menantang-portugis) dan serangan pertama tahun 1512-1513 adalah gabungan dari Pasukan Demak dan Pasukan Palembang. Kisah ini memunculkan sebuah nama Pangeran Sido Ing Lautan yang menjadi misteri karena banyaknya versi cerita tentangnya. Sebuah versi mengatakan bahwa dia adalah kerabat Raden Patah yang sudah bersama sejak dari Palembang. Ketika Demak merencanakan menyerang Malaka 1512, Pangeran Sido Ing Lautan diperintahkan ke Palembang untuk memobilisasi pasukan dan kemudian bergabung dengan Pasukan Demak yang dipimpin Patih Unus. Dalam pertempuran di Malaka tersebut Sang Pangeran gugur sementara Patih Unus mundur kembali ke Demak. Sejak itulah namanya dikenal sebagai Pangeran Sido Ing Lautan sementara Patih Unus mendapat gelar Pangeran Sabrang Lor.

2.       Ki Gede Ing Suro (1547 – 1572)
Setelah masa “interregnum”selama 32 tahun. Datanglah anak dari Pangeran Sido Ing Lautan yang saat ayahnya berangkat menyerang Portugis di Malaka masih berusia kanak-kanak.  Ki Gede Ing Suro  datang bersama 24 bangsawan Demak lainnya yang hijrah ke Palembang kembali ke tanah leluhurnya, mendarat di Palembang tahun 1547. Pada tahun 1550 Ki Gede Ing Suro di nobatkan menjadi Raja di Kerajaan Palembang yang diakui oleh Kerajaan Demak yang saat itu sudah pindah ke Pajang. Berkuasa selama 26 tahun, dalam versi lain 22 tahun dan karena tidak memiliki anak, kekuasaan selanjutnya dipegang oleh adiknya Ki Gede Ing Suro Muda.


3.       Ki Gede Ing Suro Muda (1572 – 1589)
Raja ini adalah adik dari Ki Gede Ing Suro yang menggantikan kakaknya menjadi raja, saudara perempuannya menikah dengan Ki Gede Ing Ilir yang kemudian melahirkan penerus raja Kerajaan Palembang selanjutnya. Pada Masa ini dibangun kompleks Pemakaman Raja-Raja “Gedingsuro”.

4.       Pangeran Kimas Dipati (1589 – 1594)
Anak dari Ki Gede Ing Ilir yang menggantikan pamannya karena tidak memiliki penerus

5.       Pangeran Madi Angsoka (1594 – 1629)
Saudara dari Pangeran Kimas Dipati, pada masa ini terjadi “Perang Kafir” melawan Banten yang disebabkan hasutan Pangeran Mas anak Arya Pangiri cucu Sunan Prawata/Demak yang membuat  cerita bahwa Kerajaan Palembang masih kafir dan belum Islam, cerita ini kemungkinan besar berlatar belakang dendam karena Kerajaan Palembang berasal dari pelarian aliansi Adipati Jipang yang membunuh kakeknya. Mendapat masukan itu, spontan Raja Banten saat itu Maulana Muhammad yang masih muda menjadi panas, semangat dakwah mengislamkan nusantara yang berbaur dengan darah muda membuatnya segera membuat rencana penyerangan bersama dengan Pasukan Lampung yang menjadi tandemnya. Lahirlah motto “Lamun Banten di hareup Lampung di Buri, lamun Banten di Buri Lampung di hareup”. Perang berlangsung berhari-hari di Sungai Musi yang berakhir dengan gugurnya Maulana Muhammad dan mundurnya pasukan Banten kembali ke pangkalannya.

6.       Pangeran Madi Alit (1629 – 1630)
Meninggalnya Pangeran Madi Angsoka, memicu perebutan kekuasaan antara saudaranya dengan menantunya (Pangeran Jambi) yang akhirnya dimenangkan oleh saudaranya Pangeran Madi Alit, Raja ini hanya memerintah 1 tahun saja karena terbunuh dalam suatu perselisihan dalam keraton.

7.       Pangeran Made Soka / Raden Aria (1630 – 1636)
Menggantikan saudaranya Pangeran Made Alit, disebut juga Pangeran Sido Ing Puro karena meninggal didalam Pura.

8.       Pangeran Sido ing Kenayan (1636 – 1652)
Menggantikan saudaranya, istri atau Sang Permaisuri sangat terkenal pada masyarakat Palembang yang disebut Ratu Sinuhun, Sang Ratu membuat sebuah karya ketatanegaraan yang sangat terkenal disebut “Undang-undang Simbur Cahaya”

9.       Pangeran Sido Ing Pasarean (1652 – 1653)
Pangeran Sido Ing Kenayan wafat tidak meninggalkan keturunan, yang menggantikannya justru adalah saudara  Ratu Sinuhun yaitu Pangeran Ali Seda Ing Pasarean yang masih keponakannya sendiri. Ratu Sinuhun dan Pangeran Pasarean adalah anak Nyi Gede Ing Pembayun saudara dari Pangeran Sido Ing Kenayan yang kawin dengan Tumenggung Mancanegara dari Cirebon. Dengan naiknya Pangeran Sido Ing Pasarean menjadi Raja Palembang maka beralihlah nasab Raja-raja Palembang selanjutnya dari Demak ke Cirebon.

10.   Pangeran Sido Ing Rajek (1653 – 1660)  
Raja ini memerintah hanya setahun dan meninggal mendadak ditempat tidur, digantikan oleh anaknya Pangeran Sido Ing Rajek. Pada masa ini terjadi penyerangan oleh Pasukan Belanda yang membakar kota Palembang (1659) sehingga Raja mundur samapi ke Indera Laya. Pangeran Sido Ing Rajek meninggal di Indera Laya dan kemudian dimakamkan di dusun Saka Tiga.

Kerajaan Palembang Darussalam


1.       Raden Tumenggung/Kimas Endi Ario Kesumo ( 1659 -1706)

Adalah adik dari Pangeran Sido Ing Rajek, kemudian dikenal sebagai Sunan Cinde Walang yang menyatakan melepaskan diri dari wilayah Mataram sehingga Kerajaan Palembang Darussalam berdiri sendiri, Gelar lengkapnya adalah Sultan Abdurrahman Khalifatul Mukminin Sayyidul Imam. Pada masa ini didirikan Keraton Beringin janggut dan Kompleks Pemakaman Raja Cinde Walang.

2.       Sultan Muhammad Mansyur (1706 – 1714)
Nama panjangnya Sultan Muhammad Mansyur Jayo Ing Lago adalah anak dari Sultan Abdurrahman. Pada masa ini pemerintahan sudah mulai mendapat gangguan dari VOC/Belanda.

3.       Sultan Komaruddin/Raden Uju (1714 – 1724)
Menggantikan kakaknya menjadi raja selama 10 tahun

4.       Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo (1724 – 1758)
Anak dari Sultan Muhammad Mansyur. Pada masa ini dibangun Keraton Kuto Batu atau Kuto Lamo pada tahun 1737. Dibangun pula Kompleks Pemakaman Sultan Kawah Tengkurep pada masa ini.

5.       Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo (1758 – 1776)
Anak dari Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo

6.       Sultan Muhammad Bahauddin ( 1776 – 1803)
Anak dari Sultan Ahmad Najamuddin Adi Kesumo Pada masa ini dibangun Keraton Kuto Besak pada tahun 1791 – 1797 yang langsung ditempati Sultan begitu selesai, sementara Keraton Kuto Batu ditempati Putra Mahkota Sultan Mahmud Badaruddin II yang saat itu bergelar Pangeran Ratu.

7.       Sultan Mahmud Badaruddin II/Susuhunan Mahmud Badaruddin (1803 – 1812)
Anak dari Sultan Muhammad Bahauddin yang menggantikan ayahnya menjadi Raja di Palembang bukanlah sahabat Belanda, masa pemerintahannya penuh dengan drama perjuangan, bagaimana Sultan sebagai raja berusaha keras untuk mempertahankan bukan hanya kehormatannya tapi juga kedaulatan rakyatnya. Ditengah kekalutan akibat penaklukan Inggris atas Jawa pada tahun 1811, Sultan membantai delapan puluh dua orang (24 nya adalah Belanda)  Garnizun Belanda di Loji Sungai Aur Palembang. Pada tahun 1812 Inggris menyerang dan merampok Keraton Palembang serta mengangkat adiknya Sultan Ahmad Najamuddin menjadi Raja dengan gelar Susuhunan Diyauddin, sang Sultan berhasil melarikan diri, akan tetapi tahun 1813 dia menyerah dan kembali ke Palembang menjadi Raja kembali sampai Rafless menolak ketetapan tersebut dan kembali mengangkat adiknya menjadi Raja. Demikianlah campur tangan Inggris dan Belanda dalam pemerintahan Kerajaan Palembang Darussalam yang mengakibatkan ketegangan antara dua bersaudara yang menjadi Raja ini.

8.       Sultan Ahmad Najamuddin I/Susuhunan Diyauddin (1813 – 1818)
Menjadi Raja setelah Ketetapan Residen Palembang atas pengangkatan kembali Sultan Mahmud Badaruddin II  ditolak Raflfes. Memerintah dalam aroma ketegangan karena kakaknya yang seharusnya menjadi Raja masih berada di Palembang. Suasana ini berlangsung sampai tahun 1818 dimana Belanda mengirimkan satu ekspedisi ke Palembang menangkap dan mengasingkan Sultan Ahmad Najamuddin/Susuhunan Diyauddin ke Batavia kemudian ke Cianjur.

9.       Sultan Mahmud Badaruddin II/Susuhunan Mahmud Badaruddin (1818 – 1821)
Penangkapan Sultan Ahmad Najamuddin tidak membuat Kerajaan Palembang takluk, karena disana masih ada Sultan Mahmud badaruddin II yang segera memimpin pemerintahan. Belanda kembali mengirimkan ekspedisi pada tahun 1819 akan tetapi dapat dikalahkan oleh sang Sultan. Pada Tahun 1821 Belanda menghimpun pasukan besar yang terdiri dari 4.000 orang serdadu. Serangan pertama dapat dipatahkan oleh pasukan Palembang, tapi serangan kedua berhasil menembus pertahanan mereka dan Sultan Mahmud Badaruddin II diasingkan ke Ternate. Anak tertua Sultan yang diangkat menjadi Putra Mahkota dengan memakai gelar pamannya Sultan Ahmad Najamuddin II Pangeran Ratu ikut ditangkap Belanda dan diasingkan ke Ternate.

10.   Sultan Ahmad Najamuddin III Prabu Anom (1821 -1825)
Adalah anak dari Susuhunan Diyauddin yang menjadi raja setelah ayah, paman dan sepupunya ditangkap dan diasingkan Belanda. Memimpin pemberontakan pada 29 November 1824 namun akhirnya tertangkap Belanda tanggal 15 Oktober 1825 dan diasingkan ke Banda 19 Oktober 1825 kemudian ke Manado.

11.   Pangeran Kramo Jayo (1825 – 1851)
Pangeran Keramo Jayo menantu Sultan Mahmud Badaruddin II diangkat oleh pemerintah Belanda sebagai Rijksbe-stuurder. Pada tahun 1851, karena diduga mengorganisir pemberontakan di pedalaman, ia ditangkap dan diasingkan ke Probolinggo dan wafat tanggal 5 Mei 1862. Semenjak itu jabatan Rijksbe-stuurder dihapuskan dan jabatan tertinggi orang pribumi hanya demang dan berakhirlah Kejayaan Kerajaan Palembang Darussalam.





Allahu'alam bissawab
Wass
ACT











Friday, August 18, 2017

Sholat

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamualaikum wr wb...

Sholat
Sebetulnya materi ini sudah terkurung begitu lama dalam rongga kepala, hanya saja nafs berseteru dengan akal mengenai mana yang harus dibahas lebih dulu, syahadat kah? Atau sholat?. Banyak yang melatarbelakangi perseteruan itu, antara lain mana yang lebih penting untuk dipahami antara keduanya. Suatu saat Syahadat memenangkan pertarungan itu, sehingga terlontarlah tulisan bertajuk “syahadatain” beberapa tahun yang lalu. Akan tetapi tulisan itu berhenti hanya satu episode sementara materi yang sudah tercanangkan ada bergulung-gulung dikepala. Akhirnya waktu berlalu begitu saja, “syahadatain” macet tanpa sebab sementara “sholat”masih terus berada di antrian.
Akhirnya kuputuskan untuk memulai tulisan tentang “sholat” dan melupakan dulu “syahadatain”, insya Allah suatu saat nanti akan bersambung lagi. Karena bila tidak, materi tentang sholat ini akan dengan gampang tertimbun lagi oleh sampah dunia.

Apakah Sholat?
Berdasarkan turun perintahnya, maka sholat adalah hadiah yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla kepada Rasulullah dan ummatnya. Hadiah tersebut disampaikan langsung, tidak melalui malaikat Jibril as yang tugasnya menyampaikan wahyu. Belum ada seorang nabipun yang dipanggil dan berhadapan langsung dengan Allah Ta’ala, bahkan Nabi Musa as baru melihat cahayanya saja sudah jatuh pingsan. Rasulullah dipanggil Mi’raj oleh Allah Ta’ala, diperlihatkan berbagai hal termasuk surga dan neraka dan akhirnya dipanggil menghadap untuk menerima perintah sholat. Luar biasa bukan, Pemimpin kita dipanggil oleh Pemilik Semesta Alam dan menerima hadiah berupa sholat yang diperuntukkan bagi Pemimpin dan kita semua ummatnya. Dapat kita bayangkan bahwa sebelum kita lahir keatas dunia ini, sudah ada hadiah dari Pemilik Alam Raya ini yang diperuntukkan bagi kita. Saat menerima hadiah tersebut Rasulullah berulang kali bolak balik mohon agar jumlahnya diperkecil dari 50 sampai akhirnya menjadi 5 sehari semalam, bukan karena tidak berterima kasih, akan tetapi lebih kepada tahu diri atas kemampuan ummatnya, dibantu juga oleh keterangan para nabi yang menjelaskan kewajiban yang sama pada ummatnya.

Kenapa Sholat?
Rasulullah saw adalah Habibullah (kekasih Allah) sehingga ummatnyapun adalah ummat dari sang kekasih, karena itu sebagai ummat dari sang kekasih kita diberikan begitu banyak hadiah oleh Azza wa Jalla, salah satunya adalah sholat. Agar lebih lengkap sesungguhnya hadiah bagi ummat Rasulullah tersebut adalah : “waya syahadatani wa aiyyidatum al Imani, wa saumu wa sholatu wahajju wa zakatu”. Yang pertama adalah syahadat yang memperkokoh dan menyempurnakan iman, kemudian puasa kemudian sholat kemudian haji kemudian zakat. Tuh….. banyak kan hadiahnya, terima kasih dong sama Allah Ta’ala.
Kembalike pertanyaan diatas “kenapa sholat?”. Saking sayangnya Allah Ta’ala kita diberikan sholat sebagai perisai bagi kita untuk menghadapi semua cobaan, godaan dan rayuan baik dari syaitan maupun dari dunia. Alquran menerangkan kepada kita dalam Surat Al-Ankabut : 45 yang bunyinya : “Inna sholata tanha anil fahsya I wal munkar” yang terjemahan bebasnya kira-kira “sesungguhnya sholat itu mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar”. Artinya adalah bilamana kita sholat maka kita akan terhindarkan dari perbuatan keji dan munkar, dahsyat bukan? Itu adalah janji Allah Ta’ala yang jelas berbeda dengan janji kita, janji boss, janji majikan, janji pacar dan janji manusia lainnya karena : “Innaka la tuhliful mi’ad” (HR Baihaqy), Allah itu tak pernah ingkar janji.

Janji Allah Ta’ala ini kemudiaan menjadi fenomena setelah kita melihat orang-orang yang kelihatannya ahli sholat tapi pada kenyataannya, korupsi, mencuri, melakukan pelecehan seksual dan banyak lagi perbuatan-perbuatan yang tergolong keji dan munkar. Lalu apa yang salah?
Berangkat dari hadist diatas jelas bahwa Allah Ta’ala tidak mungkin ingkar atas janjinya yang tercantum dalam Al-Ankabut : 45. Maka, bilamana sang pelaku adalah seorang ahli sholat, kemungkinan besar “sholatnya” yang salah. Waahhhh…. Ini baru gawaaattt. Mungkinkah itu? Jawabannya sangat mungkin, oleh karena itu kita akan coba membedah sholat secara sederhana.
1.     
          Rukun sholat.
Ada 13 rukun sholat, sejak niat sampai tasyahud akhir, apabila semua terpenuhi maka secara formal sholatnya sah dan Al-Ankabut 45 berlaku padanya.
2.      
      Bacaan sholat
Alquran Surat Annisa : 43 menjelaskan : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.”

Sepintas terjemahan tersebut biasa saja, tapi bila kita renungkan kalimat awalnya, terutama kalimat “sampai kau mengerti apa yang kau ucapkan”, nyeeessss…… terasa deh .. kena jantungnya.
Tenyata ada 2 topik menyangkut sholat yang dapat kita bedah, kita akan ulas dari bawah dulu, mengenai nomor 2 bacaan sholat dan ternyata termasuk juga mengenai khusuk dan tidak, tidaklah membatalkan sholat, artinya sholat tetap sah walaupun kita gak ngerti apa yang dibaca dan tetap sah secara formal walaupun ternyata sholat sambal ngebayangin hutang. Jadi karena sholatnya sah maka Al-Ankabut 45 harusnya tetap berlaku. Gak mungkin korupsi, dll

Kita bedah rukun sholat sekarang. Dari 13 rukun sholat hanya 2 rukun saja yang berupa bacaan atau 3 bila bersama Takbiratul Ihram. Apa saja itu, Al Fatihah dan Tasyahud (awal dan akhir), selebihnya adalah gerakan. Tak ada aturan khusus mengenai Takbiratul Ihram, yang penting lafaznya benar, mengenai tasyahud juga begitu walaupun terdapat khilafiyah soal kata “sayyidina” tetap saja sah secara formal apabila sudah dibaca. Yang cukup mengejutkan adalah Al-Fatihah, tidak banyak yang tahu bahwa dari 14 tasdid/sabdu pada Al-Fatihah tidak boleh ada yang tertinggal (https://arditamin.blogspot.co.id/2017/01/memory-and-gemeinschaft.html), sehingga bila ada tertinggal maka bukan AlFatihah namanya, kalau bukan AlFatihah maka tidak sah sholatnya. Waduhhhhh……

Al Fatihah
Berdasarkan asbabun nuzulnya, suatu saat Malaikat Jibril as mendatangi Rasulullah saw dan berkata : “wahai kekasih Allah, hari ini pintu langit terbuka, seluruh penduduk langit turun ke muka  bumi untuk mengantarkan satu surat yang belum pernah diturunkan kepada Nabi manapun, surat itu bernama Al-Fatihah”. Bayangkan betapa dahsyatnya surat ini, seluruh penduduk langit turun hanya untuk mengantarkannya saja. Demikianlah Surat yang luar biasa ini kemudian dijadikan sebagai penghulu Alquran. Menjadi symbol alam semesta dengan 7 ayatnya mewakili 7 lapis bumi dan 7 lapis langit serta 7 hari penciptaan alam semesta.
Kita tidak akan membahas mengenai Fadlilah dari Al-Fatihah akan tetapi hanya mencoba mencari tahu kenapa orang-orang yang kelihatannya ahli sholat tetapi masih saja berbuat keji dan munkar. Dan bila benar itu karena Al-Fatihah….. sungguh ternyata kita masih harus belajar lagi tentang Al-Fatihah.

Yuk…belajar Al-Fatihah lagi………………………………
1.       Ada 14 tasdid (sabdu)
2.       Ghairil Maghdu, tidak bergetar karena itu Ghin mati bukan Rho mati
3.       Waladdlollin, dlo dibaca panjang 6 harakat
4.       Dst…dst…dst

 Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wassalamualaikum wr wb

ACT 


Thursday, June 8, 2017

10 Ramadhan - Fath'ul Makkah

Bismillahirrahmanirrahim..

Assalamualaikum wr wb

Baru berlalu tanggal 10 Ramadhan yang berarti telah berganti masa “Barokah” menjadi masa “Maghfiroh”, semoga kita semua mendapatkan ridho untuk mencapai masa “Itkum minannaar” pada 10 hari terakhir, aammiiinnn

Ada sebuah kisah yang terjadi pada 10 Ramadhan ini dalam sejarah Islam, mungkin beberapa dari kita sudah melupakannya atau terlupa, sehingga saya comot kembali dari posting Facebook saya pada 17 September 2009, semoga  bermanfaat.

Tanggal 10 Ramadhan 8 H, Rasulullah saw. beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kota Madinah diwakilkannya kepada Abu Ruhm Al-Ghifary.

Ketika sampai di Dzu Thuwa, Rasulullah saw. membagi pasukannya, yang terdiri dari tiga bagian, masing-masing adalah:
1.  Khalid bin Walid memimpin pasukan untuk memasuki Mekkah dari bagian bawah,
2. Zubair bin Awwam memimpin pasukan memasuki Mekkah bagian atas dari bukit Kada', dan menegakkan bendera di Al-Hajun,
3. Abu Ubaidah bin al-Jarrah memimpin pasukan dari tengah-tengah lembah hingga sampai ke Mekkah.

Dari Al-Hajun Nabi Muhammad memasuki Mesjid Al-Haram dengan dikelilingi kaum Muhajirin dan Anshar. Setelah thawaf mengelilingi Ka'bah, Nabi Muhammad mulai menghancurkan berhala dan membersihkan Ka'bah. Dan selesailah pembebasan Mekkah.

Peristiwa ini juga telah dinubuatkan dalam Taurat yang menyatakan “Sang Mesiah akan memasuki kota suci dengan diiringi 10.000 orang saleh berbaju putih”. Subhanallah….

Konon saat itulah takbir yang kita kenal sekarang sebagai takbir Iedul Fitri pertama dikumandangkan, dilantunkan oleh segenap pasukan muslim yg akan memasuki kota Makkah. Derap langkah pasukan muslimin ditingkah dengan takbir yg berkumandang meninggalkan debu yg mengepul dibelakang seketika membuat Makkah laksana kota mati, semua pintu dan jendela tertutup dan tanpa perlawanan Makkah al Mukarromah kembali ketangan mereka yg terusir (Muhajirin) yg dibantu saudara2 mereka dari kaum anshar dan muslimin dari seantero jazirah.


Sejak itu pulalah Rasulullah Saw menetapkan Makkah al Mukarromah menjadi Kota Suci yang diharamkan bagi mereka yg bukan muslimin untuk menginjaknya. Allahua'lam bissawab

ACT

Monday, June 5, 2017

Tanahku...........

Bismillahirrahmanirrahim….

Assalamualaikum wr wb

Sebuah keinginan untuk menulis setelah sekian lama vakum menohok ke ulu hati, tapi hasrat bertanya apa yang harus dituliskan saat ini? Ingin menulis tentang agama agar menjadi ibadah tapi takut dianggap ustad dadakan, belum lagi nanti ada yang tersinggung (hadeuh….) padahal kata Rasulullah saw. “balighu anni walau aayaah”/sampaikan walau satu ayat. Hapunten Baginda …. Saya masih saja penakut dan mungkin yang lebih pantas secara keilmuan juga banyak.
Ingin menulis tentang keluarga, tapi takut dibilang ngarang-ngarang aja, pamer (padahal ga ada yang bisa di pamer hehehehe..). Pengen juga nulis soal sejarah, takut banyak yang protes, kan sejarah tergantung siapa penulisnya, konon juga tergantung pada siapa pemesannya atau dalam bahasa keilmuan bahwa sejarah itu tergantung kehendak penguasa. Nah… kalau yang saya tulis ternyata tidak berkesesuaian dengan apa yang sudah tertanam dibenak pembaca kan repot.

Akhirnya… saya putuskan… menulis puisi saja… (sambil mikir.. soal apa yaaa?)

T a n a h k u

Tanahku bergoyang
Tanah tumpah darahku bergoyang
Bukan karena gempa
Bukan pula karena gunung meletus
Tanahku bergoyang

Ribuan kaki menghentak
Jutaan kaki menghunjam
Tanpa harmony tanpa irama
Tanpa aturan dan tanpa etika
Tanahku bergoyang

Kemana pergi sang peniup suling
Yang selalu membawa harmony dan irama
Kemana perginya budi pekerti
Kemana perginya rasa malu
Kemana perginya akhlak
Kemana perginya adab
Kemana perginya iman
Kemana…..
Tanahku bergoyang

Hari ini aku berharap
Agar lelah kaki menghentak
Agar lelah kaki menghunjam
Agar kembali harmony dan irama
Agar kembali fitrah sempurnanya manusia
Agar Tanahku tak lagi bergoyang

Wassalam


ACT…….. Jakarta, 06 Juni 2017

Sunday, May 7, 2017

Attila The Hun

Attila the Hun

Roma hancur lebur ditangan Visigoth yang dikomandoi Alaric, Imperium ini kemudian memindahkan Ibukotanya ke Rovenna di Utara sementara Alaric dan pasukannya pun meninggalkan Roma menuju kearah Barat dan mendirikan pemukiman disana.

Pada saat yang sama terjadi perubahan kepemimpinan pada bangsa Hun, wafatnya sang kaisar dimanfaatkan oleh Atilla yang didukung penuh oleh kakaknya Bleda  membunuh Putra Mahkota yang masih remaja dan menyatakan Attila adalah kaisar Hun sejak saat itu.

Bangsa Hun adalah bangsa pengembara dengan kehidupan yang keras, mereka berasal dari bangsa Proto-Tiongkok dan Proto Turki dan Attila adalah pemimpin mereka yang merupakan mimpi buruk bagi Eropa saat itu. Kekejaman Attila belum pernah terlampaui dalam sejarah manusia hingga saat ini, dia tak segan membantai orang tua, perempuan bahkan bayi sekalipun dalam penaklukannya.

Attila bermimpi untuk menguasai Eropa, kecerdasan dan ketangkasan prajuritnya mendukung mimpi tersebut dan sebagai orang yang sangat percaya dengan takhyul  Attila menyebut dirinya sebagai “cambuk Tuhan”.  Pasukannya Attila bergerak menuju selatan, tujuannya adalah Konstantinopel tempat bertahtanya Raja Theodosius II Kaisar Romawi Timur, sepanjang perjalannya lebih dari 80 kota porak poranda, tak terhitung nyawa penduduk yang hilang dalam pembantaian yang mengerikan oleh Attila dan pasukannya. Theodosius tak berani mengambil resiko, dia menawarkan perdamaian pada Attila dan dengan berat harus menyanggupi upeti 2.400 ton emas pertahun yang diminta Attila. Selesai kesepakatan, Attila dan 100.000 pasukannya bergerak, tujuannya Romawi Barat dimana bertahta Kaisar Valentinian yang menjadi pusat kekuatan Imperium Romawi, ambisi ini ditentang oleh kakaknya Bleda yang berujung kematian Bleda ditangan Attila.

Imperium Romawi Barat dalam keadaan terjepit, di Selatan Kaum Vandal yang dipimpin mantan panglimanya Geiseric sudah bersiap-siap untuk menyerang, dari Timur Attila dan 100.000 pasukannya sedang bergerak mendekati sementara di Barat Visigoth merupakan ancaman yang serius karena pernah menghancur leburkan Roma pada tahun 410 M.

Atas usul Flavius Aetius Panglima Besar Romawi, direncanakanlah suatu penawaran pada Visigoth untuk bergabung menghadapi Attila. Visigoth sendiri sudah tidak mempunyai pilihan karena setelah menaklukkan Romawi Barat dipastikan pasukan Attila akan menghancurkan mereka. Akhirnya kesepakatan tercapai, Aetius dan Thedoric memimpin 80.000 pasukan gabungan Romawi dan Visigoth berangkat menuju Catalonia untuk menghadang pasukan Attila, peristiwa ini terjadi tahun 451 M.

Perang besar terjadi selama 12 jam tanpa henti, 40.000 pasukan gabungan gugur bersama dengan Theodoric, tetapi Attila kehilangan lebih dari 50.000 pasukannya yang terbang bersama dengan semangat dan ambisinya. Keesokannya Atiila dan pasukannya mundur dari pertempuran, kekalahan tersebut menyadarkan sisa pasukan bahwa Attila bukanlah “cambuk Tuhan” dan satu persatu mereka melepaskan diri. Attila bersama sisa pasukannya terus mengembara di Eropa Barat sampai akhirnya tewas secara mendadak ditanah Perancis pada tahun 453 M.

Kemenangan besar ini harus dibayar mahal. Kaisar Valentinian yang khawatir atas popularitas Aetius segera membunuhnya namun segera dibalas oleh pendukung setia Aetius dengan membunuh sang Kaisar. Peristiwa ini adalah awal dari kehancuran total Imperium Romawi dan bangkitnya suku-suku barbarian di Eropa seperti, Vandal, Visigoth, Jermanik, Ostrogoth, Burgundi, Saxon, Frank, Norman  dan lain-lain yang selama ini berada dalam penindasan Romawi. Era inilah yang menjadi titik balik suku-suku Barbar di Eropa tersebut memulai peradaban baru sebagaimana peradaban Romawi yang selama ini menindasnya.

Allahua’lam bissawab
ACT


Thursday, May 4, 2017

Kaifa Antum...?

Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim

Happy Sayyidul Aayyaam

Dihari Jumat yang mulia ini, dalam suasana  politik yang disharmony di Ibukota, dalam suasana alam yang tampak "geram" dengan mendung dan hujan yang menggila, dalam aroma dakwah yang menyelingkuhi tujuannya, dimana asa dan putus asa sambung menyambung dan berbaur tanpa belas kasihan menyambar jiwa-jiwa yang fana. Saya coba mengangkat kembali tulisan di Facebook 19 Oktober 2011, semoga bermanfaat bagi kita semua.. aammiinn.

Kaifa Antum

Suatu hari dalam majelis Baginda Saw, dimana berkumpul para sahabat yg disinari cahaya Ilahiah, tiba2 Baginda berkata :"kaifa Antum/bagaimana kalian", serempak majelis terdiam, seorang sahabat bertanya : "apa maksudnya Yaa Rasulullah". Baginda Saw menjawab : "akan datang suatu masa dimana para istri tidak taat pada suaminya bahkan tidak lagi taat pada Allah ta'ala dan para pemudanya membuat kerusakan dimana-mana", 

Dalam masa dimana keimanan sedang mekar2nya tentunya pernyataan ini membingungkan sahabat sehingga mereka bertanya :"alaka inun dzaalika Yaa Rasulullah/akankah hal itu terjadi Ya Rasulullah", dijawab : "asyadu/lebih dahsyat lagi", "akan datang suatu masa dimana umat tak lagi menganjurkan yg ma'ruf dan melarang yg munkar", kembali sahabat terbengong dan bertanya : "alaka inun dzaalika Yaa Rasululullah", dijawab : "asyadu, nanti umat sudah tak perduli lagi dengan amar ma'ruf dan nahi munkar" kembali sahabat bertanya : "alaka inun dzaalika Yaa Rasulullah", dijawab kembali : "asyadu", nanti umat akan dipaksa meninggalkan yang ma'ruf dan melakukan yang munkar", kemudian para sahabat bertanya : "lalu apa yg harus kami lakukan Yaa Rasulullah". 

Baginda kemudian membaca Surat Ali Imran ayat 104 yang terjemahnya "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" dan janganlah pernah bosan melakukannya... allahua'lam bissawab

Barakallahu li walakum
Wassalamualaikum wr wb
ACT

Friday, March 31, 2017

Inside The Human Body (in other perspective)

Assalamualaikum wr wb…

Happy Sayyidul Aayyaam

Long time no see, Alhamdulillah…… setelah sekian lama tidak menulis, insya Allah hari ini saya coba untuk menuliskan diskusi dalam kepala yang telah berlangsung beberapa hari ini. Allahuma Shalli alaa Sayyidina Muhammad wa alaa ali Sayyidina Muhammad. Amma ba’du..

Inside The Human Body (in other perspective)

Beberapa bulan lalu kita telah membahas mengenai sebab musabab penciptaan manusia dan hal ikhwal maksud serta tujuan penciptaan tersebut secara sederhana dalam judul “Quo Vadis”.  Tulisan dibawah ini mencoba untuk mengupas manusia dari perspektif yang berbeda dari yang selama ini kita kenal karena mencoba mengungkap bahasa  tasawuf dalam bobot yang ringan.

Sehubungan dengan debat dalam kepala saya yang telah berlangsung dalam beberapa hari ini, maka saya akan coba berbagi sebelum hilang ditelan masa. Semoga bermanfaat.

Tubuh manusia terdiri dari bagian yang kasat mata dan tidak kasat mata yang boleh juga kita bagi menjadi Visual dan Spriritual. Bila boleh kita bagi lagi maka visual atau Human Body akan terdiri dari jasad dan qalbu, kenapa dibedakan? Bukankah qalbu juga termasuk jasad?. Jawabnya  karena qalbu adalah sebongkah daging sebagaimana dinyatakan dalam hadist Sesungguhnya dalam tubuh anak Adam itu ada sebungkah daging bila baik ia niscaya baiklah seluruh anggotanya dan bila jahat ia niscaya jahatlah seluruh anggotanya. Ketahuilah itu adalah Qalbu.” (Bukhari & Muslim) akan tetapi ilmu pengetahuan manusia belum bisa menentukan dimana daging itu sesungguhnya. Para masyaikh memberikan arahan bahwa letaknya 2 jari dibawah puting dada kiri.

Mengenai jasad sudah kita pelajari sejak dari Sekolah Dasar dan semua saya yakin sudah khatam, yang akan kita bahas sekarang adalah qalbu. Sebagai bagian dari jasad walau belum ditemukan maka qalbu hendaknya adalah sebuah wadah, semacam Motherboard pada komputer yang didalamnya terpasang berbagai macam peralatan dan purwarupa untuk menjalankan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan. Apa saja yang sudah terpasang pada qalbu? Untuk itu kita coba membedah ilmu para mutasowwif yang memang dikenal dekat dengan pengetahuan tentang ini.

Ada 4 hal dasar dalam tasawuf yang harus diajak berdamai/berteman, masing-masing adalah Qalbu, Ruh, Akal dan Nafs oleh karena masing-masing mendapatkan pelatihan atau maintenance yang dinamakan “latifa” berupa zikir yang ditujukan untuk menservice peralatan tersebut.

Qalbu, kalau sepakat maka tadi kita sudah setuju bahwa peralatan ini berbentuk nyata hanya saja belum ditemukan, berfungsi sebagai motherboard atau pusat segala aktifitas manusia, sehingga bilamana terjadi error didalamnya otomatis manusianya juga akan error.

Ruh, Akan ditanya akan engkau hai Muhammad tentang ruh; Katakan olehmu Ruh itu adalah daripada urusanTuhanku.”(Al-Isra’ : 85) sehubungan dengan ayat ini, jelas bahwa kita tidak diberi kemampuan untuk menjelaskan masalah ini, akan tetapi bila dianalogikan dengan komputer maka ini adalah batere CMOS pada motherboard yang menjaga aplikasi jam dan lain-lain tetap hidup walaupun power computer sudah dimatikan.

Nafs, adalah perangkat yang berhubungan dengan semangat (passion) sangat rentan dan rapuh sehingga harus dirawat sedemikian rupa, kebanyakan kita mengenal nafs dalam bentuk nafsu dengan konotasi negative, padahal sesungguhnya tidaklah demikian, nafs akan tergantung pada program atau aplikasi yang terpasang sehingga dia bisa sangat baik dan bisa pula sangat jahat, analogy pada computer adalah booster.

Aqli, atau akal adalah perangkat purwarupa dengan kecanggihan yang luar biasa, bertindak sebagai O/S atau operating system yang memerintahkan otak dan seluruh syaraf motorik manusia, namanya juga dipakai umum untuk menjelaskan prosessing yang ada dalam otak manusia, memiliki sensor yang tak terhingga dan mampu mencerna serta memproses segala yang terjadi disekitarnya sekaligus mampu merespon dalam hitungan yang lebih cepat dari cahaya. Otak manusia hanyalah salah satu alat proses yang berada dalam kendali akal.

Kita telah mendefinisikan qalbu serta bagian-bagiannya, ketidakmampuan ilmu pengetahuan manusia saat ini untuk menemukan qalbu secara fisik membuat semuanya menjadi “gaib”. Qalbu adalah milik Allah ta’ala, oleh karenanya kita selalu berdoa agar qalbu tidak dicondongkan pada kesesatan setelah mendapatkan petunjukNya (Rabbana latudzigh qulub anna ba'daits hadaitanna), kemampuan yang diberikan pada kita hanya merawat, melatih dan memeliharanya dengan baik. Karena dia milik Allah ta’ala dan bukan milik kita, bagaimana mungkin kita mampu memanage-nya.

Selanjutnya kita akan membahas mengenai aplikasi dasar yang sudah di install atau terpasang pada qalbu sebagai aplikasi/program dasarnya. Baginda Rasulullah saw pernah menerangkan (mohon maaf saya lupa hadistnya) bahwa setiap lahir anak adam maka Allah ta’ala memberikan 4 anugerah kepada manusia yang disebut arba'a jawahid yaitu;

1. Aqli atau Akal (nama aplikasinya sama dengan alatnya)
2. Addien atau Agama
3. Haya atau Rasa Malu
4. Amal Saleh

Ke empat Anugerah itu akan rusak bahkan hilang sama sekali akibat dari 4 hal pula;

1. Marah, dapat merusak Akal
2, Hasud, dapat merusak Agama
3. Tamak, dapat merusak Malu
4. Bodoh, dapat merusak Amal Saleh

Empat aplikasi pertama sudah otomatis ter install sejak manusia lahir, dalam perjalanan hidupnya sang  manusia akan melakukan pemasangan/install berbagai macam aplikasi dan program yang diantaranya ternyata merupakan virus/Trojan yang dapat merusak bahkan menghancurkan aplikasi dasarnya.
Analogi diatas tidak bermaksud untuk menyamakan ciptaan Allah Ta’ala yang Maha Sempurna dengan ciptaan manusia, semata-mata hanya sebagai sarana mempermudah pemahaman saja.
Rasanya sudah terlalu panjang, sebelum pembaca menjadi bosan akhirul kalam, Allahu’alam bissawab.
Barakallahuli walakum……Wassalamualaikum wr wb

ACT

Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...