Tuesday, December 10, 2019

Adat Minangkabau

Adat Minangkabau selayang pandang
(dalam perspektif anak rantau)
Bismillahirrahmanirrahim……
Sebagai anak minang yang lahir di rantau dan besar di rantau, tentunya pengetahuan tentang adat istiadat Minangkabau sangatlah tipis. Beda dengan mereka yang lahir dan besar di Ranah Minang. Walaupun begitu sebagai anak rantau yang dinegeri orang dipanggil “orang Padang”, ada sebuah rasa ingin tahu yang besar tentang adat istiadat Minangkabau, karena suka atau tidak mereka yg memanggil kita “orang padang” tersebut sedikit banyak akan bertanya tentang itu.
Mengapa demikian? Adat Minangkabau itu unik dan berbeda dengan adat istiadat daerah lain di Nusantara, keunikan inilah yang memicu rasa ingin tahu teman dan rekan yang berasal dari daerah lain.
Beberapa pertanyaan menyangkut adat yang paling sering ditanya :
1. Adat minang penerima waris adalah perempuan, kok beda sama Hukum Islam? Katanya adat basandi syarak?
2. Laki-laki minang kalau kawin sama orang daerah lain, nanti dikampungnya kawin lagi.
3. Dalam adat Minang kok perempuan yang melamar?
Nah, 3 pertanyaan ini saja bisa membuat anak rantau seperti saya kejepit lidah alias ga bisa jawab, lalu predikat “orang padang” tadi semakin menjadi bahan ejekan. Untungnya Ayahanda dulu sering bercerita tentang Adat Minang, sehingga sedikit banyak ada bahan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut diatas, ada baiknya kita ulas dulu tentang keunikan Adat Istiadat Minangkabau.
a. Sistem Keluarga
Orang Minang hidup berkaum-kaum yang pada tatanan sosialnya berjenjang dari Nagari, Suku, Kaum, Perut dan Jurai (Keluarga Inti). Mereka yang satu perut (beberapa keluarga) biasanya tinggal dalam 1 Rumah Gadang dan mereka yang satu kaum biasanya tinggal di 1 lokasi yang sama. Berbeda dengan system guyub pada masyarakat Jawa apalagi Keluarga Batih pada masayarakat Sunda. Ikatan psikologi masyarakat kaum akan lebih kental karena mereka berasal dari keturunan yang sama, hidup ditempat yang sama dan sawahpun biasanya berdekatan
b. Sistem Kekeluargaan
Inilah keunikan utama, adat Minangkabau berjalan dengan system Matriarchat/Matrilineal dimana suku diturunkan menurut garis Ibu, begitu juga Harta Pusaka Tinggi.
c. Sistem Adat
Masuknya agama Islam diserap total oleh masyarakat minang, sehingga Adat merendahkan diri dan meninggikan agama yang dikenal dengan “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, yang artinya sandaran Adat adalah Hukum Syariat yang bersandar pada Alquran. Tidak ada satu daerahpun di Nusantara ini yang menyerap Islam secara komunal, yang umum adalah diserap secara individual.
1. Tentang Waris / Faraidh
Tak kurang dari Putera kebanggaan Minangkabau Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Imam Besar dan Khatib Masjidil Haram menggugat soal ini. Beliau menyatakan bahwa system ini telah melanggar Hukum Faraidh (Waris Islam) yang secara tegas mengatur pembagian 2 : 1 bagi anak laki-laki dan perempuan sebagai ashobah (Penghabis) dalam system waris. Sementara itu Ulama-ulama Minangkabau di Nusantara termasuk Harimau Nan Salapan dan Imam Bonjol tidak mempermasalahkan urusan ini. Akhirnya murid beliau sendiri Syaikh Abdul Karim Amrullah mengeluarkan fatwa bahwa Pusako Tinggi diturunkan berdasarkan Harta Wakaf dan bukan Faraidh.
Ada 3 macam cara beralihnya harta di Minangkabau berdasarkan waris.
a. Pusako Tinggi, diwariskan berdasarkan garis perempuan (matrilineal)
b. Pusako Randah atau Harato Suarang (harta pencaharian orang tua yang didapat semasa hidupnya) diwariskan berdasarkan Hukum Waris Islam (Faraidh)
c. Sako jo Pusako, Harta yang berkaitan dengan gelar, diwariskan dari pemegang gelar (Mamak) kepada penerima gelar (Kemenakan)
2. Tentang Mamak
Mamak adalah pelindung bagi keluarga dan kaumnya, zaman dahulu bila anak laki-laki merantau kemudian menikah di rantau dengan orang luar, biasanya keluarga akan berupaya agar si anak laki-laki tak putus hubungan dengan keluarga dan kampungnya. Hal ini dikarenakan saat itu bila kawin dengan orang luar berarti “Hilang Mamak”, hilang pelindung keluarga. Padahal seharusnya tidaklah seperti itu, hukum adat Minangkabau mengenal system angkat/adopsi, maka jika sang anak laki-laki kawin dengan orang luar, maka sebaiknya upayakan agar si istri mau diadatkan dikampung, diangkat anak oleh Induk Bako suaminya, sehingga ikatan keluarga dan kampung tetap terjaga.
3. Adat Bajapuik
Ini juga salah satu keunikan adat Minangkabau, dimana setelah menikah laki-laki akan diboyong tinggal dirumah perempuan, karena itu keluarga perempuan yang datang pada keluarga laki-laki untuk menjemput (bajapuik). Adat ini tidaklah seperti yang dibayangkan, ada kisah mengenai laki-laki di Padang dibeli dan lain sebagainya, saat ini hanya seremonialnya saja yang masih ada, dahulupun sebenarnya yang cukup kuat memakai adat ini hanya di daerah Pariaman saja.
Demikian kiranya bermanfaat, lebih dan kurang mohon maaf, segala bentuk masukan akan merupakan kehormatan dan barokah dari Allah Ta’ala.
Wallahu Musta’an wa Allahu Yahdikum
Wassalamualaikum wr wb
------- ilalang -------

Friday, November 15, 2019

Demi Jiwa - Wa nafsin

Bismillahirrahmanirrahim..

Assalamualaikum wr wb

Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha;
yakni maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (QS. Asy-Syams: 8).
Qod aflaha man jakaha waqod khoba man dassaha;
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan diri & sungguh merugilah orang yang mengotorinya (QS.Asy-Syam:9:10)

maka apapun yang dipilih dan dilakukan akan kembali kepada manusianya..

Happy Sayyidul Ayaam
Semoga bermanfaat

------- ilalang -------

Allahu Somad

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum wr wb
Saudara dan sahabat tercinta, sejenak mentafakuri kalimat "Allahu Somad" yang lebih kurang artinya : "Allah tempat bergantung segala sesuatu".
Sudahkah kita menggantungkan segala sesuatunya kita hanya kepada Allah saja?
Kebanyakan dari kita ternyata suka lupa, sehingga menggunakan yang lain atau ciptaan Allah Ta'ala sebagai tempat bergantung.
Akhirnya hidup kita berbusana kegalauan,
Manakala kenyataan tak sesuai dengan harapan kita gusar, kita gunakan akal pikiran kita sebagai tempat bergantung dan menyuarakan protes dan klaim atas kenyataan yang terkadang sudah menjadi sunnatullah. kita lupa
Manakala tidak mempunyai uang atau harta, kita marah, kita menyalahkan semua yang kita "pikir" jadi penyebab, lupa pada Allah Ta'ala sebagai tempat bergantung, lupa bahwa Allah Ta'ala adalah asbabul asbab, Allah Ta'ala adalah tempat wujudnya permohonan dan doa. Malah kita gantungkan kehidupan kita pada benda2 dan akal pikiran kita. kita lupa
Manakala lepas suatu jabatan, kita panik, kita cari kesalahan semua orang, kita gunakan akal pikiran kita untuk memuaskan syahwat kita tentang jabatan yang lepas. Lupa kita bahwa Allah Ta'ala adalah tempat bergantung, yang kekuasaanNya Tak Terbatas dan yang dalam kekuasaanNya mulia dan hinanya manusia, yang dalam kekuasaanNya tinggi dan rendahnya derajat manusia. kita lupa
Demikianlah saudara dan sahabat, semoga Allah Ta'ala melindungi kita dari penyakit lupa yang gawat ini dan Allah Ta'ala limpahkan keberkahan atas kehidupan kita semua, dunia wal akhirat, aamiinn..
Bila tak berkenan mohon maaf dan pada Allah Ta'ala saya mohon ampun.
Semoga bermanfaat
Wassalam
------- ilalang -------

Tuesday, September 24, 2019

Baralek Gadang (1927)


Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim

Baralek Gadang Pelantikan Wali Nagari HM. Tamin glr. Datuk Rajo Nan Gadang (1927)
Sistem Pemerintahan di Minangkabau menganut azaz Kelarasan yang dipimpin oleh Tuanku Lareh (Tuanku Laras). Sistem ini berakhir setelah Pemerintah Belanda menetapkan pembagian Afdeeling pada 1 Desember 1914 yang mengganti system Kelarasan menjadi system Distrik dan Onderdistrik.
Muaropaneh yang tergabung dalam Konfederasi Kubung XIII, berjalan dengan system Kelarasan Bodi Chaniago dimana Penghulu Pucuknya adalah Datuk Rajo Nan Gadang sebagai Tuanku Lareh/Angku Lareh, perlahan harus mengikuti aturan yang dibuat oleh Pemerintah Belanda. Karena itu pada tahun 1927 dilantiklah Angku HM. Tamin glr Datuk Rajo Nan Gadang sebagai Wali Nagari Muaropaneh pada Onderdistrik Solok (Salayo, Gantuang Ciri, Muaropaneh) dibawah Distrik Solok dibawah Afdeeling Solok.
Angku HM. Tamin glr Datuk Rajo Nan Gadang adalah Lareh terakhir (karena menerima gelar dari Mamaknya sebagai Lareh) sekaligus sebagai Wali Nagari (Angku Palo) pertama Muaropaneh. Pelantikan beliau di Muaropaneh dihadiri oleh Asisten Residen/Controller Solok Mr. HA Hartogh Hews van de Lier, hadir juga sahabat beliau Demang Singkarak - Demang Siso Rimau (krn pernah berkelahi dengan harimau).
Semoga Bermanfaat.
Wassalam

------- ilalang -------


Monday, July 29, 2019

Singapura (takkan melayu hilang di bumi)


Singapura (takkan melayu hilang di bumi)

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, tak pernah terbayangkan sebelumnya bilamana saya akan sering pulang pergi Jakarta – Singapura, ternyata takdir berkehendak demikian, setahun bisa sampai 5 kali bolak-balik.

Singapura, negeri yang dibangun oleh Prameswara anak dari Sang Nila Utama anak dari Demang Lebar Daun yang berasal dari Bukit Siguntang Palembang Sumatera Selatan, Indonesia. Negeri asalnya bernama Kerajaan Tumasik yang namanya sekarang diambil menjadi nama Perusahaan Negara Singapura “Temasek”. Ketika datang serangan dari utara, Prameswara berpindah dan mendirikan Malaka, keturunannya selanjutnya membangun Johor dan kemudian Melayu Riau, inilah asal muasal sesungguhnya “Bangsa Melayu”. Mereka yang bermukim di daerah inilah yang mendapatkan Legacy/Warisan sebagai penerus Bangsa Melayu.

Singapura sebagai negara dengan minim sumber daya alam, pada zaman Mr. Lee Kwan Yew membuat sebuah basis ekonomi sebagai negara penyedia jasa (services country), sebuah keputusan yang sangat tepat sehingga membuat Singapura yang juga dikenal sebagai dot country menjadi sebuah negara yang cukup disegani dalam kancah Internasional.

Hubungan emosional yang erat dengan Hongkong dan Taiwan akibat mayoritas pelaku ekonomi di negara ini sejak merdeka adalah dari etnis China (walaupun ada juga dari India dan negara lain) membuat ekonomi Singapura melesat melampaui negara-negara pemilik sumber daya alam berlimpah disekitarnya. Sistem perbankan yang baik membuat dana mengalir deras dari negara tetangga termasuk dari China, Jepang dan Taiwan.

Perkembangan system ekonomi berbasiskan jasa ini terlihat jelas sekarang, hampir tidak ada perusahaan besar dunia yang tidak memiliki kantor cabang disana, akan tetapi mereka memiliki strategi sendiri untuk perbankan, karena terlihat hanya perbankan local yang menjadi Bank Utama (Prime Bank). Sepertinya Arab Saudi harus belajar dari Singapura jika ingin berubah dari Petro country menjadi Services country.

Saya sempat terkagum-kagum saat melihat bagaimana Singapura menjaga betul warisan budayanya, rumah-rumah etnis dan kolonial bahkan kuburan dan masjid, sesuatu yang saat ini dibanyak negara mungkin sudah banyak yang hilang ditelan modernisasi. Bila kita berkeliling Singapura akan sangat terasa nuansa ini, hanya saja bila kita memahami sejarah, sebuah pertanyaan besar akan muncul, kenapa sebagian besar budaya yang dirawat adalah peninggalan etnis China? Jawabannya menarik, “mungkin memang merekalah yang membangun Singapura sejak masa sebelum merdeka sampai sekarang”. Lalu kemana etnis Melayu? Nah, inilah yang memperihatinkan saya.

Ada harga yang harus dibayar oleh pembangunan dan modernisasi, yaitu hilangnya “Bahasa Melayu”.

Upaya menjadi Kekuatan Ekonomi Dunia membuat Singapura harus mengedepankan Bahasa Inggris dalam kesehariannya, hal ini terutama karena Bahasa ini sudah menjadi Bahasa resmi sejak sebelum merdeka.

Kemudian Bahasa Mandarin, yang menjadi Bahasa perdagangan bagi etnis China disana. Menarik bagi saya terutama ketika mengobrol dengan beberapa China Singapura, generasi muda mereka ternyata mereka tidak berkiblat ke China Daratan, mereka lebih bangga dengan “saya China dan saya Singapura”.

Lalu Bahasa Urdu/India mengingat banyak etnis India yang sudah mukim sejak lama dan menjadi salah satu motor pembangunan di Singapura.

Bahasa Melayu nyaris lenyap, dalam penanda arah maupun pengumuman resmi, Bahasa ini selalu menjadi paling akhir atau ketiga sebelum Bahasa Urdu. Suatu hari saya berbicara dengan etnis Melayu yang menjadi supir disana, ketika saya tanya “anak2 dirumah menggunakan Bahasa apa”? dijawabnya “Bahasa Inggris”???.  

Pemerintah Singapura saya yakin paham betul dengan hal ini, apalagi saat tahun lalu berkunjung saya melihat bagaimana pemerintah berupaya dengan membuat kampaye “gunakan Bahasa” yang dipasang di bus-bus umum. Apalagi kita semua tahu bahwa Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi ASEAN dan akar Bahasa Indonesia adalah Bahasa Melayu.

Dalam pemahaman saya “Bahasa” adalah “Identitas”. Hilangnya orang Aztec, Inca atau Amazon bukan karena keturunannya tidak ada, tetapi karena Bahasa mereka tidak lagi dipakai, itu juga yang terjadi dengan orang Indian di Amerika.

Penetrasi Bahasa Inggris diseluruh dunia dengan menunggangi “perdagangan internasional” seharusnya tidak mengubur Bahasa asli penduduknya. Sebagaimana pepatah melayu “esa hilang dua terbilang, takkan melayu hilang dibumi”

Akankan melayu hilang di Singapura?

Wassalam.

------- ilalang -------


Singapore (takkan melayu hilang di bumi)


Bismillahir rahmanir Rahim

Alhamdulillah, it was never imagined before when I would often commute Jakarta - Singapore, it turned out that fate would be so, a year could be up to 5 times round trip.

Singapore, the country built by Prameswara son of Sang Nila Utama, a child from Demang Lebar Daun originating from Bukit Siguntang Palembang, South Sumatra, Indonesia. His native country is called the Kingdom of Tumasik whose name is now taken as the name of the Singapore State Company "Temasek". When the attack from the north came, Prameswara moved and founded Malacca, his descendants then built Johor and then Riau Malays, this was the true origin of the "Malay Nation". Those who live in this area get the Legacy / Heritage as the successor of the “Bangsa Melayu”.

Singapore as a country with minimal natural resources, at the time of Mr. Lee Kwan Yew made an economic base as a service country, a very appropriate decision that made Singapore, also known as dot country, a country that was quite respected in the international arena.

The close emotional connection with Hong Kong and Taiwan due to the majority of economic actors in this country since independence is of ethnic Chinese (although there are also from India and other countries) making Singapore's economy accelerate beyond the countries that have abundant natural resources around it. A good banking system makes funds flow from neighboring countries including China, Japan and Taiwan.

The development of this service-based economic system is clearly visible now, almost no major global companies do not have branch offices there, but they have their own strategies for banking, because it is seen that only local banks become the Main Bank (Prime Bank). It seems that Saudi Arabia must learn from Singapore if they want to change from Petro country to Services country.

I was amazed when I saw how Singapore maintained its cultural heritage, ethnic and colonial houses and even cemeteries and mosques, something that in many countries might have been lost in the modernization. If we go around Singapore it will feel this ambiance, it's just that if we understand history, a big question will arise, why is most of the culture that is cared for is ethnic Chinese heritage? The answer is interesting, "maybe they were the ones who built Singapore since the time before independence until now". Then where is the ethnic Malays? Well, this is what concerns me.

There is a price to be paid by development and modernization, namely the loss of "Malay Language".

Efforts to become a World Economic Power make Singapore must prioritize English in their daily lives, this is mainly because this language has become the official language since before independence.

Then Mandarin, which is the trade language for ethnic Chinese there. Interesting to me especially when chatting with some Chinese Singaporeans, their young generation turned out they were not oriented to Mainland China, they were more proud of "I am China and I am Singapore".

Then Urdu / Indian Language, considering that many ethnic Indians have been living for a long time and become one of the motor development in Singapore.

Malay language almost vanished, in the direction markers and official announcements, this language always became the last or third before Urdu. One day I spoke with ethnic Malays who were drivers there, when I asked "What children at home use the language"? He answered "English”?.

The Singaporean government is sure that I understand this very well, especially when I visited the last year and see how the government tried by making a "use bahasa language" campaign installed on public buses. Moreover, we all know that Indonesian is used as the official language of ASEAN and the roots of Indonesian are Malay.

In my understanding "Language" is "Identity". The loss of the Aztecs, the Incas or the Amazon was not because their descendants did not exist, but because their language was no longer used, that was also the case with Indians in America.

Penetration of English throughout the world by riding on "international trade" should not bury the native language of its inhabitants. As the Malay proverb "esa hilang dua terbilang, takkan melayu hilang dibumi"

Will Malay Language disappear in Singapore?

Wassalam.

------- ilalang -------



Wednesday, July 17, 2019

Kaifiat Sholat

Bismillahirrahmanirrahim..

Kaifiat Sholat

Kaifiat adalah tatacara atau aturan dalam melaksanakan ibadah. Saya hampir tidak pernah mendengar kata ini dalam ceramah atau tausiah dari Pak Kyai atau Pak Ustad, baik di pengajian masjid, musholla atau tivi sekalipun. Atau bisa saja saya yang kudet alias kurang update? Allahu’alam.

Ada apa dengan kaifiat? Kata ini sering muncul belakangan ini dalam kepala saya, terutama sejak saya menulis tentang sholat beberapa waktu yang lalu, namun tetap belum nyambung. Sampai akhirnya saya mencoba merenungi kembali mengenai fadlillah sholat yang dilansir dalam Al-Ankabut : 45 “Inna sholata tanha anil fahsya iwal munkar” – sungguh sholat itu mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar.

Beberapa waktu lalu pernah saya tulis di blog mengenai sholat dan fadlillah ini, saat itu saya membayangkan bahwa kemungkinan besar tidak tune in nya fadlillah tersebut pada mereka yang melaksanakan sholat dikarenakan gagal Fatihah, makanya disana saya bahas mengenai asbabun nuzul Surat Al Fatihah sampai kepada tidak boleh hilangnya 14 tasydid dalam melafazkannya.

Suatu hari saya mendapatkan pelajaran tentang wudhu, bertambah lagi input mengenai kaifiat sholat didalam benak saya, sehingga akhirnya muncul sebuah analogy tentang ini.
“Bila kita makan tanpa aturan, tanpa cuci tangan, mengunyah terburu-buru atau tanpa dikunyah, menelan dengan cepat dan lain-lain”

Apa yang terjadi, kenyangkah kita? tentu kenyang karena perut telah terisi, bermanfaatkah? Belum tentu, karena tangan yang kotor dapat membawa penyakit, makan tanpa dikunyah membuat makanan akan sulit dicerna dan kerja lambung menjadi extra, menelan dengan cepat akan memicu resiko tersedak, dan lain-lain.

Kira-kira seperti itulah sholat, bila kita sholat tanpa kaifiat (tatacara/aturan), berpahalakah kita? jawabnya tentu berpahala karena sudah melakukan ibadah. Lalu apakah Al-Ankabut 45 akan berlaku? Nanti dulu, sama seperti orang makan tadi, karena terserapnya makanan dengan baik dan menjadi manfaat bagi tubuh adalah fadlilah, maka bilamana sholat tanpa kaifiat yang benar, sepertinya kita hanya mendapat pahala saja dan tidak fadlilahnya.

Apa saja kaifiat sholat?

1.       Wudhu, selain yang wajib sebagaimana Al-Maidah : 6, maka yang sunnahpun harus sempurna, ditambah dengan berserah diri serta hati memohon agar Allah Ta’ala ridho memberikan kesucian karena kita akan menghadap Dzat Yang Maha Suci. Ada pengharapan sebagai seorang hamba untuk berharap-harap ridho dari Dzat Yang Maha Mulia.

2.       Melaksanakan rukun sholat secara Tartil, berurutan. Baik dan benar dalam gerakan, baik dan benar dalam bacaan.

3.       Bacaan yang harus terdengar (minimal telinga sendiri), Takbiratul Ihram, Takbir, Al Fatihah, Tasyahud awal dan akhir, salam. (catatan: syir bukan berarti baca dalam hati, tetapi lembut paling tidakl sampai ditelinga sendiri, sementara Jahr bermakna keras atau lantang)

4.       Khusus Al Fatihah, 14 tasydid tidak boleh hilang

5.       Khusuk, dalam arti mengerti dan memahami betul dalam keadaan menghadap dan bercakap-cakap dengan Dzat Yang Maha Kuasa sehingga hati tidak lagi mampu bercakap-cakap yang lain karena sudah dipakai sebagai sarana komunikasi dengan Dzat Yang Maha Tinggi.

Demikianlah semoga bermanfaat dan dapat membuat sholat kita mendapatkan fadlilah yang dijanjikan Allah Ta’ala.

Allahu’alam bissawab, bila tak berkenan saya mohon ma’af dan pada Allah Ta’ala saya mohon ampun.

Wallahul Musta’an wa Allahu Yahdikum
Barakallahu li walakum
Wass

------- ilalang -------



Monday, July 15, 2019

Dongeng Bocah


Dongeng bocah (pengobat rindu)

Suatu hari setelah berakhirnya Perang Uhud, Rasulullah saw berkumpul bersama sahabat setelah mengumpulkan jenazah para sahabat yang syahid, termasuk paman tercinta Rasulullah saw Sayyidina Hamzah ra. 

Rasulullah saw sendiri terluka setelah sebuah anak panah kafir Quraisy melesat nyaris mengenai kepala, untung meleset dan mengenai rantai pelindung kepala. Rantai yang putus itu menancap di pelipis Rasulullah saw dan darisanalah darah mengalir. 

Rasulullah saw berkata : “siapa yang mau mencabut rantai ini?”, seketika para sahabat berdiri akan tetapi Abu Ubaidah Al Jarrah lebih dahulu mendekati Rasulullah saw dan berkata : “biarkan aku mencabutnya Yaa Rasulullah”. Ternyata Abu Ubaidah mencabutnya dengan menggunakan giginya, seketika terdengar suara berderak dan para sahabat berebut ingin melihat rantai yang menancap tersebut. Pecah gelak tertawa para sahabat termasuk Rasulullah saw ketika melihat bukan rantai yang tercabut melainkan 2 gigi depan Abu Ubaidah yang rontok. Demikianlah sejak itu Abu Ubaidah Al Jarrah mendapat gelar baru bila bergurau yaitu Si Ompong.

Kisah ini dulu sering diceritakan waktu Ananda masih SD dan seringkali dia minta untuk mengulang cerita ini “aby… cerita sahabat ompong dong..”. Hahaha dan setiap kali ditanya siapa sahabat Rasulullah saw yang ompong, pasti jawabnya lantang “Abu Ubaidah..”. Subhanallah… sungguh indah masa-masa itu dan demikian cepat waktu berlalu, tak terasa Ananda sekarang sudah remaja dan jauh dari rumah. Tetap istiqomah ya nak, jihadmu adalah belajar dengan baik, guncanglah dunia dengan ilmu dan guncanglah langit dengan ibadahmu.

Allahuma Ya Allah.. ampuni kami semua, berkahi kami, rahmati kami dan kumpulkan kami semua bersama para Aulia-Mu dan para Syahid-Mu, aamiinn…

------- ilalang -------

Friday, July 12, 2019

Ada apa dengan kita... ?


Bismillahirrahmanirrahim…

Happy Sayyidul Aayaam

Ada apa dengan kita...?

Segala puja dan puji hanya bagi Allah Ta’ala, shalawat serta salam hanya tercurah keharibaan Baginda Nabi Rasulullah saw. Saudara dan sahabatku yang dirahmati Allah swt, mari bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang telah kita terima, terlebih untuk karunia Iman dan Islam, Allahuma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik, aamiinn…

Mengapa kita menghujat?, mengapa kita mencaci? Terutama dalam urusan beragama wabil khusus dalam urusan khilafiyah?. Beberapa waktu yang lalu saya pernah membuat tulisan yang saya unggah di FB, isinya “Ada suatu masa dimana sunnah digadang-gadang dan fardlu terabaikan, sebagaimana firqah (golongan) diutamakan dan ukhuwah (persatuan) diabaikan.” Dalam menuliskan ini perlu waktu berhari-hari bagi saya untuk mentafakuri dimana meletakkan “terabaikan” dan dimana meletakkan “diabaikan”

Kita tidak akan membahas secara detail karena khawatir ilmu saya masih jauh dari cukup untuk membahasnya, saya hanya akan mencoba menghadirkan contoh-contoh saja dan semoga saudara dan sahabat dapat menyimpulkannya.

Ada kisah tentang Dzul Khuwaisirah At Tamimi An Najdi yang pernah memprotes Rasulullah saw soal keadilan saat pembagian hasil rampasan perang. Protes ini membangkitkan kemarahan sahabat yg kemudian ditenangkan oleh Rasulullah sambil berkata : biarkan dia! Sesungguhnya dia memiliki pengikut yang sholat kalian terasa remeh dibandingkan sholatnya, puasa kalian terasa remeh dibandingkan dengan puasanya, mereka terlepas dari agama sebagaimana anak panah yang terlepas dari busurnya……” HR. Muslim, (2/743 dan 744).

Kisah satunya tentang orang yang sama, dimana sahabat Khalid bin Walid ra bertanya tentang dia kepada Rasulullah : ““Wahai Rasulullah, orang ini memiliki semua bekas dari ibadah-ibadah sunnahnya: matanya merah karena banyak menangis, wajahnya memiliki dua garis di atas pipinya bekas airmata yang selalu mengalir, kakinya bengkak karena lama berdiri sepanjang malam (tahajjud) dan janggut mereka pun lebat”.

Rasulullah saw menjawab : “camkan makna ayat ini : “qul in’kuntum tuhib’būnallāh fattabi’unī… “ (QS Ali Imran : 31) – Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. karena Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Khalid bin Walid ra bertanya, “Bagaimana caranya ya Rasulullah ? ”.
Nabi shallallahu alaihi wasallam menjawab, “Jadilah orang yang ramah seperti aku, bersikaplah penuh kasih, cintai orang-orang miskin dan papa, bersikaplah lemah-lembut, penuh perhatian dan cintai saudara-saudaramu dan jadilah pelindung bagi mereka.” (Shahih Muslim, Jilid. 17, No.171).

Ada lagi kisah tentang Abdurrahman ibn Muljam yang saat dikirim mengajarkan Alquran di Mesir membawa surat Kalifah yg isinya “Yang membawa surat ini adalah Abdurrahman ibn Muljam, seorang hafidz  dan salah satu sahabat yang terbaik dalam soal Alquran”. Beberapa tahun kemudian, orang inilah yang membunuh Sayyidina Ali bin Abithalib sambil melantunkan ayat Alquran.

Apa yang kita dapat:

1.       Ada orang yang merasa dirinya sangat benar dalam beragama (sehingga orang lain pasti salah) padahal saat itu Rasulullah saw masih hidup, coba bayangkan, sampai Rasulullah saw menyatakan : “pengikut orang itu akan menganggap sholat dan puasa kalian remeh dibanding sholat dan puasanya”. Dimasa Rasulullah saw saja orang seperti ini ada, bagaimana dimasa sekarang? Tentu banyak…

2.       Ada orang yang tampilan fisiknya luar biasa. Bayangkan mata merah karena banyak menangis, ada 2 gurat di pipi bekas air mata dan kaki bengkak karena banyak berdiri sholat. Ini adalah orang yang sama dengan orang nomor satu diatas. Banyakkah saat ini? kalo cuma mata merah dan berjanggut saya rasa banyak, tapi yg sampai bergurat pipi dan kaki bengkak mungkin jarang.

3.       Ada orang yang tampilan ilmunya luar biasa. Bayangkan bila orang ini dikenal sebagai Hafidz (penghapal) Alquran terbaik bahkan termasuk salah seorang yang dikategorikan “sahabat” Rasulullah saw. Banyakkah dimasa ini?, kalau hafidz cukup banyak saya rasa.

 Lalu apa hubungannya?

Rasulullah saw telah membuat garis tegas untuk urusan agama ini, bila kalian cinta Allah Ta’ala maka fatabi’uni (ikutlah aku) dalam hadits lain Rasulullah saw berkata bila kalian tidak mengikuti aku maka Laisa minni (bukan umatku). Kemudian bagaimana caranyapun Rasulullah saw telah membuat acuan yaitu : “Jadilah orang yang ramah seperti aku, bersikaplah penuh kasih, cintai orang-orang miskin dan papa, bersikaplah lemah-lembut, penuh perhatian dan cintai saudara-saudaramu dan jadilah pelindung bagi mereka.” (Shahih Muslim, Jilid. 17, No.171).

Orang-orang seperti dicontohkan diatas biasanya membentuk golongan (firqah) yang ekslusive, terbiasa menghujat, mencaci bahkan mengkafirkan saudaranya karena mereka merasa diri mereka, ibadah mereka lebih baik dari saudaranya yang lain. Sebagian dari mereka mengeraskan hal-hal yang sunnah sehingga yang wajibpun terabaikan, bayangkan kepatuhan terhadap Rasulullah saw (wajib) dapat mereka abaikan, apalagi kepatuhan terhadap Pemimpin (Sayyidina Ali bin Abithalib ra / Khalifah). Makanya Rasulullah berkata : “mereka terlepas dari agamanya sebagaimana panah lepas dari busurnya”   

Jadi kita telah diberikan contoh-contoh, lalu mana yang mau diikuti terserah dengan kita saja sepanjang tidak bertentangan dengan apa yang disampaikan Rasulullah saw.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass

------- ilalang -------







Wednesday, July 10, 2019

Ampuni kami


Ampuni Kami
(Al Fatihah)

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Bismillahirrahmanirrahim
Namun tetap saja bercokol angkuhnya hati
Merasa hebat sendiri
Merasa keadaan adalah hasil upaya diri
Lupa bahwa Engkau adalah asbabul asbab

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca alhamdulillahirrabbil ‘alamin
Namun tetap saja menghambur puja dan puji
Pada manusia dan bentuk-bentuk ciptaan lainnya
Lupa bahwa hanya padaMu lah selayaknya segala puja puji

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Arrahmaanirrahim
Namun hati kami berselimutkan benci
Yang mencetuskan segala sindiran dan caci maki
Lupa bahwa kasih sayangMu selalu menyirami

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Malikiyaumiddin
Namun tak terlihat pada sikap kami sehari-hari
Tak ingat kami bahwa esok akan mati
Lupa bahwa menghadapMu adalah ujung hari

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Iyyakana’buduwa Iyyakanasyta’in
Namun kenyataan begitu banyak yang menundukkan kami
Begitu banyak pula permintaan tolong pada ciptaanMu
Lupa bahwa hanya Engkau yang patut atas itu semua

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Ihdinashshiratal Mustaqim
Namun selalu saja kami mencari jalan sendiri
Merasa tahu merasa paling benar merasa pintar
Lupa bahwa Shiratal Mustaqim itu ada dalam genggamanMu

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Shiratalladzina an’amta alaihim
Namun bukan jalan yang Engkau beri ni’mat yang kami tempuh
Warna warni dunia menutupi jalan yang Kau tunjukki itu
Lupa bahwa hanya yang Engkau ridhoi yg dapat melihatnya

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Ghairil maghdu bi’alaihim waladldloollin
Namun jalan sesat inilah yang selalu terlihat
Sarat dengan warna warni dunia dan tipuannya
Lupa bahwa inilah lawan kami yang sesungguhnya

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Allahu Akbar
Namun tak nampak sikap kami yang mengakbarkanMu
Yang kami akbarkan justru ciptaan dan bentuk-bentuk dunia
Lupa bahwa dengan Akbar Mu semua tiada

Allahuma Ya Allah
Ampuni kami semua.

------- ilalang -------

Monday, July 8, 2019

Toleransi

Bismillahirrahmanirrahim…

Toleransi

Ada sebuah cerita tentang anak saya yang bersekolah di negeri orang, umurnya saat itu barulah 15 tahun. Berbagai pertanyaan dari sahabat dan kolega mengarah ke saya soal kenapa anak sekecil itu dibiarkan bersekolah jauh dari orang tua. Sulit memang menjawabnya, terlebih dia anak tunggal, akan tetapi nawaitu untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya melandasi hal itu, lalu didasari pula oleh kenyataan bahwa ibadahnya jauh lebih baik dari saya pada saat usia yang sama.

Bersekolah di negeri orang ternyata membuat kita sebagai orang tua harus berfikir extra, awalnya kita survey ke sebuah dormitory dalam rangka mencari tempat tinggal, setelah melihat bahwa dari 600 warganya hanya dia sendiri yang muslim, kami mundur. Setelah mendapat sekolah dan homestay ada lagi masalah, dimana dia akan sholat dan bagaimana dengan sholat jumat? Kedua hal ini sudah menjadi pertanyaan anak saya sejak awal.

Setelah bicara dengan para guru dan mendapat keyakinan bahwa dia akan diizinkan untuk melaksanakan sholat disekolah, barulah kami tenang dan dapat meninggalkannya disana. Begitulah akhirnya dia mulai bersekolah ditempat baru, teman baru, guru baru dan semua baru. Semua baik-baik saja sampai akhirnya dia mengabarkan pada ibunya bahwa setiap jumat dia selalu terlambat masuk kelas siang karena harus sholat jumat dan terburu-buru makan siang. Miris memang, tapi kita tidak mempunyai solusi apapun, kita menganggap itulah resiko yang harus dihadapi, jalani saja.

Tahun kedua bersekolah, kami menyempatkan diri bertemu dengan guru-gurunya, setelah ngobrol panjang lebar soal sekolah akhirnya sampailah pertanyaan tentang ibadah. Cukup mengejutkan jawaban dari wali kelasnya dan saya ragu apakah disini kita akan mendapat perlakuan yang sama, jawaban itu adalah :
1.       Anak saya mempunyai tempat sholat di perpustakaan/library
2.       Jam pelajaran hari jumat diundur satu jam agar anak saya tidak terlambat masuk kedalam kelas.

Luar biasa bukan? Hanya karena satu orang, sekolah mengambil kebijaksanaan untuk memundurkan jam pelajaran. Subhanallah…. Kami sendiri tidak habis fikir, kenapa jadi seperti itu, sungguh Allah Maha Mengetahui.

Suatu hari saat bertelepon dengan ibunya, masa itu sedang ramai demo religi di tanah air dan ibunya bertanya bagaimana tanggapannya (karena ternyata dia mengikuti berita tanah air juga). Sebuah jawaban sederhana meluncur dari mulutnya : “mereka begitu karena tidak pernah merasakan menjadi minoritas bu”. Sebuah jawaban yang menohok dari seorang anak bangsa.

Semoga bermanfaat

------- ilalang -------

Keinginan

Bismillahirrahmanirrahim....
Keinginan
Keinginan, apakah keinginan itu? Keinginan adalah hasrat akan sesuatu, yang dalam perjalanannya akan mendapat dorongan dari nafs.
Keinginan tidaklah selalu tidak baik, seringkali dia berupa suatu hasrat untuk berbuat kebaikan. Disisi ini peran nafs sangatlah penting. Nafs yg tidak terjaga akan membuat keinginan itu bercampur dengan penyakit hati lainnya, sehingga bisa jadi apa yang semula adalah keinginan berbuat baik dengan cepat berubah menjadi ujub, riya, sum'ah atau takabur.
Bagaimana merasakannya? Cukup rasakan gerak-gerik hati, manakala dia meronta-ronta bahkan menutupi akal budi, waspadalah... Nafs sedang berjuang untuk menyesatkan kita. Jadi apabila niat baik saja bisa dengan mudah dibelokkan oleh nafs, apalagi untuk niat yang tidak baik.
Lalu bagaimana menjaganya? Tidaklah cukup ternyata ilmu pengetahuan yang kita miliki untuk mewaspadai gerakan ini, dia teramat halus dan perlahan, sampai terkadang kita sendiri tak menyadari kalau sudah terbuai oleh kelicikannnya.
Para masyaikh menyadarkan kita, tentang mengapa Alquran begitu rupa memerintahkan kita untuk berzikir. Ternyata inilah salah satu fadlilahnya, zikirlah yg dapat menghancurkan gerakan-gerakan nafs yg melenceng tersebut. Zikir membuat kita senantiasa terhubung dengan Dzat Yang Membolak-balikkan hati, sehingga terjaga dari licinnya kesesatan.
Demikian saudara dan sahabatku, semoga bermanfaat. 
Allahu'alam bissawab

------- ilalang -------

Sunday, July 7, 2019

Mengapa kita mengeluh

Bismillahirrahmanirrahim..

Mengapa kita mengeluh

Al Quran juz 29, surah Al Ma’arij, ayat 19-21 :
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا {19}
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا {20}
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا {21}
dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,

Demikianlah gambaran tentang 2 sifat buruk manusia dalam Al-Quran, ayat selanjutnya dalam Surat Al Maarij tersebut membahas tentang bagaimana mengobatinya, antara lain sholat, sadaqah, dll, dll.
Namun yang akan kita bahas saat ini adalah mengapanya dan bukan karena masalah penciptaan, akan tetapi mengapa kita tidak berusaha lari dan menghindar atau melawan sifat buruk tersebut. Hal ini akan berkaitan langsung dengan sholat misalnya, dimana sholat itu sendiri fadlilahnya menjauhkan kita dari dari sifat keji dan munkar (Al Ankabut : 45). Artinya manakala seseorang sholat, tentunya tidak ada lagi yang namanya keluh kesah dan kikir. Kita awam seringkali lupa tentang bahwa sholat yang bagaimana yang membawa fadlilah tersebut?. Karena ternyata sangat jarang saat ini yang mengajarkan kita bagaimana sholat yang benar atau bila dibalik ternyata kita tak pernah peduli tentang sholat yang benar.
Kembali pada keluh kesah, ada unsur syahwat disana, ada nafs yang tidak bisa menerima kenyataan dan bila lebih tajam lagi bisa kita sebut tidak bisa menerima Sunatullah. Kenapa demikian, kenyataan yang berbeda dengan harapan melukai nafs, sehingga melahirkan syahwat pembangkangan yang kemudian dimodifikasi oleh lisan menjadi keluh kesah. Kesan yang dibawa seolah biasa saja, tetapi inilah sesungguhnya pembangkangan yang membungkus nifak, hati-hati. Keluh kesah kemudian dianggap menjadi hal biasa, lumrah saja padahal yang dibungkus adalah ego yang berkibar, ada kalimat : “ya sudah, memang sudah nasib”, itu bila kemasan positif. Kemudian ada : “gak bisa, seharusnya saya yang benar”, itu bila kemasan negative. Sesungguhnya keduanya sama saja, yang dibungkus oleh keluh kesah ini terkadang bukan hanya nifak, bisa jadi takabur atau ujub atau gabungan dari beberapa penyakit hati.
Pada keluh kesah yang extrim bahkan ada orang menyalahkan Tuhan, lalu memangnya dia siapa?, seakan-akan dia lebih tahu dari Allah Ta’ala tentang apa yang seharusnya. Duh, ternyata kita masih harus belajar banyak lagi tentang Allah Ta’ala, sifat-sifatNya dan nama-namaNya.
Allahu’alam bissawab
------- Ilalang -------

Thariq bin Ziyad

THARIQ BIN ZIYAD (Penakluk Andalusia)

Pada bulan Juli 710 M, berangkatlah empat kapal laut yang membawa 500 orang pasukan terbaik umat Islam. Pasukan ini bertugas mempelajari bagaimana medan perang Andalusia, mereka sama sekali tidak melakukan kontak senjata dengan orang-orang Eropa. Setelah persiapan dirasa cukup dan kepastian kabar telah didapatkan, Thariq bin Ziyad membawa serta 7.000 pasukan lainnya melintasi lautan menuju Andalusia.
Mendengar kedatangan kaum muslimin, Roderick yang tengah sibuk menghadapi pemberontak-pemberontak kecil diwilayahnya langsung mengalihkan perhatiannya kepada pasukan kaum muslimin. Ia kembali ke ibu kota Andalusia kala itu, Toledo, untuk mempersiapkan pasukannya menghadang serangan kaum muslimin. Roderick bersama 100.000 pasukan yang dibekali dengan peralatan perang lengkap segera berangkat ke Selatan menyambut kedatangan pasukan Thariq bin Ziyad.
Ketika Thariq bin Ziyad mengetahui bahwa Roderick membawa pasukan yang begitu besar, ia segera menghubungi Musa bin Nushair untuk meminta bantuan. Dikirimlah pasukan tambahan yang jumlahnya hanya 5.000 orang.
Akhirnya pada 28 Ramadhan 92 H bertepatan dengan 18 Juli 711 M, bertemulah dua pasukan yang tidak berimbang ini di Medina Sidonia. Perang yang dahsyat pun berkecamuk selama delapan hari. Kaum muslimin dengan jumlahnya yang kecil tetap bertahan kokoh menghadapi hantaman orang-orang Visigoth pimpinan Roderick. Keimanan dan janji kemenangan atau syahid di jalan Allah telah memantapkan kaki-kaki mereka dan menyirnakan rasa takut dari dada-dada mereka. Di hari kedelapan, Allah pun memenangkan umat Islam atas bangsa Visigoth dan berakhirlah kekuasaan Roderick di tanah Andalusia.
Setelah perang besar yang dikenal dengan Perang Sidonia ini, pasukan muslim dengan mudah menaklukkan sisa-sisa wilayah Andalusia lainnya. Musa bin Nushair bersama Thariq bin Ziyad berhasil membawa pasukannya hingga ke perbatasan di Selatan Andalusia.
Bagi bangsa Eropa, tentu saja kedatangan Islam melalui Thariq bin Ziyad membawa dampak besar terhadap perkembangan peradaban mereka, sebagaimana tergambar pada kemajuan Kota Cordoba. Ini adalah awal kebangkitan modern dan terbitnya matahari yang menerangi kegelapan benua Eropa. Kediktatoran dan hukum rimba berganti dengan norma-norma humanis yang membawa kedamaian.
Jasa-jasa Thariq dan kepahlawanannya diabadikan dengan nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol dengan nama Selat Gibraltar. Gibraltar adalah kata dalam bahasa Spanyol yang diartikan dalam bahasa Arab sebagai Jabal Thariq atau dalam bahasa Indonesia Bukit Thariq.
(dari berbagai sumber)

Allahu'alam bissawab

------- ilalang -------

Saladin (Salahuddin Al Ayyubi)

Salahuddin Al-Ayyubi (Saladin)
Lahir dengan nama Yusuf bin Najmuddin al-Ayyub al-Kurdi adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Lahir pada tahun 1138 di Tikrit, Irak. Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr.
Masa kecilnya bertubuh kurus dan sakit-sakitan sehingga ayahnya pesimis dengan masa depannya, sampai ada teman dari ayahnya berkata : “janganlah berkecil hati dengan anakmu, tiada yang tahu kalau besar nanti dia akan menjadi orang hebat”.
Dibesarkan di Mosul bersama keluarga Penguasa Imaduddin Az-Zanki dan dekat dengan pamannya seorang panglima bernama Assaduddin Syirkuh membentuk jiwa ksatria pada Salahuddin, sampai akhirnya diangkat menjadi Wazir (Menteri) yang memerintah di Mesir. Gebrakannya dalam memerintah terutama dunia pendidikan sangat luar biasa, masa ini dikenang sebagai masa menjamurnya madrasah-madrasah di Mesir sampai berdirinya Universitas Al-Azhar yang terkenal.
Ia lebih dikenal dengan nama julukannya yaitu, Salahuddin Ayyubi/Saladin/Salah ad-Din (Bahasa Arab: صلاح الدين الأيوبي, Kurdi: صلاح الدین ایوبی). Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Ia memberikan catatan kecil dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud.
Saat panggilan untuk membebaskan Palestina bergaung dikepalanya, berangkatlah Salahuddin bersama pasukannya yang hanya berjumlah 10.000 orang dari Mesir menuju Palestina dengan melalui Damaskus (disana Salahuddin dikukuhkan menjadi Sultan). Sepanjang perjalanan, Salahuddin mengetuk setiap pintu rumah yang dilewati dan bertanya : “apakah disini ada anak lelaki yang sudah cukup umur?”, bila dijawab “ada”, maka Salahuddin akan berkata : “Bila Ibu ingin anakmu masuk surga, izinkan dia ikut bersamaku”. Demikianlah, pasukan itu terus bertambah sampai 20.000 orang dan saat tiba dilembah Hathin (Hittin) pasukan tersebut telah mencapai 63.000 orang.
Perang Hathin (Hittin) berlangsung berbulan-bulan dan secara elegan Pasukan Salahuddin berhasil memasuki kota Palestina dan membebaskannya dari Pasukan Salib (cerita ini telah diangkat ke layar lebar dengan judul “Kingdom of Heaven”).
Salahuddin membebaskan sisa pasukan salib untuk keluar dari Palestina dipimpin oleh Balian Baron of Ibelin dan dikawal sampai ke pelabuhan dengan aman dan damai. Hal ini mengherankan Balian karena saat pasukan salib berhasil memasuki palestina 88 tahun sebelumnya, banjir darah bagaikan anak sungai mengalir disana yang merupakan darah Muslim dan Yahudi. Sebuah percakapan terekam dalam sejarah saat Balian bertanya : “mengapa engkau membebaskan kami, sementara saat pasukan salib memasuki Palestina semua orang Islam dan Yahudi dibunuh?”. Salahudin tersenyum dan menjawab : “karena aku Salahuddin”.
Pada suatu ketika Richard The Lion Heart yang mencoba merebut kembali Palestina memutuskan untuk memimpin sendiri perang terhadap pasukan Muslim. Kala itu ia memimpin kavaleri tombak, pasukan berkuda elit pasukan Salib. Menghadapi pasukan Muslim Richard benar-benar sangat maksimal, hingga akhirnya nampak sekali jika ia kelelahan. Bahkan kudanya sendiri seperti sudah tidak bisa dipaksa untuk bermanuver. Hal ini pun kemudian diketahui oleh Salahuddin. Alih-alih membunuh si Raja Inggris, Salahuddin justru menyuruh pasukan berkudanya untuk menyerahkan dua ekor kuda yang masih segar kepada Richard. Sang pemimpin pasukan salib ini pun kagum bukan main dengan sikap ksatria Salahuddin.
Saat Raja Richard sakit parah percaya tidak percaya, Salahuddin justru mengirimkan dokter terbaik untuk menyembuhkan Richard. Raja Inggris yang saat itu memang butuh sekali pengobatan merasa kagum luar biasa dengan itikad baik Salahuddin ini. Tak hanya dokter, menurut beberapa riwayat Salahuddin juga membawakan buah dan juga es untuk membantu menyembuhkan sang raja. Begitulah kira-kira sepenggal cerita persahabatan dalam permusuhan yang terjalin dalam Perang Salib.
Sampai suatu hari seorang utusan dari Damaskus datang menghadap kepada Khalifah Abbasiyah di Baghdad, saat diterima Khalifah dia menyampaikan bahwa Sang Panglima Besar Sultan Salahuddin Al Ayyubi telah berpulang pada tanggal 4 Maret 1193. Sesuai wasiatnya utusan tersebut menyampaikan bahwa Sultan tidak meninggalkan warisan apapun kecuali 3 barang yang harus diserahkan kepada Khalifah, yaitu : sebatang Pedang, sebuah pelana kuda dan satu kotak kecil. Ketika Khalifah membuka kotak tersebut ternyata isinya adalah uang 1 dinar 47 dirham. Subhanallah…. berlinang airmata Khalifah, seorang Sultan dan Panglima Besar yang menguasai separuh benua Asia dan separuh benua Afrika ternyata tidak memiliki apa-apa sebagai warisannya.
Salah satu wasiatnya kepada putra2nya adalah : “berlaku ariflah kalian kepada manusia, karena Allah itu Maha Pengampun dan ampunannya bergantung pada manusia yang kau sakiti”.
Selamat jalan Panglima, engkau yang dikagumi kawan dan dihormati lawan, contoh perjuangan dengan akhlak yang luar biasa menjadi suri tauladan bagi kami semua. Yaa Rabbana … sucikan ruhnya, keluarga dan keturunannya… aamiinn…
Salahuddin Al Ayyubi menambah daftar Panglima Perang Islam bukan Arab setelah Musanna bin Harisah dari Bahrain dan Thariq bin Diyat dari Aljazair. 700 tahun setelah kematiannya Kaisar Jerman mengirimkan batu granit sebagai sarkofagus untuk memperindah makam Salahuddin, tapi sarkofagus tersebut akhirnya hanya diletakkan diluar makam karena wasiat Salahuddin yang tidak memperkenankan apapun menyentuh tubuhnya setelah kematiannya.
Allahu’alam bissawab
------- ilalang -------

Monday, January 21, 2019

Yang Pertama (the first)


Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim

Yang Pertama

Saudara dan sahabat, semoga Allah Ta’ala senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah, inayah serta kasih sayangNya pada kita semua, aamiinn…

Pernahkah kita berfikir tentang apa yang kita khawatiri dalam hidup ini, kemiskinan? Popularitas? Atau lainnya? Pernahkah kita membayangkan, terutama setelah berada di usia senja, bahwa ternyata semua yang berbau keduniawian itu tidaklah terlalu mengkhawatirkan, toh kita semua melaluinya dengan cara masing-masing dan ternyata kita baik-baik saja.

Sudah sangat sering saudara dan sahabat mengingatkan bahwa dunia ini hanya sementara, sudah cukup banyakkah bekal kita untuk beranjangsana ke tempat abadi kita? Tentunya kita termasuk orang yang beruntung karena banyak yang mengingatkan tentang Akhirat Resort tersebut.

Sampai suatu hari saya merenung, benarkah semua amalan baik tersebut dapat membantu kita, apakah cukup dengan berbuat baik saja maka kita akan termasuk orang yang selamat?.

Hasil yang didapat dari merenung tersebut ternyata berupa “key point” tentang semua yang pertama, sebelum melangkah ke stage selanjutnya. Mari kita coba untuk mengulasnya sebagai berikut;

1.       Yang Pertama Dilihat.
Sebagaimana Hadits Rasulullah saw :
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى( أَجْسَادِكُمْ وَ لاَ إِلَى ) صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ (إِنَّمَا) يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ ( وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ) وَ أَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa dan harta kalian. Akan tetapi sesunguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati kalian (Nabi Shalalllahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke dadanya) dan dia melihat pula kepada amal kalian.
Dalam Hadits yang lain Rasulullah saw menyatakan bahwa pada tubuh kita ada segumpal daging, bila ia baik maka baiklah semuanya, bila ia buruk maka buruklah semuanya, dia adalah hati (qalbu).
Terang benderang bagi kita akan tetapi ghaib bagi orang lain, hanya kita yang tahu bagaimana kondisi qalbu ini, ikhlas kah?, iri kah?, tawaddu kah?, ujub kah?, dll, dll. Kuncinya adalah bila ternyata dia buruk maka tidak ada amalan yang dapat kita harapkan dapat membantu kita nanti. Bagaimana menjaga agar dia tetap terjaga kebaikannya, konon hanya zikirlah  yang dapat menjadi stabilizernya.
2.       Yang Pertama Ditanya.
Pertanyaan pertama yang akan disampaikan saat kita di alam kubur adalah “Man Rabbuka” atau “Siapa Tuhanmu”. Saat itu mulut sudah bebas tugas, dia tidak lagi menjadi juru bicara, semua anggota tubuh kita akan menjawab pertanyaan tersebut. Sampai disini dapat kita bayangkan apa yang akan dijawab oleh kaki bila jarang ke masjid atau ke pengajian, apa yang dijawab oleh tangan bila sehari-hari mengetik berita bohong, apa yang akan dijawab oleh kepala bila yang difikirkan selalu saja diri sendiri, demikianlah bilamana dalam keseharian kita tidak menyertakan Allah Ta’ala dalam setiap kegiatan/aktifitas kita, maka kita sangat layak untuk khawatir. Gagal pada pertanyaan pertama ini menggugurkan pertanyaan selanjutnya, karena bukan pertanyaan kedua yang akan diterima melainkan azab kubur sampai kiamat tiba.

3.       Yang pertama Ditimbang.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”
Ini adalah hal terkadang kita sepelekan saat hidup didunia, ternyata sholat adalah penentu dari diterima atau tidaknya amal shalih kita semasa didunia. Tentunya yang dimaksud “baik shalatnya” tersebut bukan hanya sekedar sholat, tentunya kita harusnya khawatir apakah sholat kita sudah baik? Tentunya kita harusnya khawatir apakah sholat kita sudah benar? Bukankah ia jadi penentu tentang diarahkan kemana kita nantinya?

Demikian saudara dan sahabatku tercinta semoga bermanfaat bagi kita semua dan mari kita khawatiri 3 hal “Yang Pertama” tersebut.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT 


Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...