Sunday, May 7, 2017

Attila The Hun

Attila the Hun

Roma hancur lebur ditangan Visigoth yang dikomandoi Alaric, Imperium ini kemudian memindahkan Ibukotanya ke Rovenna di Utara sementara Alaric dan pasukannya pun meninggalkan Roma menuju kearah Barat dan mendirikan pemukiman disana.

Pada saat yang sama terjadi perubahan kepemimpinan pada bangsa Hun, wafatnya sang kaisar dimanfaatkan oleh Atilla yang didukung penuh oleh kakaknya Bleda  membunuh Putra Mahkota yang masih remaja dan menyatakan Attila adalah kaisar Hun sejak saat itu.

Bangsa Hun adalah bangsa pengembara dengan kehidupan yang keras, mereka berasal dari bangsa Proto-Tiongkok dan Proto Turki dan Attila adalah pemimpin mereka yang merupakan mimpi buruk bagi Eropa saat itu. Kekejaman Attila belum pernah terlampaui dalam sejarah manusia hingga saat ini, dia tak segan membantai orang tua, perempuan bahkan bayi sekalipun dalam penaklukannya.

Attila bermimpi untuk menguasai Eropa, kecerdasan dan ketangkasan prajuritnya mendukung mimpi tersebut dan sebagai orang yang sangat percaya dengan takhyul  Attila menyebut dirinya sebagai “cambuk Tuhan”.  Pasukannya Attila bergerak menuju selatan, tujuannya adalah Konstantinopel tempat bertahtanya Raja Theodosius II Kaisar Romawi Timur, sepanjang perjalannya lebih dari 80 kota porak poranda, tak terhitung nyawa penduduk yang hilang dalam pembantaian yang mengerikan oleh Attila dan pasukannya. Theodosius tak berani mengambil resiko, dia menawarkan perdamaian pada Attila dan dengan berat harus menyanggupi upeti 2.400 ton emas pertahun yang diminta Attila. Selesai kesepakatan, Attila dan 100.000 pasukannya bergerak, tujuannya Romawi Barat dimana bertahta Kaisar Valentinian yang menjadi pusat kekuatan Imperium Romawi, ambisi ini ditentang oleh kakaknya Bleda yang berujung kematian Bleda ditangan Attila.

Imperium Romawi Barat dalam keadaan terjepit, di Selatan Kaum Vandal yang dipimpin mantan panglimanya Geiseric sudah bersiap-siap untuk menyerang, dari Timur Attila dan 100.000 pasukannya sedang bergerak mendekati sementara di Barat Visigoth merupakan ancaman yang serius karena pernah menghancur leburkan Roma pada tahun 410 M.

Atas usul Flavius Aetius Panglima Besar Romawi, direncanakanlah suatu penawaran pada Visigoth untuk bergabung menghadapi Attila. Visigoth sendiri sudah tidak mempunyai pilihan karena setelah menaklukkan Romawi Barat dipastikan pasukan Attila akan menghancurkan mereka. Akhirnya kesepakatan tercapai, Aetius dan Thedoric memimpin 80.000 pasukan gabungan Romawi dan Visigoth berangkat menuju Catalonia untuk menghadang pasukan Attila, peristiwa ini terjadi tahun 451 M.

Perang besar terjadi selama 12 jam tanpa henti, 40.000 pasukan gabungan gugur bersama dengan Theodoric, tetapi Attila kehilangan lebih dari 50.000 pasukannya yang terbang bersama dengan semangat dan ambisinya. Keesokannya Atiila dan pasukannya mundur dari pertempuran, kekalahan tersebut menyadarkan sisa pasukan bahwa Attila bukanlah “cambuk Tuhan” dan satu persatu mereka melepaskan diri. Attila bersama sisa pasukannya terus mengembara di Eropa Barat sampai akhirnya tewas secara mendadak ditanah Perancis pada tahun 453 M.

Kemenangan besar ini harus dibayar mahal. Kaisar Valentinian yang khawatir atas popularitas Aetius segera membunuhnya namun segera dibalas oleh pendukung setia Aetius dengan membunuh sang Kaisar. Peristiwa ini adalah awal dari kehancuran total Imperium Romawi dan bangkitnya suku-suku barbarian di Eropa seperti, Vandal, Visigoth, Jermanik, Ostrogoth, Burgundi, Saxon, Frank, Norman  dan lain-lain yang selama ini berada dalam penindasan Romawi. Era inilah yang menjadi titik balik suku-suku Barbar di Eropa tersebut memulai peradaban baru sebagaimana peradaban Romawi yang selama ini menindasnya.

Allahua’lam bissawab
ACT


Thursday, May 4, 2017

Kaifa Antum...?

Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim

Happy Sayyidul Aayyaam

Dihari Jumat yang mulia ini, dalam suasana  politik yang disharmony di Ibukota, dalam suasana alam yang tampak "geram" dengan mendung dan hujan yang menggila, dalam aroma dakwah yang menyelingkuhi tujuannya, dimana asa dan putus asa sambung menyambung dan berbaur tanpa belas kasihan menyambar jiwa-jiwa yang fana. Saya coba mengangkat kembali tulisan di Facebook 19 Oktober 2011, semoga bermanfaat bagi kita semua.. aammiinn.

Kaifa Antum

Suatu hari dalam majelis Baginda Saw, dimana berkumpul para sahabat yg disinari cahaya Ilahiah, tiba2 Baginda berkata :"kaifa Antum/bagaimana kalian", serempak majelis terdiam, seorang sahabat bertanya : "apa maksudnya Yaa Rasulullah". Baginda Saw menjawab : "akan datang suatu masa dimana para istri tidak taat pada suaminya bahkan tidak lagi taat pada Allah ta'ala dan para pemudanya membuat kerusakan dimana-mana", 

Dalam masa dimana keimanan sedang mekar2nya tentunya pernyataan ini membingungkan sahabat sehingga mereka bertanya :"alaka inun dzaalika Yaa Rasulullah/akankah hal itu terjadi Ya Rasulullah", dijawab : "asyadu/lebih dahsyat lagi", "akan datang suatu masa dimana umat tak lagi menganjurkan yg ma'ruf dan melarang yg munkar", kembali sahabat terbengong dan bertanya : "alaka inun dzaalika Yaa Rasululullah", dijawab : "asyadu, nanti umat sudah tak perduli lagi dengan amar ma'ruf dan nahi munkar" kembali sahabat bertanya : "alaka inun dzaalika Yaa Rasulullah", dijawab kembali : "asyadu", nanti umat akan dipaksa meninggalkan yang ma'ruf dan melakukan yang munkar", kemudian para sahabat bertanya : "lalu apa yg harus kami lakukan Yaa Rasulullah". 

Baginda kemudian membaca Surat Ali Imran ayat 104 yang terjemahnya "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" dan janganlah pernah bosan melakukannya... allahua'lam bissawab

Barakallahu li walakum
Wassalamualaikum wr wb
ACT

Friday, March 31, 2017

Inside The Human Body (in other perspective)

Assalamualaikum wr wb…

Happy Sayyidul Aayyaam

Long time no see, Alhamdulillah…… setelah sekian lama tidak menulis, insya Allah hari ini saya coba untuk menuliskan diskusi dalam kepala yang telah berlangsung beberapa hari ini. Allahuma Shalli alaa Sayyidina Muhammad wa alaa ali Sayyidina Muhammad. Amma ba’du..

Inside The Human Body (in other perspective)

Beberapa bulan lalu kita telah membahas mengenai sebab musabab penciptaan manusia dan hal ikhwal maksud serta tujuan penciptaan tersebut secara sederhana dalam judul “Quo Vadis”.  Tulisan dibawah ini mencoba untuk mengupas manusia dari perspektif yang berbeda dari yang selama ini kita kenal karena mencoba mengungkap bahasa  tasawuf dalam bobot yang ringan.

Sehubungan dengan debat dalam kepala saya yang telah berlangsung dalam beberapa hari ini, maka saya akan coba berbagi sebelum hilang ditelan masa. Semoga bermanfaat.

Tubuh manusia terdiri dari bagian yang kasat mata dan tidak kasat mata yang boleh juga kita bagi menjadi Visual dan Spriritual. Bila boleh kita bagi lagi maka visual atau Human Body akan terdiri dari jasad dan qalbu, kenapa dibedakan? Bukankah qalbu juga termasuk jasad?. Jawabnya  karena qalbu adalah sebongkah daging sebagaimana dinyatakan dalam hadist Sesungguhnya dalam tubuh anak Adam itu ada sebungkah daging bila baik ia niscaya baiklah seluruh anggotanya dan bila jahat ia niscaya jahatlah seluruh anggotanya. Ketahuilah itu adalah Qalbu.” (Bukhari & Muslim) akan tetapi ilmu pengetahuan manusia belum bisa menentukan dimana daging itu sesungguhnya. Para masyaikh memberikan arahan bahwa letaknya 2 jari dibawah puting dada kiri.

Mengenai jasad sudah kita pelajari sejak dari Sekolah Dasar dan semua saya yakin sudah khatam, yang akan kita bahas sekarang adalah qalbu. Sebagai bagian dari jasad walau belum ditemukan maka qalbu hendaknya adalah sebuah wadah, semacam Motherboard pada komputer yang didalamnya terpasang berbagai macam peralatan dan purwarupa untuk menjalankan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan. Apa saja yang sudah terpasang pada qalbu? Untuk itu kita coba membedah ilmu para mutasowwif yang memang dikenal dekat dengan pengetahuan tentang ini.

Ada 4 hal dasar dalam tasawuf yang harus diajak berdamai/berteman, masing-masing adalah Qalbu, Ruh, Akal dan Nafs oleh karena masing-masing mendapatkan pelatihan atau maintenance yang dinamakan “latifa” berupa zikir yang ditujukan untuk menservice peralatan tersebut.

Qalbu, kalau sepakat maka tadi kita sudah setuju bahwa peralatan ini berbentuk nyata hanya saja belum ditemukan, berfungsi sebagai motherboard atau pusat segala aktifitas manusia, sehingga bilamana terjadi error didalamnya otomatis manusianya juga akan error.

Ruh, Akan ditanya akan engkau hai Muhammad tentang ruh; Katakan olehmu Ruh itu adalah daripada urusanTuhanku.”(Al-Isra’ : 85) sehubungan dengan ayat ini, jelas bahwa kita tidak diberi kemampuan untuk menjelaskan masalah ini, akan tetapi bila dianalogikan dengan komputer maka ini adalah batere CMOS pada motherboard yang menjaga aplikasi jam dan lain-lain tetap hidup walaupun power computer sudah dimatikan.

Nafs, adalah perangkat yang berhubungan dengan semangat (passion) sangat rentan dan rapuh sehingga harus dirawat sedemikian rupa, kebanyakan kita mengenal nafs dalam bentuk nafsu dengan konotasi negative, padahal sesungguhnya tidaklah demikian, nafs akan tergantung pada program atau aplikasi yang terpasang sehingga dia bisa sangat baik dan bisa pula sangat jahat, analogy pada computer adalah booster.

Aqli, atau akal adalah perangkat purwarupa dengan kecanggihan yang luar biasa, bertindak sebagai O/S atau operating system yang memerintahkan otak dan seluruh syaraf motorik manusia, namanya juga dipakai umum untuk menjelaskan prosessing yang ada dalam otak manusia, memiliki sensor yang tak terhingga dan mampu mencerna serta memproses segala yang terjadi disekitarnya sekaligus mampu merespon dalam hitungan yang lebih cepat dari cahaya. Otak manusia hanyalah salah satu alat proses yang berada dalam kendali akal.

Kita telah mendefinisikan qalbu serta bagian-bagiannya, ketidakmampuan ilmu pengetahuan manusia saat ini untuk menemukan qalbu secara fisik membuat semuanya menjadi “gaib”. Qalbu adalah milik Allah ta’ala, oleh karenanya kita selalu berdoa agar qalbu tidak dicondongkan pada kesesatan setelah mendapatkan petunjukNya (Rabbana latudzigh qulub anna ba'daits hadaitanna), kemampuan yang diberikan pada kita hanya merawat, melatih dan memeliharanya dengan baik. Karena dia milik Allah ta’ala dan bukan milik kita, bagaimana mungkin kita mampu memanage-nya.

Selanjutnya kita akan membahas mengenai aplikasi dasar yang sudah di install atau terpasang pada qalbu sebagai aplikasi/program dasarnya. Baginda Rasulullah saw pernah menerangkan (mohon maaf saya lupa hadistnya) bahwa setiap lahir anak adam maka Allah ta’ala memberikan 4 anugerah kepada manusia yang disebut arba'a jawahid yaitu;

1. Aqli atau Akal (nama aplikasinya sama dengan alatnya)
2. Addien atau Agama
3. Haya atau Rasa Malu
4. Amal Saleh

Ke empat Anugerah itu akan rusak bahkan hilang sama sekali akibat dari 4 hal pula;

1. Marah, dapat merusak Akal
2, Hasud, dapat merusak Agama
3. Tamak, dapat merusak Malu
4. Bodoh, dapat merusak Amal Saleh

Empat aplikasi pertama sudah otomatis ter install sejak manusia lahir, dalam perjalanan hidupnya sang  manusia akan melakukan pemasangan/install berbagai macam aplikasi dan program yang diantaranya ternyata merupakan virus/Trojan yang dapat merusak bahkan menghancurkan aplikasi dasarnya.
Analogi diatas tidak bermaksud untuk menyamakan ciptaan Allah Ta’ala yang Maha Sempurna dengan ciptaan manusia, semata-mata hanya sebagai sarana mempermudah pemahaman saja.
Rasanya sudah terlalu panjang, sebelum pembaca menjadi bosan akhirul kalam, Allahu’alam bissawab.
Barakallahuli walakum……Wassalamualaikum wr wb

ACT

Friday, February 10, 2017

Alaric the Visigoth

Assalamualaikum wr wb

Kisah dibawah ini hanyalah dongeng belaka, bila ada kesamaan nama dan tempat itu hanyalah kebetulan saja. Dibuat sebagai penyegar bagi yang sedang sibuk urusan pilkada dan ojk. please enjoy it.

Alarik dari Visigoth

Lelaki itu berbadan tegap, rambutnya panjang melintasi bahu, berjubah panjang yang menandakan dia bukan orang sembarangan tetapi lusuh dan penuh bercak darah, matanya tajam tapi nanar seolah tak punya tujuan.
Dia Alarik, pemimpin Visigoth yang berkelana di Eropa Selatan menumpas setiap pemberontak yang berani melawan Romawi. Kesepakatan pendahulunya yang berdamai dengan Romawi memaksanya melakukan perjalanan panjang ini karena Romawi berjanji untuk memberikan tanah bagi mereka Visigoth bila membantu Romawi menumpas para pemberontak.
Saat itu (395 M) Romawi telah terbagi dua, Arcadius memerintah di Romawi Timur sementara Honorius di Romawi Barat yang memilki perjanjian dengan Visigoth. Telah sepuluh tahun lebih perjalanan Alarik bersama pasukannya. Pasukan yang semula berjumlah 20.000 orang kini tersisa 10.000 orang saja. Tujuannya saat ini adalah Roma untuk menagih janji pada Honorius Kaisar Romawi tentang wilayah yang akan diberikan pada Visigoth.

410 M, pasukan ini tiba di Roma dan menemukan bahwa tembok Roma tertutup rapat. Alarik mencoba untuk bertemu dengan Kaisar akan tetapi yang diterimanya dari wakil Romawi hanyalah hinaan dan cacian yang sangat merendahkan kaumnya. Melihat pasukannya yang berada dalam kondisi sangat kelelahan setelah perjalanan jauh, Alarik mundur dan berunding dengan para sahabatnya mengenai apa yang harus dilakukan. Akhirnya mereka memutuskan sebuah tipu daya yang mirip dengan kisah “kuda troya Yunani”, dimana 2 pedati penuh dengan ksatria Visigoth minta izin memasuki gerbang dengan alasan isi pedati adalah penderita kusta. Penjaga gerbang Roma segera membukakan pintu tanpa berani memeriksa isinya. Hari itu 24 Agustus 410 M menjadi hari pembantaian, begitu masuk gerbang Roma pasukan didalam pedati berhamburan keluar dan mengamuk membabi buta serta membukakan gerbang agar teman-temannya diluar dapat masuk. Roma hancur lebur, darah mengucur dimana-mana, jatuhnya Roma membuat Kekaisaran Romawi Barat akhirnya pindah ke Rovenna. Pasukan Visigoth tidak tinggal di Roma setelah menaklukkannya, mereka keluar menuju arah barat (sekarang antara Portugal dan Spanyol) dan mendirikan pemukiman disana. Alarik berpulang 2 tahun setelah penaklukan Roma.

semoga terhibur.

Wass

ACT

Thursday, January 26, 2017

Rise and Fall of Srivijaya Empire

Assalamualaikum wr wb

Awal Kisah

Kisah ini dimulai akibat perang tak berkesudahan di tanah India antara pemeluk agama Hindu di Selatan dan pemeluk agama Budha di Utara. Dimulai sejak 500 tahun Sebelum Masehi (500 BC) dan berlangsung selama 1 abad sampai dengan 500 M dengan ratusan kerajaan besar dan kecil sebagai pihak yang berperang dengan menang dan kalah silih berganti.

Perang Besar-besaran (Maha Bharata) ini berlangsung dengan konsekwensi bahwa setiap Kerajaan yang kalah akan terusir dari wilayahnya sampai mereka dapat menghimpun kekuatan untuk merebut kembali wilayahnya. Pada kenyataannya beberapa kerajaan yang kalah tidak semuanya kembali untuk merebut kerajaannya, sebagian pergi berlayar jauh dengan harapan menemukan wilayah baru dimana mereka dapat hidup dengan tenang dan jauh dari hiruk pikuknya peperangan.

Diperkirakan pada tahun 130 M, salah satu rombongan pelarian ini mendarat di daerah Labuan, Banten. Mereka adalah Wangsa (Keluarga/Dinasti) Warman yang berasal dari Pallawa, Bharata, India yang beragama Hindu. Pemimpinnya Warmandewa menikah dengan putri dari Aki Tirem Penguasa setempat yang bernama Pohaci Larasati, ketika Aki Tirem wafat, Warmandewa mendirikan Kerajaan Salakanagara dengan Ibukota Rajatapura di daerah Pandeglang sekarang.

Terdapat beberapa rombongan lain yang memasuki wilayah Nusantara ini pada kurun waktu sampai tahun 500 tersebut, ada Sang Mitrongga (Wangsa Sungga) Dari Magada, India yang mendarat di Kalimantan kemudian mendirikan Kerjaan Kutai, Maharesi Sentanu (Wangsa Mauli) dari Bharata, India mendarat di Pantai Utara Jawa dan mendirikan Kerajaan Indrapahasta, Di Salakanagara sendiri  datang lagi rombongan baru Maharesi Jayasinghawarman dari Calankayana, India yang kemudian menjadi menantu Raja Terakhir Salakanagara Dewawarman VIII, wafatnya Dewawarman VIII mengakhiri masa Salakanagara karena Maharesi Jayasinghawarman kemudian mendirikan Kerajaan Tarumanagara. Sementara itu didaerah Palembang telah berdiri Kerajaan Melayu Sribuja dan di Jawa Timur  berdiri pula Kerajaan Kalingga yang menantunya berasal dari Kerajaan Melayu Sribuja.

Awal Cerita Sriwijaya

Gelombang pelarian wangsa-wangsa Hindu ini telah mendirikan kerajaan-kerajaan baru di Pulau Jawa dan Kalimantan, bagaimana dengan pelarian yang beragama Budha?. Ternyata pada sekitar tahun 500 telah tiba pula di Pulau Sumatra rombongan besar pendatang beragama Budha, tidak ada keterangan sejarah yang jelas mengenai asal usulnya, keterangan pertama datang dari catatan It’sing Pendeta dari China yang pada tahun 671 berkunjung ke Sriwijaya (diperkirakan saat itu posisinya berada di Muara Jambi) sebelum meneruskan perjalanannya ke India. Kemudian Prasasti Kedukan Bukit yang dibuat tahun 682 yang menceritakan tentang  perayaan  kemenangan Sriwijaya (mengalahkan Kerajaan Melayu Sribuja) dengan Rajanya Dapunta Hyang Sri Jayanasa di Ibukota Minanga Tanwan. Cerita Rakyat menyatakan bahwa Dapunta Hyang memerintahkan saudaranya Dapunta Syailendra (perkiraan ini disandarkan pada fakta bahwa hanya 2 orang ini yang bergelar “Dapunta” dalam sejarah Nusantara) untuk melakukan  ekspedisi ke selatan mencari tempat untuk mendirikan Pusat Peribadatan Budha. Bergeraklah Dapunta Syailendra beserta pasukannya menyusur ke selatan, menaklukan Kerajaan Tarumanagara, lalu meneruskan perjalanan sampai ke Jawa Timur.

Sebuah naskah Sunda Kuno  (Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawadwipa) menyebutkan bahwa adik perempuan dari Purnawarman (Tarumanagara) menjadi istri dari Raja Swarnabhumi yang menurunkan Sri Jayanasa – Kerajaan Swarnabhumi ini kemungkinan besar berada di Muara Jambi, kelak Putra Mahkotanya yang bernama Sri Jayanasa mengalahkan Kerajaan Melayu Sribuja dan mendirikan Sriwijaya dan berpusat di Palembang-. Catatan ini menguak misteri tentang asal muasal Sri Jayanasa dan menarik garis merah tentang Raja-raja Sriwijaya Muda (Melayu/Dharmasraya) yang menggunakan nama Warman dibelakang namanya selain Mauli sebagai wangsanya.

Masih ada teka-teki yang harus dipecahkan, yaitu sejarah yang menyatakan Ratu Shima adalah anak Dapunta Syailendra dan Ratu Shima lahir di daerah Musi Banyu Asin (Palembang), sementara Ratu Shima beragama Hindu dan Dapunta Syailendra beragama Budha.

Kemungkinan paling masuk akal dari cerita diatas yang pasti merubah sejarah adalah; Syailendra merupakan keturunan Maharesi Sentanu Raja Indrapahasta, pindah ke Palembang dan mendirikan Kerajaan Melayu Sabuga yang ditaklukkan Sri Jayanasa tahun 682 M sementara adiknya di peristeri oleh Raja Kalingga, Syailendra kemudian diangkat saudara oleh Dapunta Sri Jayanasa dan menganut agama Budha dengan gelar Dapunta Syailendra, selanjutnya diperintahkan melakukan ekspedisi bersama pasukan Sriwijaya ke tanah Jawa dengan membawa anaknya Shima dengan tujuan ke Kerajaan adiknya Kalingga di Jawa Timur.

Bila hipotesa diatas benar, maka ekspedisi ini lebih merupakan napak tilas bagi Dapunta Syailendra, dia mengunjungi Tarumanagara kemudian Indrapahasta terus ke Kalingga, semuanya mengakui kedaulatan Sriwijaya tanpa kekerasan dan perlawanan. Di Kalingga Shima dikawinkan dengan sepupunya Kartikeyasingha Raja Kalingga dan setelah suaminya wafat Shima diangkat menjadi Ratu Kalingga bergelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara.

Dapunta Syailendra sendiri kemudian bersama rombongannya pindah ke Jawa Tengah untuk mencari tanah tempat akan dibangunnya pusat Peribadatan Budha.

Teori ini makin masuk akal bila dihubungkan dengan Prasasti Sojomerto yang menyatakan bahwa Syailendra adalah anak Sentanu, kita ketahui Maharesi Sentanu adalah pendiri Kerajaan Indrapahasta yang beragama Hindu dan sahabat Jayasinghawarman pendiri Tarumanegara. Mungkinkah..?

Sejarah mencatat kolaborasi 2 Sriwijaya ini dalam bentuk prasasti dan candi selama kurun waktu lebih kurang 400 tahun yang menegaskan betapa besarnya kerajaan ini tanpa menyadari bahwa ada 2 kelompok  yang melakukannya karena keduanya menggunakan 1 nama, Sriwijaya.

Dibawah ini catatan atas beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Peninggalan Sriwijaya  sebelum 700 M

Prasasti
      1.       Prasasti Kedukan Bukit, Palembang 682 M
      2.       Prasasti Talng Tuo, Palembang 684 M
      3.       Prasasti Kota Kapur, Bangka 686 M
      4.       Prasasti Karang Birahi, Jambi 686 M
      5.       Prasasti Talang Batu, Palembang tanpa th
      6.       Prasasti Palas Pasemah, Lampung Selatan tt
      7.       Prasasti Bukit Siguntang, Palembang, tp th

Candi
     1.       Candi Muara Takus, Riau tanpa tahun
     2.       Candi Muara Jambi, Jambi tanpa tahun
     3.       Candi Biaro Bahal, Sumatra Utara
     4.       Gapura Sriwijaya, Sumsel
     5.       Candi Kota Kapur, Bangka
Peninggalan Sriwijaya setelah 700 M

Prasasti
1, Prasasti Sojomerto, , Jawa Tengah Abad 7 M
2. Prasasti Kalasan, Jawa Tengah 778 M
3. Prasasti Klurak, Jawa Tengah 782 M
4. Prasasti Abyagiriwaha, 792 M
5. Prasasti Kayumwunan, 824 M
6. Prasasti Ratu Boko, Jawa Tengah 856 M

Candi
1.       Candi Kalasan, Jawa Tengah 778 M
2.       Candi Sewu, Jawa Tengah Abad 8 M
3.       Candi Mendut, Jawa Tengah 824 M
4.       Candi Borobudur, Jawa Tengah 770 -842 M
5.       Candi Plaosan , Jawa Tengah Abad 8 M

Prasasti di Luar Negeri
1.   Prasasti Ligor, Thailand Selatan,  775 M
2. Prasasti Nalanda, Benggala-India, 860 M
3.   Piagam Leiden, India, 1006 M
4.   Prasasti Tanjore, India, 1030 M
5.   Prasasti Kanton, Canton – China, 1079 M
6.   Prasasti Srilanka, Srilanka, abad XII
7.   Prasasti Grahi, Grahi, 1183 M
8.   Prasasti Chaiya, Malaysia, 1230 M


Akhir Cerita Sriwijaya

Kita tidak akan membahas mengenai Zaman Keemasan (Golden Ages) Sriwijaya, karena saat ini dengan mudah bisa kita dapatkan melalui internet dan terdapat bermacam-macam versi. Semua versi mempunyai nilai tambah yang berbeda-beda, akan tetapi semua sepakat bahwa Masa Keemasan itu berada pada masa pemerintahan Prabu Balaputradewa.

Periode setelah Prabu Balaputradewa merupakan periode anti klimaks dari Masa Keemasan tersebut, beberapa kerajaan yang tadinya berada dibawah kekuasaan Sriwijaya mulai melepaskan diri dan serbuan akhir Kerajaan Cola ditahun 1030 mengakhiri semuanya. Sriwijaya yang tadinya begitu besar dan megah tiba-tiba menghilang dari keramaian dunia, beberapa kerajaan kecil mulai berbenah membesarkan wilayahnya, salah satunya adalah Dharmasraya (Melayu) yang menilik dari namanya berasal dari wangsa Mauli akan tetapi juga berhubungan dengan wangsa Warman yang pernah berkuasa di Salaka dan Tarumanagara. Tidaklah mengherankan, memang merekalah kerabat terdekat dari Sriwijaya karena keturunan Dapunta Sri Jayanasa berdarah Warman sementara keturunan Dapunta Syailendra berdarah Mauli.

Akhir Kisah

Pertanyaan selanjutnya yang masih menjadi teka teki sampai sekarang adalah kemana orang-orang dari Sriwijaya setelah Kerajaannya hancur? Terdapat banyak hipotesa dari berbagai kalangan yang mencoba menjawab teka teki ini. Terdapat missing link (rantai yang hilang) antara periode Sang Rama Wijayotunggawarman Raja terakhir pada 1030 dengan Prameswara yang di klaim sebagai keturunan Sriwijaya yang hadir pada awal tahun 1400. Rentang yang lebih dari 350 tahun membuat banyak sekali argumentasi. Sebagian sejarawan Sumsel memperkirakan bahwa mereka mundur kedalam hutan dan kemudian menjadi cikal bakal Suku Besemah, ada juga yang memperkirakan mereka mundur dan menjadi asal usul Suku Komering. Bahkan ada daerah di Philipina yang meng klaim mereka keturunan Sriwijaya, begitupun dari Thailand. Tambo Minangkabau yang mengatakan tentang kedatangan Rusa Emas bersama pengiringnya yang kemudian diartikan kepada Raja Sriwijaya yang kemudian menjadi salah satu nenek moyang mereka juga tidak menjawab pertanyaan tentang orang-orang yang hilang.


Kiranya sampai sini dulu disertasi tentang bangkit dan jatuhnya Sriwijaya pada Universitas Google dengan Promotor Prof. Wikipedia, semoga diantara pembaca dapat memberikan pencerahan atas beberapa pertanyaan dalam dongeng tersebut yang tentunya akan sangat berarti dalam konteks pelurusan sejarah.. eh dongeng… sorry.

Selanjutnya kita akan mengulas tentang Wangsa Syailendra dan Sanjaya... ciaooo.

Wallahu'alam bissawab
Wass

ACT

Sunday, January 22, 2017

Memory and Gemeinschaft

Assalamualaikum wr wb

Memory

When you have a long life, around the 50’s age you will found appearance of your old memory and at the same time your fresh memory become shorter.

I am fifty now, at the last 2 years I got the voice in my head almost every day, this voice said: “Alfatihah itu ada 14 sabdu, hilang satu sabdu bukan Alfatihah namanya/Alfatihah has 14 sabdu, lost one sabdu become not Alfatihah”.  Sabdu/tasdid is symbol in Alquran like w (small W) and guides us to read doubling in single consonant.
I am trying hard to think about who said this to me, finally I remember this voice come from the ustadz/Islamic teacher when I was 9 or 10 years old. How come? I don’t know. This voice still comes but not often anymore now.

In last 3 months, another voice comes in my head. “Gemeinschaft”, I don’t know how the spelling because this Germany not English, but I remember this word comes from my first year in University 31 years ago at Sociology Class. Gemeinschaft means “feels unity” or the sense that make you feel connected to others with one or some reasons.
By the reasons, we can divide the gemeinschaft by place, by blood, by purpose, by faith, etc, everybody will find this sense in their social life. For Gemeinschaft by nation we say Nationality. Gemeinschaft has hierarchy, when there is conflict of interest between them, the highest hierarchy will take decision, for example “by blood” is higher than “by place”.

In our life as the Citizen of the Nation, we must put Nationality as the highest Gemeinschaft not others, so for any of conflict that touch the Nationality we must take the Nationality as the first choice. But some time we’ll see the Big Nation has a long conflict, vertical or horizontal, why??? I am afraid they still have The Nationality but lost The Gemeinschaft.

Allahu'alam bissawab
Wassalamualaikum wr wb

ACT 



Wednesday, January 18, 2017

The Forgotten Story

Assalamualaikum wr wb

Sore yang syahdu.... saat semua hiruk pikuk berada dipersembunyian....ketika suhu politik dan sosial sudah mulai mendingin....teringat akan beberapa kisah sejarah versi dongeng pengantar minum kopi yang mungkin akan terlupakan, beberapa akan coba diuntai dibawah ini,...semoga bermanfaat.

Hijrah Pertama

Saat begitu kuat ancaman dan penderitaan yang dilakukan kafir Quraisy kepada kaum muslimin Makkah, Rasulullah saw. memberikan instruksi agar sebagian kaum hijrah ke Habasyah (Nejez), beliau bersabda kepada mereka.  ‘Bagaimana kalau kalian berangkat ke negeri Habasyah, karena rajanya tidak mengizinkan seorang pun didzalimi di dalamnya, dan negeri tersebut adalah negeri yang benar, hingga Allah memberi jalan keluar bagi penderitaan yang kalian alami?’
Berangkatlah rombongan besar para sahabat berikut keluarganya, Tercatat bahwa Sayyidina Ustman ra. beserta istrinya Ruqayyah binti Muhammad (putri ke 2 Rasulullah) berada didalamnya, Jaffar bin Abi Thalib (Paman Rasulullah), Zubbair bin Awwam (Paman Rasulullah), Abdurrahman bin Auf, Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah) serta sahabat lainnya yang berjumlah 83 orang. Kedatangan mereka diterima dengan tangan terbuka oleh Raja Nejez yang beragama Nasrani, diperlakukan dengan sangat baik, dianggap saudara bahkan ketika utusan Quraisy (Amr bin Ash) datang untuk mengambil mereka, Raja Nejez menolaknya mentah-mentah bahkan mengusirnya dan mengatakan bahwa mereka yang datang dari Makkah ini adalah saudaranya.
Subhanallah, kita ….. yang merasa muslim berhutang untuk kebaikan ini, mereka telah menolong bukan saja putri dan menantu Rasulullah saw., tetapi terdapat 3 dari 10 sahabat yang dijamin surga oleh Rasulullah berada disana. Ketika Rasulullah saw. telah berada di Madinah, utusan Raja Nejez yang datang berkunjung diterima di Masjid Nabawi.

Qadisiyah

Dalam salah satu episode Perang Qadisiyah, setelah Perang Jembatan berakhir dan gugurnya Abu Ubaid, Musanna bin Haritsah melakukan konsolidasi pasukan sambil kembali menyusun kekuatan. Mobilisasi tambahan pasukan muslim dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. dari Madinah, di susul kemudian pasukan Banu Namr, kemudian Banu Bajilah dipimpin oleh Jarir, Banu Azd dipimpin Arfajah, Banu Kinanah dipimpin Galib bin Abdullah semua berangkat beserta anak dan isteri untuk bergabung dengan Musanna. Menyusul bergabung adalah kelompok yang dipimpin Anas bin Hilal, Banu Taglib dipimpin oleh Ibn Mirda Al Fihr, semuanya pasukan Nasrani, menghadap Musanna dan bersumpah untuk berperang bersama saudara-saudara muslimnya memerangi Persia. Dalam perang ini gugur Mas’ud bin Haritsah (adik Musanna) dan Anas bin Hilal di pangkuan Musanna.
Subhanallah…. ,kita dipertontonkan dengan sebuah Ukhuwah Wathoniyah yang luar biasa (saya tidak bisa berhenti menangis walaupun telah berkali-kali membaca kisah ini)

Nusantara

Masuknya Islam di nusantara ini tidak bisa lepas dari para pedagang Islam yang berasal dari Gujarat (India) dan Yaman, akan tetapi ada satu periode dimana ternyata China Muslim juga mempunyai andil dalam penyebaran ini. Sejarah mencatat bahwa Laksamana Ceng Ho (China Muslim) beserta armada Islamnya berkeliling dunia sejak tahun 1402 – 1408, tercatat 3 kali memasuki nusantara, disetiap pelabuhan sejak dari Samudra Pasai (Aceh), Palembang, Sunda Kelapa (Jakarta), Cirebon, Semarang sampai Tuban armada ini meninggalkan orang untuk berdakwah. Di Semarang yang turun adalah salah satu Laksamananya yang bernama Ma Huan yang kemudian oleh pendatang China sesudahnya dibikinkan Kelenteng Sam Po Kong, padahal dia adalah pendakwah Islam yang kemudian dikenal sebagai Kyai Dampu Awang dan putrinya dinikahi oleh Prabu Siliwangi.
Bila sejarah mencatat Maulana Malik Ibrahim mendarat di Gresik tahun 1404, maka sangat mungkin beliau berada dalam periode dakwah yang sama dengan pelaut pelaut Laksamana Ceng Ho.
Kisah ini tidak pernah dibahas dan diulas secara umum, bahkan bila kita menceritakan ini kepada masyarakat China baik yang ada disini maupun di daratan China, mereka sama sekali tidak tahu (atau lebih tepat tidak peduli)

Champa, Wali Songo, Majapahit dan Demak

Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim as-Samarkandi yang di kenal juga sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi atau Kakek Bantal, sebutan terakhir karena beliau selain pedakwah juga adalah tabib (ahli pengobatan) yang selalu membawa bantal bila bepergian sebagai sarana pengobatannya. Tidak pernah mengaku sebagai keturunan Rasulullah walaupun para ahli sejarah dan nasab sepakat bahwa beliau adalah Generasi ke 20 yang dimulai dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra., sebagaimana Patih Unus Raja Demak ke II yang diyakini sebagai Generasi ke 21 Rasulullah dengan rantai nasab yang berbeda.
Maulana lahir di Samarkand kemudian hijrah bersama Ayah dan saudaranya ke Gujarat sebelum akhirnya sampai di Jawa. Mereka kemudian berpisah, Ayahnya hijrah ke Makasar dan wafat disana, adiknya Maulana Ishak ke Samudra Pasai dan berdakwah disana sementara Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Champa (Sir Thomas Rafless menyebutnya Chermen), menikah dengan putri Champa berdakwah selama 12 tahun disana. Pada masa itu terdapat hubungan yang erat antara kerajaan Champa dengan kerajaan di Jawa. Dari Zaman Kartanegara (Singosari) sampai dengan Brawijaya V (Majapahit terakhir) semua raja memiliki selir dari Champa, sebaliknya putri dari Jawa pun selalu ada yang menjadi selir Raja Champa. Dengan niat dakwah dan mengetahui bahwa terdapat seorang bibi (adik ibu mertuanya) di Jawa yang menjadi selir raja, berangkatlah beliau meninggalkan anak dan istrinya kemudian sampai di Gresik 1404 M.
Anaknya Raden Rahmat (Sunan Ampel - lahir 1401) bersama saudaranya Ali Murtadho berangkat menyusul ayahnya ke tanah jawa tahun 1430, singgah di Palembang selama 3 tahun kemudian mendarat di Gresik tahun 1433. Laporan mereka bahwa tanah di Palembang tidak ada yang mengurus membuat Ratu Suhita Raja Majapahit saat itu mengutus keponakannya anak Purwawisesa (yang kemudian menjadi Brawijaya I) dari selir Champa bernama Arya Damar (Tan Swan Liong) untuk mengurus tanah Palembang, berangkatlah Arya Damar ke Palembang didampingi oleh Raden Rahmat (yang memiliki nama Champa Bong Swi Hoo), tahun 1443 Raden Rahmat kembali ke Jawa dan lebih dikenal sebagai Sunan Ampel.
Pada Masa Brawijaya V (Bre Kertabhumi), salah satu selirnya yang berasal dari Champa mendapat tekanan dari selir lainnya, kemudian Brawijaya mengirimkan selir yang sedang hamil tersebut pada sepupunya Aria Damar di Palembang agar tidak terjadi keributan. Sampai di Palembang selir tersebut dinikahi oleh Aria Damar dan kemudian melahirkan 2 orang anak, Tan Jin Bun anak Kertabhumi dan Tan Kin San anak Aria Damar, keduanya kemudian lebih dikenal sebagai Raden Patah dan Raden Kusen/Husen. Raden Patah setelah dewasa pergi menemui ayahnya Kertabhumi yang menjadi Brawijaya V, kemudian diberi tanah di daerah Bintoro sehingga beliau juga dikenal sebagai Raden Bintoro. Di tanah itulah kemudian Raden Patah dibantu Wali Songo mendirikan Kerajaan Islam pertama di Jawa yaitu Kerajaan Demak.

Demikian cerita-cerita yang mungkin terlupakan, paling muantapp dibaca sambil nyeruput kopi atawa wedang jahe…. Mak nyosssssss

Masalah benar atau tidaknya wallahu’alam bissawab, paling tidak dapat menjadi dongeng pengantar minum kopi.

Barakallahu li walakum
Wassalamualaikum wr wb

ACT



Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...