Wednesday, January 18, 2017

The Forgotten Story

Assalamualaikum wr wb

Sore yang syahdu.... saat semua hiruk pikuk berada dipersembunyian....ketika suhu politik dan sosial sudah mulai mendingin....teringat akan beberapa kisah sejarah versi dongeng pengantar minum kopi yang mungkin akan terlupakan, beberapa akan coba diuntai dibawah ini,...semoga bermanfaat.

Hijrah Pertama

Saat begitu kuat ancaman dan penderitaan yang dilakukan kafir Quraisy kepada kaum muslimin Makkah, Rasulullah saw. memberikan instruksi agar sebagian kaum hijrah ke Habasyah (Nejez), beliau bersabda kepada mereka.  ‘Bagaimana kalau kalian berangkat ke negeri Habasyah, karena rajanya tidak mengizinkan seorang pun didzalimi di dalamnya, dan negeri tersebut adalah negeri yang benar, hingga Allah memberi jalan keluar bagi penderitaan yang kalian alami?’
Berangkatlah rombongan besar para sahabat berikut keluarganya, Tercatat bahwa Sayyidina Ustman ra. beserta istrinya Ruqayyah binti Muhammad (putri ke 2 Rasulullah) berada didalamnya, Jaffar bin Abi Thalib (Paman Rasulullah), Zubbair bin Awwam (Paman Rasulullah), Abdurrahman bin Auf, Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah) serta sahabat lainnya yang berjumlah 83 orang. Kedatangan mereka diterima dengan tangan terbuka oleh Raja Nejez yang beragama Nasrani, diperlakukan dengan sangat baik, dianggap saudara bahkan ketika utusan Quraisy (Amr bin Ash) datang untuk mengambil mereka, Raja Nejez menolaknya mentah-mentah bahkan mengusirnya dan mengatakan bahwa mereka yang datang dari Makkah ini adalah saudaranya.
Subhanallah, kita ….. yang merasa muslim berhutang untuk kebaikan ini, mereka telah menolong bukan saja putri dan menantu Rasulullah saw., tetapi terdapat 3 dari 10 sahabat yang dijamin surga oleh Rasulullah berada disana. Ketika Rasulullah saw. telah berada di Madinah, utusan Raja Nejez yang datang berkunjung diterima di Masjid Nabawi.

Qadisiyah

Dalam salah satu episode Perang Qadisiyah, setelah Perang Jembatan berakhir dan gugurnya Abu Ubaid, Musanna bin Haritsah melakukan konsolidasi pasukan sambil kembali menyusun kekuatan. Mobilisasi tambahan pasukan muslim dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. dari Madinah, di susul kemudian pasukan Banu Namr, kemudian Banu Bajilah dipimpin oleh Jarir, Banu Azd dipimpin Arfajah, Banu Kinanah dipimpin Galib bin Abdullah semua berangkat beserta anak dan isteri untuk bergabung dengan Musanna. Menyusul bergabung adalah kelompok yang dipimpin Anas bin Hilal, Banu Taglib dipimpin oleh Ibn Mirda Al Fihr, semuanya pasukan Nasrani, menghadap Musanna dan bersumpah untuk berperang bersama saudara-saudara muslimnya memerangi Persia. Dalam perang ini gugur Mas’ud bin Haritsah (adik Musanna) dan Anas bin Hilal di pangkuan Musanna.
Subhanallah…. ,kita dipertontonkan dengan sebuah Ukhuwah Wathoniyah yang luar biasa (saya tidak bisa berhenti menangis walaupun telah berkali-kali membaca kisah ini)

Nusantara

Masuknya Islam di nusantara ini tidak bisa lepas dari para pedagang Islam yang berasal dari Gujarat (India) dan Yaman, akan tetapi ada satu periode dimana ternyata China Muslim juga mempunyai andil dalam penyebaran ini. Sejarah mencatat bahwa Laksamana Ceng Ho (China Muslim) beserta armada Islamnya berkeliling dunia sejak tahun 1402 – 1408, tercatat 3 kali memasuki nusantara, disetiap pelabuhan sejak dari Samudra Pasai (Aceh), Palembang, Sunda Kelapa (Jakarta), Cirebon, Semarang sampai Tuban armada ini meninggalkan orang untuk berdakwah. Di Semarang yang turun adalah salah satu Laksamananya yang bernama Ma Huan yang kemudian oleh pendatang China sesudahnya dibikinkan Kelenteng Sam Po Kong, padahal dia adalah pendakwah Islam yang kemudian dikenal sebagai Kyai Dampu Awang dan putrinya dinikahi oleh Prabu Siliwangi.
Bila sejarah mencatat Maulana Malik Ibrahim mendarat di Gresik tahun 1404, maka sangat mungkin beliau berada dalam periode dakwah yang sama dengan pelaut pelaut Laksamana Ceng Ho.
Kisah ini tidak pernah dibahas dan diulas secara umum, bahkan bila kita menceritakan ini kepada masyarakat China baik yang ada disini maupun di daratan China, mereka sama sekali tidak tahu (atau lebih tepat tidak peduli)

Champa, Wali Songo, Majapahit dan Demak

Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim as-Samarkandi yang di kenal juga sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi atau Kakek Bantal, sebutan terakhir karena beliau selain pedakwah juga adalah tabib (ahli pengobatan) yang selalu membawa bantal bila bepergian sebagai sarana pengobatannya. Tidak pernah mengaku sebagai keturunan Rasulullah walaupun para ahli sejarah dan nasab sepakat bahwa beliau adalah Generasi ke 20 yang dimulai dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra., sebagaimana Patih Unus Raja Demak ke II yang diyakini sebagai Generasi ke 21 Rasulullah dengan rantai nasab yang berbeda.
Maulana lahir di Samarkand kemudian hijrah bersama Ayah dan saudaranya ke Gujarat sebelum akhirnya sampai di Jawa. Mereka kemudian berpisah, Ayahnya hijrah ke Makasar dan wafat disana, adiknya Maulana Ishak ke Samudra Pasai dan berdakwah disana sementara Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Champa (Sir Thomas Rafless menyebutnya Chermen), menikah dengan putri Champa berdakwah selama 12 tahun disana. Pada masa itu terdapat hubungan yang erat antara kerajaan Champa dengan kerajaan di Jawa. Dari Zaman Kartanegara (Singosari) sampai dengan Brawijaya V (Majapahit terakhir) semua raja memiliki selir dari Champa, sebaliknya putri dari Jawa pun selalu ada yang menjadi selir Raja Champa. Dengan niat dakwah dan mengetahui bahwa terdapat seorang bibi (adik ibu mertuanya) di Jawa yang menjadi selir raja, berangkatlah beliau meninggalkan anak dan istrinya kemudian sampai di Gresik 1404 M.
Anaknya Raden Rahmat (Sunan Ampel - lahir 1401) bersama saudaranya Ali Murtadho berangkat menyusul ayahnya ke tanah jawa tahun 1430, singgah di Palembang selama 3 tahun kemudian mendarat di Gresik tahun 1433. Laporan mereka bahwa tanah di Palembang tidak ada yang mengurus membuat Ratu Suhita Raja Majapahit saat itu mengutus keponakannya anak Purwawisesa (yang kemudian menjadi Brawijaya I) dari selir Champa bernama Arya Damar (Tan Swan Liong) untuk mengurus tanah Palembang, berangkatlah Arya Damar ke Palembang didampingi oleh Raden Rahmat (yang memiliki nama Champa Bong Swi Hoo), tahun 1443 Raden Rahmat kembali ke Jawa dan lebih dikenal sebagai Sunan Ampel.
Pada Masa Brawijaya V (Bre Kertabhumi), salah satu selirnya yang berasal dari Champa mendapat tekanan dari selir lainnya, kemudian Brawijaya mengirimkan selir yang sedang hamil tersebut pada sepupunya Aria Damar di Palembang agar tidak terjadi keributan. Sampai di Palembang selir tersebut dinikahi oleh Aria Damar dan kemudian melahirkan 2 orang anak, Tan Jin Bun anak Kertabhumi dan Tan Kin San anak Aria Damar, keduanya kemudian lebih dikenal sebagai Raden Patah dan Raden Kusen/Husen. Raden Patah setelah dewasa pergi menemui ayahnya Kertabhumi yang menjadi Brawijaya V, kemudian diberi tanah di daerah Bintoro sehingga beliau juga dikenal sebagai Raden Bintoro. Di tanah itulah kemudian Raden Patah dibantu Wali Songo mendirikan Kerajaan Islam pertama di Jawa yaitu Kerajaan Demak.

Demikian cerita-cerita yang mungkin terlupakan, paling muantapp dibaca sambil nyeruput kopi atawa wedang jahe…. Mak nyosssssss

Masalah benar atau tidaknya wallahu’alam bissawab, paling tidak dapat menjadi dongeng pengantar minum kopi.

Barakallahu li walakum
Wassalamualaikum wr wb

ACT



1 comment:

Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...