Assalamualaikum wr wb
Awal Kisah
Awal Kisah
Kisah ini dimulai akibat perang tak
berkesudahan di tanah India antara pemeluk agama Hindu di Selatan dan pemeluk
agama Budha di Utara. Dimulai sejak 500 tahun Sebelum Masehi (500 BC) dan
berlangsung selama 1 abad sampai dengan 500 M dengan ratusan kerajaan besar dan
kecil sebagai pihak yang berperang dengan menang dan kalah silih berganti.
Perang Besar-besaran (Maha Bharata) ini
berlangsung dengan konsekwensi bahwa setiap Kerajaan yang kalah akan terusir
dari wilayahnya sampai mereka dapat menghimpun kekuatan untuk merebut kembali
wilayahnya. Pada kenyataannya beberapa kerajaan yang kalah tidak semuanya
kembali untuk merebut kerajaannya, sebagian pergi berlayar jauh dengan harapan
menemukan wilayah baru dimana mereka dapat hidup dengan tenang dan jauh dari
hiruk pikuknya peperangan.
Diperkirakan pada tahun 130 M, salah satu
rombongan pelarian ini mendarat di daerah Labuan, Banten. Mereka adalah Wangsa
(Keluarga/Dinasti) Warman yang berasal dari Pallawa, Bharata, India yang
beragama Hindu. Pemimpinnya Warmandewa menikah dengan putri dari Aki Tirem
Penguasa setempat yang bernama Pohaci Larasati, ketika Aki Tirem wafat,
Warmandewa mendirikan Kerajaan Salakanagara dengan Ibukota Rajatapura di daerah
Pandeglang sekarang.
Terdapat beberapa rombongan lain yang
memasuki wilayah Nusantara ini pada kurun waktu sampai tahun 500 tersebut, ada Sang
Mitrongga (Wangsa Sungga) Dari Magada, India yang mendarat di Kalimantan
kemudian mendirikan Kerjaan Kutai, Maharesi Sentanu (Wangsa Mauli) dari
Bharata, India mendarat di Pantai Utara Jawa dan mendirikan Kerajaan
Indrapahasta, Di Salakanagara sendiri
datang lagi rombongan baru Maharesi Jayasinghawarman dari Calankayana,
India yang kemudian menjadi menantu Raja Terakhir Salakanagara Dewawarman VIII,
wafatnya Dewawarman VIII mengakhiri masa Salakanagara karena Maharesi
Jayasinghawarman kemudian mendirikan Kerajaan Tarumanagara. Sementara itu
didaerah Palembang telah berdiri Kerajaan Melayu Sribuja dan di Jawa Timur berdiri pula Kerajaan Kalingga yang menantunya
berasal dari Kerajaan Melayu Sribuja.
Awal
Cerita Sriwijaya
Gelombang pelarian wangsa-wangsa Hindu
ini telah mendirikan kerajaan-kerajaan baru di Pulau Jawa dan Kalimantan,
bagaimana dengan pelarian yang beragama Budha?. Ternyata pada sekitar tahun 500
telah tiba pula di Pulau Sumatra rombongan besar pendatang beragama Budha,
tidak ada keterangan sejarah yang jelas mengenai asal usulnya, keterangan
pertama datang dari catatan It’sing Pendeta dari China yang pada tahun 671
berkunjung ke Sriwijaya (diperkirakan saat itu posisinya berada di Muara Jambi)
sebelum meneruskan perjalanannya ke India. Kemudian Prasasti Kedukan Bukit yang
dibuat tahun 682 yang menceritakan tentang perayaan
kemenangan Sriwijaya (mengalahkan Kerajaan Melayu Sribuja) dengan
Rajanya Dapunta Hyang Sri Jayanasa di Ibukota Minanga Tanwan. Cerita Rakyat
menyatakan bahwa Dapunta Hyang memerintahkan saudaranya Dapunta Syailendra (perkiraan
ini disandarkan pada fakta bahwa hanya 2 orang ini yang bergelar “Dapunta”
dalam sejarah Nusantara) untuk melakukan
ekspedisi ke selatan mencari tempat untuk mendirikan Pusat Peribadatan
Budha. Bergeraklah Dapunta Syailendra beserta pasukannya menyusur ke selatan,
menaklukan Kerajaan Tarumanagara, lalu meneruskan perjalanan sampai ke Jawa Timur.
Sebuah naskah Sunda Kuno (Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawadwipa)
menyebutkan bahwa adik perempuan dari Purnawarman (Tarumanagara) menjadi istri
dari Raja Swarnabhumi yang menurunkan Sri Jayanasa – Kerajaan Swarnabhumi ini kemungkinan besar berada di Muara Jambi, kelak
Putra Mahkotanya yang bernama Sri Jayanasa mengalahkan Kerajaan Melayu Sribuja
dan mendirikan Sriwijaya dan berpusat di Palembang-. Catatan ini menguak
misteri tentang asal muasal Sri Jayanasa dan menarik garis merah tentang
Raja-raja Sriwijaya Muda (Melayu/Dharmasraya) yang menggunakan nama Warman
dibelakang namanya selain Mauli sebagai wangsanya.
Masih ada teka-teki yang harus
dipecahkan, yaitu sejarah yang menyatakan Ratu Shima adalah anak Dapunta
Syailendra dan Ratu Shima lahir di daerah Musi Banyu Asin (Palembang),
sementara Ratu Shima beragama Hindu dan Dapunta Syailendra beragama Budha.
Kemungkinan
paling masuk akal dari cerita diatas yang pasti merubah sejarah adalah;
Syailendra merupakan keturunan Maharesi Sentanu Raja Indrapahasta, pindah ke
Palembang dan mendirikan Kerajaan Melayu Sabuga yang ditaklukkan Sri Jayanasa
tahun 682 M sementara adiknya di peristeri oleh Raja Kalingga, Syailendra kemudian
diangkat saudara oleh Dapunta Sri Jayanasa dan menganut agama Budha dengan
gelar Dapunta Syailendra, selanjutnya diperintahkan melakukan ekspedisi bersama
pasukan Sriwijaya ke tanah Jawa dengan membawa anaknya Shima dengan tujuan ke
Kerajaan adiknya Kalingga di Jawa Timur.
Bila hipotesa diatas benar, maka ekspedisi
ini lebih merupakan napak tilas bagi Dapunta Syailendra, dia mengunjungi
Tarumanagara kemudian Indrapahasta terus ke Kalingga, semuanya mengakui
kedaulatan Sriwijaya tanpa kekerasan dan perlawanan. Di Kalingga Shima
dikawinkan dengan sepupunya Kartikeyasingha Raja Kalingga dan setelah suaminya
wafat Shima diangkat menjadi Ratu Kalingga bergelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara.
Dapunta Syailendra sendiri kemudian
bersama rombongannya pindah ke Jawa Tengah untuk mencari tanah tempat akan
dibangunnya pusat Peribadatan Budha.
Teori ini makin masuk akal bila
dihubungkan dengan Prasasti Sojomerto yang menyatakan bahwa Syailendra adalah
anak Sentanu, kita ketahui Maharesi Sentanu adalah pendiri Kerajaan
Indrapahasta yang beragama Hindu dan sahabat Jayasinghawarman pendiri
Tarumanegara. Mungkinkah..?
Sejarah mencatat kolaborasi 2 Sriwijaya
ini dalam bentuk prasasti dan candi selama kurun waktu lebih kurang 400 tahun
yang menegaskan betapa besarnya kerajaan ini tanpa menyadari bahwa ada 2 kelompok yang melakukannya karena keduanya menggunakan
1 nama, Sriwijaya.
Dibawah
ini catatan atas beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya
Peninggalan
Sriwijaya sebelum 700 M
Prasasti
1.
Prasasti Kedukan Bukit, Palembang 682 M
2.
Prasasti Talng Tuo, Palembang 684 M
3.
Prasasti Kota Kapur, Bangka 686 M
4.
Prasasti Karang Birahi, Jambi 686 M
5.
Prasasti Talang Batu, Palembang tanpa th
6.
Prasasti Palas Pasemah, Lampung Selatan tt
7.
Prasasti Bukit Siguntang, Palembang, tp th
Candi
1.
Candi Muara Takus, Riau tanpa tahun
2.
Candi Muara Jambi, Jambi tanpa tahun
3.
Candi Biaro Bahal, Sumatra Utara
4.
Gapura Sriwijaya, Sumsel
5.
Candi Kota Kapur, Bangka
|
Peninggalan
Sriwijaya setelah 700 M
Prasasti
1, Prasasti Sojomerto, , Jawa Tengah Abad
7 M
2. Prasasti Kalasan, Jawa Tengah 778 M
3. Prasasti Klurak, Jawa Tengah 782 M
4. Prasasti Abyagiriwaha, 792 M
5. Prasasti Kayumwunan, 824 M
6. Prasasti Ratu Boko, Jawa Tengah 856 M
Candi
1.
Candi Kalasan, Jawa Tengah 778 M
2.
Candi Sewu, Jawa Tengah Abad 8 M
3.
Candi Mendut, Jawa Tengah 824 M
4.
Candi Borobudur, Jawa Tengah 770 -842 M
5.
Candi Plaosan , Jawa Tengah Abad 8 M
Prasasti di Luar
Negeri
1. Prasasti Ligor, Thailand Selatan, 775 M
2. Prasasti Nalanda, Benggala-India, 860 M
3.
Piagam Leiden, India, 1006 M
4.
Prasasti Tanjore, India, 1030 M
5.
Prasasti Kanton, Canton – China, 1079 M
6.
Prasasti Srilanka, Srilanka, abad XII
7.
Prasasti Grahi, Grahi, 1183 M
8.
Prasasti Chaiya, Malaysia, 1230 M
|
Akhir
Cerita Sriwijaya
Kita tidak akan membahas mengenai Zaman
Keemasan (Golden Ages) Sriwijaya, karena saat ini dengan mudah bisa kita
dapatkan melalui internet dan terdapat bermacam-macam versi. Semua versi
mempunyai nilai tambah yang berbeda-beda, akan tetapi semua sepakat bahwa Masa
Keemasan itu berada pada masa pemerintahan Prabu Balaputradewa.
Periode setelah Prabu Balaputradewa
merupakan periode anti klimaks dari Masa Keemasan tersebut, beberapa kerajaan
yang tadinya berada dibawah kekuasaan Sriwijaya mulai melepaskan diri dan
serbuan akhir Kerajaan Cola ditahun 1030 mengakhiri semuanya. Sriwijaya yang
tadinya begitu besar dan megah tiba-tiba menghilang dari keramaian dunia,
beberapa kerajaan kecil mulai berbenah membesarkan wilayahnya, salah satunya
adalah Dharmasraya (Melayu) yang menilik dari namanya berasal dari wangsa Mauli
akan tetapi juga berhubungan dengan wangsa Warman yang pernah berkuasa di
Salaka dan Tarumanagara. Tidaklah mengherankan, memang merekalah kerabat
terdekat dari Sriwijaya karena keturunan Dapunta Sri Jayanasa berdarah Warman
sementara keturunan Dapunta Syailendra berdarah Mauli.
Akhir
Kisah
Pertanyaan selanjutnya yang masih menjadi
teka teki sampai sekarang adalah kemana orang-orang dari Sriwijaya setelah
Kerajaannya hancur? Terdapat banyak hipotesa dari berbagai kalangan yang
mencoba menjawab teka teki ini. Terdapat missing link (rantai yang hilang)
antara periode Sang Rama Wijayotunggawarman Raja terakhir pada 1030 dengan
Prameswara yang di klaim sebagai keturunan Sriwijaya yang hadir pada awal tahun
1400. Rentang yang lebih dari 350 tahun membuat banyak sekali argumentasi.
Sebagian sejarawan Sumsel memperkirakan bahwa mereka mundur kedalam hutan dan
kemudian menjadi cikal bakal Suku Besemah, ada juga yang memperkirakan mereka
mundur dan menjadi asal usul Suku Komering. Bahkan ada daerah di Philipina yang
meng klaim mereka keturunan Sriwijaya, begitupun dari Thailand. Tambo
Minangkabau yang mengatakan tentang kedatangan Rusa Emas bersama pengiringnya
yang kemudian diartikan kepada Raja Sriwijaya yang kemudian menjadi salah satu
nenek moyang mereka juga tidak menjawab pertanyaan tentang orang-orang yang
hilang.
Kiranya sampai sini dulu disertasi tentang bangkit
dan jatuhnya Sriwijaya pada Universitas Google dengan Promotor Prof. Wikipedia, semoga diantara pembaca dapat memberikan pencerahan atas
beberapa pertanyaan dalam dongeng tersebut yang tentunya akan sangat berarti
dalam konteks pelurusan sejarah.. eh dongeng… sorry.
Selanjutnya kita akan mengulas tentang Wangsa Syailendra dan Sanjaya... ciaooo.
Wallahu'alam bissawab
Wass
ACT
No comments:
Post a Comment