Assalamualaikum
wr wb
Bismillahirrahmanirrahim…
Sholat dan Mobil
Long-time no see, semoga kita semua
selalu dalam lindungan dan curahan kasih sayang Allah Ta’ala, aamiinn…
Beberapa hari ini
terlintas kembali fikiran tentang betapa pentingnya sholat, terutama bila
mengingat bahwa sholat adalah hal pertama yang ditimbang saat Yaumil Hisab
nanti. Fikiran ini selalu muncul terutama bila mengingat Hadist Rasulullah saw
yang berbunyi ;
فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ
سَائِرُ عَمَلِهِ
Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika
shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.” (HR. Ath-Thabarani dalam
Al-Ausath, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah
no. 1358 karena banyak jalannya)
Beberapa tulisan
pernah terlontar tentang ini, baik di blog ini maupun dalam bentuk pesan
pribadi (private message) ke sahabat, teman atau keluarga. Namun belakangan ini
sebuah analogy muncul dikepala, dicoba untuk direnungkan dan dibayangkan hasilnya
bila diungkap, karena rasa rendah diri dan rendah ilmu itu selalu saja ada bila
ingin berbagi nasihat, namun terlalu kuat desakan untuk mengungkapnya, hingga
marilah kita nikmati bersama.
Setelah berbicara dengan banyak orang, termasuk
teman, sahabat, keluarga dan lainnya, sebuah hipotesa unik muncul tentang
sholat, bahwa hampir sebagian besar kita dan pasti termasuk saya sendiri selama
ini mengerjakan sholat seperti mengendarai mobil. Kenapa demikian?.
Banyak diantara kita
bisa mengendarai mobil, ada yang belajarnya dengan mobil orang tua, mobil teman
atau belajar lewat kursus mengendarai mobil. Setelah bisa mengendarai dan
lingkungan memvalidasi kemampuan kita membawa mobil, maka jadilah kita seorang
yang bisa mengendarai mobil.
Pada titik ini, kita terbagi dengan :
1. Mempunyai SIM (Surat Izin Mengemudi)
2. Tidak mempunyai SIM
Anggap saja kita
sudah memiliki SIM dan sudah puluhan tahun mengendarai mobil, lalu coba kita
bayangkan apakah selama ini kita sudah mengendarai mobil dengan BENAR? Mari
kita coba perhatikan orang yang mengendarai mobil saat ini, boleh juga kita
perhatikan cara kita sendiri mengendarai mobil, apakah sudah benar? Apakah
sudah mengikuti ATURAN dan ETIKA dijalan raya? Ternyata untuk menjadi BENAR
harus ada ATURAN yang dipatuhi (rukun) dan ETIKA yang juga sebaiknya dipakai (adab).
Kita ambil contoh
sebagai berikut :
1. Bahwa aturan bila di pertigaan,
semua kendaraan harus STOP terlebih dahulu, memastikan bahwa tidak ada
kendaraan lain melintas dari kiri atau kanan, barulah boleh berbelok. Mungkin
kita sering lihat bagaimana kendaraan berbelok tanpa melihat kiri kanan, yang
seringkali membuat kita melakukan REM mendadak.
2.
Bahwa
lampu jalan harus ditaati, tidak perduli dalam keadaan kosong (tidak ada
kendaraan) sekalipun. Sering kita lihat saat lampu menyala merah dan melihat
tidak ada kendaraan lain, kendaraan yang seharusnya berhenti melenggang begitu
saja.
3. Bagaimana dengan yellow disjunction
box di perempatan, bagaimana bila lampu menyala hijau tapi didepan kita macet,
apakah pantas kita membunyikan klakson saat terjadi kemacetan, apa yang
dilakukan bila kita ingin mendahului kendaraan didepan, bagaimana aturan
berhenti dipinggir jalan, dan seterusnya dan seterusnya.
Contoh-contoh diatas
sempat membuat saya merenung, bahwa ternyata untuk mengendarai mobil ternyata
tidak cukup dengan bisa mengendarai saja, tetapi harus dapat mengendarai dengan
benar.
Lalu apa hubungannya
dengan sholat!!, disinilah sebuah analogy terbentuk, sebuah kesadaran diri
tertumpah dan menyatakan bahwa betapa selama ini telah lalai akan sholat yang
BENAR, betapa selama ini hanya sampai sebatas BISA saja, …astaghfirullah…tsumma
astaghfirullah.
Kekhawatiran akan
sholat yang benar ini akhirnya mengajak diri untuk menelisik tentang
bagaimanakah sholat yang benar, lalu dicobalah dengan segala keterbatasan yang
ada (terutama ilmu) untuk membedahnya, semoga Allah ridho..aamiinn
1. Wudhu
Hukum wudhu dilansir dalam QS Al-Maidah ayat 6,
dimulai dengan membasuh muka terus sampai membasuh kaki tanpa membasuh telinga.
Disini kita dapat rujukan bahwa membasuh, telapak tangan, hidung dan telinga
adalah Sunnah. Kemudian ayat tersebut mengajarkan cara tayammum cukup dengan
membasuh muka dan tangan. Karena ayat inilah maka bagi yang mengamalkan Manhaj
Imam Syafei ra, niat wudhu harus dilakukan saat membasuh muka, Fiqh Syafei
menyebutkan bahwa niat wudhu yang dilakukan sebelum atau setelah membasuh muka
hukumnya tidak sah, sehingga wudhunya pun tidak sah!.
Apakah wudhu kita sudah benar? Ingat sah
tidaknya wudhu menyangkut sah tidaknya sholat.
2.
Qalbu
Saya tidak
akan mengangkat soal rukun sholat yang 13, karena pasti semua sudah paham, selanjutnya
adalah Qalbu sebagimana Hadits Rasulullah saw;
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ
إِلَى( أَجْسَادِكُمْ وَ لاَ إِلَى ) صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ (إِنَّمَا)
يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ ( وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ) وَ أَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya
Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa dan harta
kalian. Akan tetapi sesunguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati kalian (Nabi
Shalalllahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke dadanya) dan dia melihat pula
kepada amal kalian”.
Ini masalah adab
dalam sholat, apakah hati kita juga sholat? Ada banyak cara untuk melakukan ini
silahkan cari guru atau ustadz agar dapat belajar sholat dengan hati.
3.
Al-Fatehah
Termasuk rukun sholat yang
berupa lafaz dan didawamkan, ternyata tidak banyak yang tahu bahwa ada 14
sabdu/tasydid dalam Al-Fatehah yang tidak boleh tertinggal karena menyangkut
sah dan tidaknya Al-Fatehah (dari Imam Nawawi Al Bantani, atau silahkan tanya
Mbah Google ternyata banyak sumber lain juga).
Apakah Al-Fatehah kita sudah
benar?
4. Tuma’nina
Termasuk Rukun sholat, dalam
artian sesungguhnya adalah berhenti sebentar, artian luasnya berhenti sebentar
dan tetap dalam urutannya/tartill.
Sepertinya ini juga termasuk
yang sering kita abaikan, para masyaikh mengajarkan bahwa tuma’nina dilakukan
untuk mengambil nafas (inhale) dan saat melafazkan takbir untuk gerakan
berikutnya kita melepaskan nafas (exhale) sambil bertakbir.
Apakah kita sudah benar?
5. Doa
khusus dalam sholat.
Banyak yang ragu antara boleh
dan tidak, Rasulullah saw menyatakan untuk perbanyaklah mengagungkan Allah saat
ruku’ dan perbanyaklah do’a saat sujud dan dalam beberapa hadits Rasulullah saw
juga berdoa saat tasyahud akhir.
Kalau ini pasti sudah benar
semua.
6. Tasyahud
Awal
Banyak versi padahal ini adalah
rukun, tasyahud awal dimulai dengan Attahiyattu….. diakhiri dengan shalawat
nabi, masalahnya adalah dimana berhentinya lafaz shalawat, sebagian berkata
bahwa shalawat hanya “Allahuma shalli ala Sayyidina Muhammad” dan sebagian
melanjutkan dengan “wa ala alii Sayyidina Muhammad” dengan dasar hadits “termasuk
orang bakhil bagi yang bersalawat kepadaku tanpa bersalawat pada keluargaku”
Inipun pasti sudah benar semua, karena
semua pilihan benar, termasuk bagi yang memakai Sayyidina atau yang tidak.
Demikian mungkin masih banyak lagi yang lain. Kenapa saya selalu
khawatir tentang sholat?, karena cerminan akhlak kita adalah sholat, yang
menjaga kita dari maksiat juga sholat (Al-Ankabut 45), mungkin lebih jelas pada
tulisan tentang sholat sebelumnya. Tulisan ini merupakan tulisan ketiga tentang
Sholat yang mengajak kita semua untuk tidak sekedar BISA sholat.
Tulisan ini dimaksudkan bagi diri saya sendiri dan juga bagi yang
membaca, mari kita sama-sama memperbaiki diri kita, saling memberi tahu dan
mengingatkan dalam kebaikan, karena saya juga masih terus belajar dan berupaya untuk menjadi manusia
yang lebih baik
Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT