Sunday, July 7, 2019

Thariq bin Ziyad

THARIQ BIN ZIYAD (Penakluk Andalusia)

Pada bulan Juli 710 M, berangkatlah empat kapal laut yang membawa 500 orang pasukan terbaik umat Islam. Pasukan ini bertugas mempelajari bagaimana medan perang Andalusia, mereka sama sekali tidak melakukan kontak senjata dengan orang-orang Eropa. Setelah persiapan dirasa cukup dan kepastian kabar telah didapatkan, Thariq bin Ziyad membawa serta 7.000 pasukan lainnya melintasi lautan menuju Andalusia.
Mendengar kedatangan kaum muslimin, Roderick yang tengah sibuk menghadapi pemberontak-pemberontak kecil diwilayahnya langsung mengalihkan perhatiannya kepada pasukan kaum muslimin. Ia kembali ke ibu kota Andalusia kala itu, Toledo, untuk mempersiapkan pasukannya menghadang serangan kaum muslimin. Roderick bersama 100.000 pasukan yang dibekali dengan peralatan perang lengkap segera berangkat ke Selatan menyambut kedatangan pasukan Thariq bin Ziyad.
Ketika Thariq bin Ziyad mengetahui bahwa Roderick membawa pasukan yang begitu besar, ia segera menghubungi Musa bin Nushair untuk meminta bantuan. Dikirimlah pasukan tambahan yang jumlahnya hanya 5.000 orang.
Akhirnya pada 28 Ramadhan 92 H bertepatan dengan 18 Juli 711 M, bertemulah dua pasukan yang tidak berimbang ini di Medina Sidonia. Perang yang dahsyat pun berkecamuk selama delapan hari. Kaum muslimin dengan jumlahnya yang kecil tetap bertahan kokoh menghadapi hantaman orang-orang Visigoth pimpinan Roderick. Keimanan dan janji kemenangan atau syahid di jalan Allah telah memantapkan kaki-kaki mereka dan menyirnakan rasa takut dari dada-dada mereka. Di hari kedelapan, Allah pun memenangkan umat Islam atas bangsa Visigoth dan berakhirlah kekuasaan Roderick di tanah Andalusia.
Setelah perang besar yang dikenal dengan Perang Sidonia ini, pasukan muslim dengan mudah menaklukkan sisa-sisa wilayah Andalusia lainnya. Musa bin Nushair bersama Thariq bin Ziyad berhasil membawa pasukannya hingga ke perbatasan di Selatan Andalusia.
Bagi bangsa Eropa, tentu saja kedatangan Islam melalui Thariq bin Ziyad membawa dampak besar terhadap perkembangan peradaban mereka, sebagaimana tergambar pada kemajuan Kota Cordoba. Ini adalah awal kebangkitan modern dan terbitnya matahari yang menerangi kegelapan benua Eropa. Kediktatoran dan hukum rimba berganti dengan norma-norma humanis yang membawa kedamaian.
Jasa-jasa Thariq dan kepahlawanannya diabadikan dengan nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol dengan nama Selat Gibraltar. Gibraltar adalah kata dalam bahasa Spanyol yang diartikan dalam bahasa Arab sebagai Jabal Thariq atau dalam bahasa Indonesia Bukit Thariq.
(dari berbagai sumber)

Allahu'alam bissawab

------- ilalang -------

Saladin (Salahuddin Al Ayyubi)

Salahuddin Al-Ayyubi (Saladin)
Lahir dengan nama Yusuf bin Najmuddin al-Ayyub al-Kurdi adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Lahir pada tahun 1138 di Tikrit, Irak. Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr.
Masa kecilnya bertubuh kurus dan sakit-sakitan sehingga ayahnya pesimis dengan masa depannya, sampai ada teman dari ayahnya berkata : “janganlah berkecil hati dengan anakmu, tiada yang tahu kalau besar nanti dia akan menjadi orang hebat”.
Dibesarkan di Mosul bersama keluarga Penguasa Imaduddin Az-Zanki dan dekat dengan pamannya seorang panglima bernama Assaduddin Syirkuh membentuk jiwa ksatria pada Salahuddin, sampai akhirnya diangkat menjadi Wazir (Menteri) yang memerintah di Mesir. Gebrakannya dalam memerintah terutama dunia pendidikan sangat luar biasa, masa ini dikenang sebagai masa menjamurnya madrasah-madrasah di Mesir sampai berdirinya Universitas Al-Azhar yang terkenal.
Ia lebih dikenal dengan nama julukannya yaitu, Salahuddin Ayyubi/Saladin/Salah ad-Din (Bahasa Arab: صلاح الدين الأيوبي, Kurdi: صلاح الدین ایوبی). Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Ia memberikan catatan kecil dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud.
Saat panggilan untuk membebaskan Palestina bergaung dikepalanya, berangkatlah Salahuddin bersama pasukannya yang hanya berjumlah 10.000 orang dari Mesir menuju Palestina dengan melalui Damaskus (disana Salahuddin dikukuhkan menjadi Sultan). Sepanjang perjalanan, Salahuddin mengetuk setiap pintu rumah yang dilewati dan bertanya : “apakah disini ada anak lelaki yang sudah cukup umur?”, bila dijawab “ada”, maka Salahuddin akan berkata : “Bila Ibu ingin anakmu masuk surga, izinkan dia ikut bersamaku”. Demikianlah, pasukan itu terus bertambah sampai 20.000 orang dan saat tiba dilembah Hathin (Hittin) pasukan tersebut telah mencapai 63.000 orang.
Perang Hathin (Hittin) berlangsung berbulan-bulan dan secara elegan Pasukan Salahuddin berhasil memasuki kota Palestina dan membebaskannya dari Pasukan Salib (cerita ini telah diangkat ke layar lebar dengan judul “Kingdom of Heaven”).
Salahuddin membebaskan sisa pasukan salib untuk keluar dari Palestina dipimpin oleh Balian Baron of Ibelin dan dikawal sampai ke pelabuhan dengan aman dan damai. Hal ini mengherankan Balian karena saat pasukan salib berhasil memasuki palestina 88 tahun sebelumnya, banjir darah bagaikan anak sungai mengalir disana yang merupakan darah Muslim dan Yahudi. Sebuah percakapan terekam dalam sejarah saat Balian bertanya : “mengapa engkau membebaskan kami, sementara saat pasukan salib memasuki Palestina semua orang Islam dan Yahudi dibunuh?”. Salahudin tersenyum dan menjawab : “karena aku Salahuddin”.
Pada suatu ketika Richard The Lion Heart yang mencoba merebut kembali Palestina memutuskan untuk memimpin sendiri perang terhadap pasukan Muslim. Kala itu ia memimpin kavaleri tombak, pasukan berkuda elit pasukan Salib. Menghadapi pasukan Muslim Richard benar-benar sangat maksimal, hingga akhirnya nampak sekali jika ia kelelahan. Bahkan kudanya sendiri seperti sudah tidak bisa dipaksa untuk bermanuver. Hal ini pun kemudian diketahui oleh Salahuddin. Alih-alih membunuh si Raja Inggris, Salahuddin justru menyuruh pasukan berkudanya untuk menyerahkan dua ekor kuda yang masih segar kepada Richard. Sang pemimpin pasukan salib ini pun kagum bukan main dengan sikap ksatria Salahuddin.
Saat Raja Richard sakit parah percaya tidak percaya, Salahuddin justru mengirimkan dokter terbaik untuk menyembuhkan Richard. Raja Inggris yang saat itu memang butuh sekali pengobatan merasa kagum luar biasa dengan itikad baik Salahuddin ini. Tak hanya dokter, menurut beberapa riwayat Salahuddin juga membawakan buah dan juga es untuk membantu menyembuhkan sang raja. Begitulah kira-kira sepenggal cerita persahabatan dalam permusuhan yang terjalin dalam Perang Salib.
Sampai suatu hari seorang utusan dari Damaskus datang menghadap kepada Khalifah Abbasiyah di Baghdad, saat diterima Khalifah dia menyampaikan bahwa Sang Panglima Besar Sultan Salahuddin Al Ayyubi telah berpulang pada tanggal 4 Maret 1193. Sesuai wasiatnya utusan tersebut menyampaikan bahwa Sultan tidak meninggalkan warisan apapun kecuali 3 barang yang harus diserahkan kepada Khalifah, yaitu : sebatang Pedang, sebuah pelana kuda dan satu kotak kecil. Ketika Khalifah membuka kotak tersebut ternyata isinya adalah uang 1 dinar 47 dirham. Subhanallah…. berlinang airmata Khalifah, seorang Sultan dan Panglima Besar yang menguasai separuh benua Asia dan separuh benua Afrika ternyata tidak memiliki apa-apa sebagai warisannya.
Salah satu wasiatnya kepada putra2nya adalah : “berlaku ariflah kalian kepada manusia, karena Allah itu Maha Pengampun dan ampunannya bergantung pada manusia yang kau sakiti”.
Selamat jalan Panglima, engkau yang dikagumi kawan dan dihormati lawan, contoh perjuangan dengan akhlak yang luar biasa menjadi suri tauladan bagi kami semua. Yaa Rabbana … sucikan ruhnya, keluarga dan keturunannya… aamiinn…
Salahuddin Al Ayyubi menambah daftar Panglima Perang Islam bukan Arab setelah Musanna bin Harisah dari Bahrain dan Thariq bin Diyat dari Aljazair. 700 tahun setelah kematiannya Kaisar Jerman mengirimkan batu granit sebagai sarkofagus untuk memperindah makam Salahuddin, tapi sarkofagus tersebut akhirnya hanya diletakkan diluar makam karena wasiat Salahuddin yang tidak memperkenankan apapun menyentuh tubuhnya setelah kematiannya.
Allahu’alam bissawab
------- ilalang -------

Monday, January 21, 2019

Yang Pertama (the first)


Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim

Yang Pertama

Saudara dan sahabat, semoga Allah Ta’ala senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah, inayah serta kasih sayangNya pada kita semua, aamiinn…

Pernahkah kita berfikir tentang apa yang kita khawatiri dalam hidup ini, kemiskinan? Popularitas? Atau lainnya? Pernahkah kita membayangkan, terutama setelah berada di usia senja, bahwa ternyata semua yang berbau keduniawian itu tidaklah terlalu mengkhawatirkan, toh kita semua melaluinya dengan cara masing-masing dan ternyata kita baik-baik saja.

Sudah sangat sering saudara dan sahabat mengingatkan bahwa dunia ini hanya sementara, sudah cukup banyakkah bekal kita untuk beranjangsana ke tempat abadi kita? Tentunya kita termasuk orang yang beruntung karena banyak yang mengingatkan tentang Akhirat Resort tersebut.

Sampai suatu hari saya merenung, benarkah semua amalan baik tersebut dapat membantu kita, apakah cukup dengan berbuat baik saja maka kita akan termasuk orang yang selamat?.

Hasil yang didapat dari merenung tersebut ternyata berupa “key point” tentang semua yang pertama, sebelum melangkah ke stage selanjutnya. Mari kita coba untuk mengulasnya sebagai berikut;

1.       Yang Pertama Dilihat.
Sebagaimana Hadits Rasulullah saw :
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى( أَجْسَادِكُمْ وَ لاَ إِلَى ) صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ (إِنَّمَا) يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ ( وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ) وَ أَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa dan harta kalian. Akan tetapi sesunguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati kalian (Nabi Shalalllahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke dadanya) dan dia melihat pula kepada amal kalian.
Dalam Hadits yang lain Rasulullah saw menyatakan bahwa pada tubuh kita ada segumpal daging, bila ia baik maka baiklah semuanya, bila ia buruk maka buruklah semuanya, dia adalah hati (qalbu).
Terang benderang bagi kita akan tetapi ghaib bagi orang lain, hanya kita yang tahu bagaimana kondisi qalbu ini, ikhlas kah?, iri kah?, tawaddu kah?, ujub kah?, dll, dll. Kuncinya adalah bila ternyata dia buruk maka tidak ada amalan yang dapat kita harapkan dapat membantu kita nanti. Bagaimana menjaga agar dia tetap terjaga kebaikannya, konon hanya zikirlah  yang dapat menjadi stabilizernya.
2.       Yang Pertama Ditanya.
Pertanyaan pertama yang akan disampaikan saat kita di alam kubur adalah “Man Rabbuka” atau “Siapa Tuhanmu”. Saat itu mulut sudah bebas tugas, dia tidak lagi menjadi juru bicara, semua anggota tubuh kita akan menjawab pertanyaan tersebut. Sampai disini dapat kita bayangkan apa yang akan dijawab oleh kaki bila jarang ke masjid atau ke pengajian, apa yang dijawab oleh tangan bila sehari-hari mengetik berita bohong, apa yang akan dijawab oleh kepala bila yang difikirkan selalu saja diri sendiri, demikianlah bilamana dalam keseharian kita tidak menyertakan Allah Ta’ala dalam setiap kegiatan/aktifitas kita, maka kita sangat layak untuk khawatir. Gagal pada pertanyaan pertama ini menggugurkan pertanyaan selanjutnya, karena bukan pertanyaan kedua yang akan diterima melainkan azab kubur sampai kiamat tiba.

3.       Yang pertama Ditimbang.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”
Ini adalah hal terkadang kita sepelekan saat hidup didunia, ternyata sholat adalah penentu dari diterima atau tidaknya amal shalih kita semasa didunia. Tentunya yang dimaksud “baik shalatnya” tersebut bukan hanya sekedar sholat, tentunya kita harusnya khawatir apakah sholat kita sudah baik? Tentunya kita harusnya khawatir apakah sholat kita sudah benar? Bukankah ia jadi penentu tentang diarahkan kemana kita nantinya?

Demikian saudara dan sahabatku tercinta semoga bermanfaat bagi kita semua dan mari kita khawatiri 3 hal “Yang Pertama” tersebut.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT 


Wednesday, January 16, 2019

Sholat dan Mobil (prayer and car)


Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim…

Sholat dan Mobil

Long-time no see, semoga kita semua selalu dalam lindungan dan curahan kasih sayang Allah Ta’ala, aamiinn…

Beberapa hari ini terlintas kembali fikiran tentang betapa pentingnya sholat, terutama bila mengingat bahwa sholat adalah hal pertama yang ditimbang saat Yaumil Hisab nanti. Fikiran ini selalu muncul terutama bila mengingat Hadist Rasulullah saw yang berbunyi ;

فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Ausath, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1358 karena banyak jalannya)

Beberapa tulisan pernah terlontar tentang ini, baik di blog ini maupun dalam bentuk pesan pribadi (private message) ke sahabat, teman atau keluarga. Namun belakangan ini sebuah analogy muncul dikepala, dicoba untuk direnungkan dan dibayangkan hasilnya bila diungkap, karena rasa rendah diri dan rendah ilmu itu selalu saja ada bila ingin berbagi nasihat, namun terlalu kuat desakan untuk mengungkapnya, hingga marilah kita nikmati bersama.

Setelah berbicara dengan banyak orang, termasuk teman, sahabat, keluarga dan lainnya, sebuah hipotesa unik muncul tentang sholat, bahwa hampir sebagian besar kita dan pasti termasuk saya sendiri selama ini mengerjakan sholat seperti mengendarai mobil. Kenapa demikian?.

Banyak diantara kita bisa mengendarai mobil, ada yang belajarnya dengan mobil orang tua, mobil teman atau belajar lewat kursus mengendarai mobil. Setelah bisa mengendarai dan lingkungan memvalidasi kemampuan kita membawa mobil, maka jadilah kita seorang yang bisa mengendarai mobil. 
Pada titik ini, kita terbagi dengan :
1.       Mempunyai SIM (Surat Izin Mengemudi)
2.       Tidak mempunyai SIM

Anggap saja kita sudah memiliki SIM dan sudah puluhan tahun mengendarai mobil, lalu coba kita bayangkan apakah selama ini kita sudah mengendarai mobil dengan BENAR? Mari kita coba perhatikan orang yang mengendarai mobil saat ini, boleh juga kita perhatikan cara kita sendiri mengendarai mobil, apakah sudah benar? Apakah sudah mengikuti ATURAN dan ETIKA dijalan raya? Ternyata untuk menjadi BENAR harus ada ATURAN yang dipatuhi (rukun) dan ETIKA yang juga sebaiknya dipakai (adab).

Kita ambil contoh sebagai berikut :
1.       Bahwa aturan bila di pertigaan, semua kendaraan harus STOP terlebih dahulu, memastikan bahwa tidak ada kendaraan lain melintas dari kiri atau kanan, barulah boleh berbelok. Mungkin kita sering lihat bagaimana kendaraan berbelok tanpa melihat kiri kanan, yang seringkali membuat kita melakukan REM mendadak.
2.       Bahwa lampu jalan harus ditaati, tidak perduli dalam keadaan kosong (tidak ada kendaraan) sekalipun. Sering kita lihat saat lampu menyala merah dan melihat tidak ada kendaraan lain, kendaraan yang seharusnya berhenti melenggang begitu saja.
3.       Bagaimana dengan yellow disjunction box di perempatan, bagaimana bila lampu menyala hijau tapi didepan kita macet, apakah pantas kita membunyikan klakson saat terjadi kemacetan, apa yang dilakukan bila kita ingin mendahului kendaraan didepan, bagaimana aturan berhenti dipinggir jalan, dan seterusnya dan seterusnya.

Contoh-contoh diatas sempat membuat saya merenung, bahwa ternyata untuk mengendarai mobil ternyata tidak cukup dengan bisa mengendarai saja, tetapi harus dapat mengendarai dengan benar.

Lalu apa hubungannya dengan sholat!!, disinilah sebuah analogy terbentuk, sebuah kesadaran diri tertumpah dan menyatakan bahwa betapa selama ini telah lalai akan sholat yang BENAR, betapa selama ini hanya sampai sebatas BISA saja, …astaghfirullah…tsumma astaghfirullah.

Kekhawatiran akan sholat yang benar ini akhirnya mengajak diri untuk menelisik tentang bagaimanakah sholat yang benar, lalu dicobalah dengan segala keterbatasan yang ada (terutama ilmu) untuk membedahnya, semoga Allah ridho..aamiinn

1.       Wudhu
Hukum wudhu dilansir dalam QS Al-Maidah ayat 6, dimulai dengan membasuh muka terus sampai membasuh kaki tanpa membasuh telinga. Disini kita dapat rujukan bahwa membasuh, telapak tangan, hidung dan telinga adalah Sunnah. Kemudian ayat tersebut mengajarkan cara tayammum cukup dengan membasuh muka dan tangan. Karena ayat inilah maka bagi yang mengamalkan Manhaj Imam Syafei ra, niat wudhu harus dilakukan saat membasuh muka, Fiqh Syafei menyebutkan bahwa niat wudhu yang dilakukan sebelum atau setelah membasuh muka hukumnya tidak sah, sehingga wudhunya pun tidak sah!.
Apakah wudhu kita sudah benar? Ingat sah tidaknya wudhu menyangkut sah tidaknya sholat.

2.       Qalbu
Saya tidak akan mengangkat soal rukun sholat yang 13, karena pasti semua sudah paham, selanjutnya adalah Qalbu sebagimana Hadits Rasulullah saw;
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى( أَجْسَادِكُمْ وَ لاَ إِلَى ) صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ (إِنَّمَا) يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ ( وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ) وَ أَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa dan harta kalian. Akan tetapi sesunguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati kalian (Nabi Shalalllahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke dadanya) dan dia melihat pula kepada amal kalian”.
Ini masalah adab dalam sholat, apakah hati kita juga sholat? Ada banyak cara untuk melakukan ini silahkan cari guru atau ustadz agar dapat belajar sholat dengan hati.

3.       Al-Fatehah
Termasuk rukun sholat yang berupa lafaz dan didawamkan, ternyata tidak banyak yang tahu bahwa ada 14 sabdu/tasydid dalam Al-Fatehah yang tidak boleh tertinggal karena menyangkut sah dan tidaknya Al-Fatehah (dari Imam Nawawi Al Bantani, atau silahkan tanya Mbah Google ternyata banyak sumber lain juga).
Apakah Al-Fatehah kita sudah benar?

4.       Tuma’nina
Termasuk Rukun sholat, dalam artian sesungguhnya adalah berhenti sebentar, artian luasnya berhenti sebentar dan tetap dalam urutannya/tartill.
Sepertinya ini juga termasuk yang sering kita abaikan, para masyaikh mengajarkan bahwa tuma’nina dilakukan untuk mengambil nafas (inhale) dan saat melafazkan takbir untuk gerakan berikutnya kita melepaskan nafas (exhale) sambil bertakbir.
Apakah kita sudah benar?

5.       Doa khusus dalam sholat.
Banyak yang ragu antara boleh dan tidak, Rasulullah saw menyatakan untuk perbanyaklah mengagungkan Allah saat ruku’ dan perbanyaklah do’a saat sujud dan dalam beberapa hadits Rasulullah saw juga berdoa saat tasyahud akhir.
Kalau ini pasti sudah benar semua.

6.       Tasyahud Awal
Banyak versi padahal ini adalah rukun, tasyahud awal dimulai dengan Attahiyattu….. diakhiri dengan shalawat nabi, masalahnya adalah dimana berhentinya lafaz shalawat, sebagian berkata bahwa shalawat hanya “Allahuma shalli ala Sayyidina Muhammad” dan sebagian melanjutkan dengan “wa ala alii Sayyidina Muhammad” dengan dasar hadits “termasuk orang bakhil bagi yang bersalawat kepadaku tanpa bersalawat pada keluargaku”
Inipun pasti sudah benar semua, karena semua pilihan benar, termasuk bagi yang memakai Sayyidina atau yang tidak.

Demikian mungkin masih banyak lagi yang lain. Kenapa saya selalu khawatir tentang sholat?, karena cerminan akhlak kita adalah sholat, yang menjaga kita dari maksiat juga sholat (Al-Ankabut 45), mungkin lebih jelas pada tulisan tentang sholat sebelumnya. Tulisan ini merupakan tulisan ketiga tentang Sholat yang mengajak kita semua untuk tidak sekedar BISA sholat.

Tulisan ini dimaksudkan bagi diri saya sendiri dan juga bagi yang membaca, mari kita sama-sama memperbaiki diri kita, saling memberi tahu dan mengingatkan dalam kebaikan, karena saya juga masih terus  belajar dan berupaya untuk menjadi manusia yang lebih baik

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT


Thursday, December 27, 2018

3 orang ..oohh 3 orang ( 3 people .. oohh 3 people)

Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim..

Teringat cerita tentang 3 orang ini, kemudian dicarilah agar dapat berbagi, semoga bermanfaat dan semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah ta'aala, satu-satunya tempat bergantung dan tempat memohon pertolongan


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya Allah yang Maha tinggi dan Maha suci akan turun kepada hamba pada Hari Kiamat untuk memberikan keputusan di antara mereka. Dan setiap umat dalam kondisi berlutut. 

Kemudian orang yang pertama kali dipanggil adalah orang yang menghafal Al-Quran (Al-Qari), orang yang jihad di jalan Allah, dan orang yang banyak harta. Maka Allah berkata kepada sang qari` (orang yang bisa dan paham Al-Quran), ‘Tidakkah Kuajarkan kepadamu apa yang saya turunkan kepada Rasul -Ku?’ Dia menjawab, ‘Benar wahai Tuhanku’. Allah berkata lagi, ‘Apa yang kamu perbuat terhadap apa yang sudah kamu ketahui itu?’ Dia menjawab, ‘Saya menjalankannya sepanjang malam dan sepanjang siang.’ Maka Allah berkata, ‘Kamu telah berdusta’. Dan para Malaikat berkata kepadanya, ‘Kamu telah berdusta.’ Kemudian Allah berkata kepadanya, ‘Justru kamu melakukan hal itu dengan maksud agar dikatakan: Si fulan adalah qari`’. Dan hal itu telah dikatakan kepadamu.’

Kemudian didatangkan orang yang mempunyai banyak harta. Allah berkata kepadanya, ‘Tidakkah sudah Kulimpahkan harta kepadamu hingga kamu tidak membutuhkan siapa pun?’ Orang itu menjawab, ‘Benar wahai Rabbku.’ Allah bertanya lagi, ‘Apa yang kamu kerjakan terhadap harta yang Kuberikan kepadamu itu?’’ Dia menjawab, ‘Saya menggunakannya untuk menyambung silaturrahmi dan bersedekah.’ Allah berkata kepadanya, ‘Kamu telah berdusta.’ Para Malaikat juga berkata kepadanya, ‘Kamu telah berdusta.’ Kemudian Allah berkata, ‘Justru kamu melakukan itu dengan maksud agar dikatakan: Si Fulan adalah lelaki yang dermawan.’ Dan hal itu sudah dikatakan kepadamu.

Kemudian didatangkan orang yang terbunuh di jalan Allah. Maka Allah berkata, ‘Dalam rangka apa kamu terbunuh?’ Dia menjawab, ‘Saya diperintah berjihad di jalan Engkau. Maka saya berperang hingga terbunuh.’ Allah berkata kepadanya, ‘Kamu telah berdusta.’ Para Malaikat juga berkata kepadanya, ‘Kamu telah berdusta.’ Allah berkata, ‘Justru kamu melakukan itu agar dikatakan kepadamu: Si Fulan adalah pemberani. Dan hal itu telah dikatakan kepadamu.’

Kemudian Rasulullah saw menepuk kedua lututku sambil berkata, “Wahai Abu Hurairah! Ketiga golongan itu adalah makhluk yang pertama kali neraka dinyalakan untuk mereka pada Hari Kiamat.” (H.R. At-Tirmidzi dalam sunannya).

Al-Quranul Karim, Surat Hud ayat 15-16:
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”

Allahu'alam bissawab
Barakallahu liwalakum
Wass
ACT

Wednesday, December 26, 2018

Sholat Jenazah (corpse prayer)


Assalamualaikum wr wb

Saudara dan Sahabatku..

Disenja usia ini, hampir tiap hari ada berita tentang kematian, entah itu tetangga, teman, temannya teman, sanak saudara dan lainnya.  Tiba-tiba terlintas difikiran, apakah kita semua (terutama yang laki-laki) sudah faham tentang pengurusan jenazah? Teringat pengalaman suatu hari saat melayat dan akan menshalatkan jenazah, tidak ada yang maju untuk menjadi Imam Shalat, termasuk Imam Masjid dan Pengurus Masjid lainnya, kenapa?

Jawabannya ternyata bahwa sudah ditentukan secara Syar’I mengenai yang berhak menjadi Imam Shalat Jenazah dengan urutan sebagai berikut :
1.       Ayah jenazah.
2.       Kakek, ayah dari ayahnya jenazah.
3.       Anak laki-laki jenazah.
4.       Cucu laki-laki dari anak laki-laki jenazah.
5.       Saudara kandung laki-laki jenazah.
6.       Saudara laki-laki yang seayah dengan jenazah.
7.       Keponakan berjenis kelamin laki-laki dari saudara laki-laki sekandung jenazah.
8.       Paman saudara yang sekandung dari ayah jenazah.
9.       Paman saudara yang seayah dengan jenazah.
10.   Keponakan berjenis kelamin laki-laki yang masih saudara dan sekandung dengan jenazah.
11.   Sepupu atau anak dari paman yang masih saudara kandung dengan jenazah.
12.   Sepupu yang merupakan anak dari paman yang seayah dengan jenazah.
13.   Tuan yang pernah memberikan kemerdekaan bagi si jenazah.
14.   Sultan maupun presiden.
15.   Kerabat berjenis kelamin laki-laki dan bukan menjadi ahli waris. Yang seperti ini didahulukan yang hubungan kekerabatannya lebih dekat dengan jenazah misalnya kakak ayah dari jenazah. Setelah itu cucu laki-laki dari anak perempuan jenazah.
16.   Suami jenazah.
17.   Selain saudara dan kerabat jenazah

Oleh karena itu, bilamana ingin orang lain yang menjadi Imam Shalat Jenazah, maka mereka yang berada pada urutan tersebutlah yang harus meminta kepada yang bersangkutan. Tanpa diminta, maka siapapun yang tidak termasuk dalam urutan tersebut akan merasa tidak berhak.

Selanjutnya bagaimanakah urutan shalat jenazah itu? (saya yakin semua sudah tahu, ini hanya mengingatkan), hendaknya jenazah sudah dimandikan dan dikafani, boleh saja belum dikafani tapi hukumnya Makruh.
1.       Wudhu
2.       Jama’ah, sebaiknya 3 saf dan tetap ganjil kalau lebih dari 3 saf
3.       Niat “Ushalli alaa  hadzal mayyiti (hadzihil mayyitati/perempuan) arba’a takbiratin fardhol kifaayati Imaaman (makmuman) lillahi ta’aala”
4.       Takbir Pertama, membaca Al Fatihah
5.       Takbir Kedua, membaca Shalawat Ibrahimiyyah atau Tasyahud Akhir
6.       Takbir Ketiga, membaca “Allahumaghfirlahu(ha) warhamhu(ha) wa’afihi wa’fuanhu(ha)
7.       Takbir Keempat, membaca “Allahuma laa tahrimna ajrahu(ha) wala taftinna ba’dahu(ha) waghfirlana wallahu(ha)
8.       Salam


Setelah salam adalah Do’a yang boleh saja dimintakan pada orang lain untuk memimpinnya.

Demikian semoga bermanfaat, terutama bagi saudara dan sahabatku yang laki-laki, karena kita tak pernah tahu dan bila ternyata tak ada satupun dari 16 orang diatas yang dapat menshalatkanku, maka sungguh suatu kehormatan dan kebahagian bila saudara dan sahabatlah yang meng Imami jenazahku.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT


Sunday, December 2, 2018

First Question (Fatal Answer) - bilingual


Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum wr wb

Pertanyaan Pertama.

Pagi ini sebuah diskusi berlangsung menarik didalam kepala, tanya jawab berlangsung dengan cepat yang ditutup dengan sebuah argumentasi yang indah tentang “Pertanyaan Pertama”

Wal awwalu sebenarnya datang dari sebuah statement saat bergurau bersama teman-teman lama beberapa waktu lalu. Bunyinya kira-kira adalah “Kita bertanggung jawab dan akan ditanya diakhirat atas siapa yang kita pilih saat Pilpres nanti”. Saat itu masing-masing membuat argument atas pernyataan tersebut dengan cara masing-masing pula, sehingga sampai pertemuan bubar tidak ada satu kesimpulan atas pernyataan tadi.

Pagi ini pernyataan tersebut muncul lagi dan gurauan mentari pagi ditambah sejuknya asap knalpot kendaraan membuat sebuah elegi tentang masa depan kita.

Saat maut menjemput, dimana Nafs tercerabut dari cangkangnya, melesatlah dia ke angkasa  bersama Ruh demi menjumpai Illahi Robbi (Ya Ayyuhan naftsun mutmainnah, irji’I ila Rabbiki…). Setelah melapor maka Nafs akan kembali ke bumi kemana sang jasad akan dikuburkan sementara Ruh kembali keharibaan Sang Pencipta (Dan di Lauhul Mahfuz terdapat sebuah pohon dimana para ruh berdiam bersama dengan kelompoknya).

Setelah jasad dikuburkan dan 70 langkah setelah pengantar terakhir pergi, kita akan kedatangan tamu (Malaikat Munkar dan Nakir) yang akan melakukan tugasnya menginterogasi dan menginterview kita, dimana saat itu mulut akan terdiam dan seluruh anggota tubuh akan menjawab pertanyaan tersebut.

Pertanyaan Pertama yang akan disampaikan adalah (ini bocoran nih)…..” Man Rabbuka..!!!” Siapa Tuhanmu..!!!. Terbayangkah oleh kita apa yang akan dijawab oleh seluruh anggota tubuh ini (bukan mulut yang menjawab), tentunya tidak ada lagi yang dapat ditutupi, semua terlontar lurus, jujur dan tanpa tedeng aling-aling. Pertanyaan ini berhubungan erat dengan apa yang selalu kita baca dan tunaikan setiap hari, yaitu SYAHADATAIN ditambah lagi dengan janji kita saat membaca Iftitah “Inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi Rabbil Alamin”.

Apakah kita akan gelagapan, gugup dan nervous? Tentu tidak, masing-masing kita akan menjawab dengan tegas dan lugas sebagaimana apa yang dijalani dalam kehidupan didunia. Sebagai ilustrasi, Imam Al Gazali menyitir dalam bukunya “ Al Ghurur/Manusia Tertipu” yang akan kita selaraskan dengan Pertanyaan pertama sebagai berikut;

1.       Abid (ahli Ibadah), dengan dengan lantang akan menjawab bahwa Tuhannya adalah “Ibadah” yang mungkin saat didunia dilakukannya karena/dengan “riya” atau “sum’ah”
2.       Ulama (Ahli Ilmu), akan mejawab pula bahwa Tuhannya adalah “Ilmu” yang dia kejar sedemikian rupa sehingga melupakan fitrahnya sebagai hamba dan mungkin dunia akan meninggikannya karena keilmuannya yang tak disadarinya bahwa itu sia-sia.
3.       Hartawan, akan mejawab Tuhannya adalah “Harta” yang dikejarnya siang malam, kepala jadi kaki dan kaki jadi kepala, begitu bangga dia dengan pancapaian dunianya tanpa disadari bahwa eksistensi Tuhan pada dirinya telah bergeser jauh.
4.       Penguasa (Pejabat), akan menjawab Tuhannya adalah “Kekuasaan” dimana dia akan mengejarnya dengan segala macam cara, halal haram hantam, jual semua yang ada, baik aqidah bahkan agama dijadikan senjata demi mencapai kekuasaan yang dikejarnya. Innalillahi…

Iustrasi diatas tentunya hanya untuk mereka yang tertipu bukan untuk mereka yang dalam hidupnya menempatkan Allah swt diatas segalanya, diatas ibadah, ilmu, harta, kekuasaan bahkan diri sendiri (ego).

Demikan ternyata bukan “siapa yang kita pilih saat pilpres” yang harus kita khawatirkan, justru Pertanyaan Pertama ini yang seyogyanya membuat kita cemas dan panas dingin. Semua jawaban pada ilustrasi diatas diatas akan dijawab oleh Malaikat dengan teriakan “WRONG ANSWER BRO” dan cerita selanjutnya tidak layak untuk dijadikan bahan bacaan karena mengandung kekerasan.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT


Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...