Wednesday, July 10, 2019

Ampuni kami


Ampuni Kami
(Al Fatihah)

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Bismillahirrahmanirrahim
Namun tetap saja bercokol angkuhnya hati
Merasa hebat sendiri
Merasa keadaan adalah hasil upaya diri
Lupa bahwa Engkau adalah asbabul asbab

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca alhamdulillahirrabbil ‘alamin
Namun tetap saja menghambur puja dan puji
Pada manusia dan bentuk-bentuk ciptaan lainnya
Lupa bahwa hanya padaMu lah selayaknya segala puja puji

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Arrahmaanirrahim
Namun hati kami berselimutkan benci
Yang mencetuskan segala sindiran dan caci maki
Lupa bahwa kasih sayangMu selalu menyirami

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Malikiyaumiddin
Namun tak terlihat pada sikap kami sehari-hari
Tak ingat kami bahwa esok akan mati
Lupa bahwa menghadapMu adalah ujung hari

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Iyyakana’buduwa Iyyakanasyta’in
Namun kenyataan begitu banyak yang menundukkan kami
Begitu banyak pula permintaan tolong pada ciptaanMu
Lupa bahwa hanya Engkau yang patut atas itu semua

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Ihdinashshiratal Mustaqim
Namun selalu saja kami mencari jalan sendiri
Merasa tahu merasa paling benar merasa pintar
Lupa bahwa Shiratal Mustaqim itu ada dalam genggamanMu

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Shiratalladzina an’amta alaihim
Namun bukan jalan yang Engkau beri ni’mat yang kami tempuh
Warna warni dunia menutupi jalan yang Kau tunjukki itu
Lupa bahwa hanya yang Engkau ridhoi yg dapat melihatnya

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Ghairil maghdu bi’alaihim waladldloollin
Namun jalan sesat inilah yang selalu terlihat
Sarat dengan warna warni dunia dan tipuannya
Lupa bahwa inilah lawan kami yang sesungguhnya

Ampuni kami Ya Allah
Setiap hari kami membaca Allahu Akbar
Namun tak nampak sikap kami yang mengakbarkanMu
Yang kami akbarkan justru ciptaan dan bentuk-bentuk dunia
Lupa bahwa dengan Akbar Mu semua tiada

Allahuma Ya Allah
Ampuni kami semua.

------- ilalang -------

Monday, July 8, 2019

Toleransi

Bismillahirrahmanirrahim…

Toleransi

Ada sebuah cerita tentang anak saya yang bersekolah di negeri orang, umurnya saat itu barulah 15 tahun. Berbagai pertanyaan dari sahabat dan kolega mengarah ke saya soal kenapa anak sekecil itu dibiarkan bersekolah jauh dari orang tua. Sulit memang menjawabnya, terlebih dia anak tunggal, akan tetapi nawaitu untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya melandasi hal itu, lalu didasari pula oleh kenyataan bahwa ibadahnya jauh lebih baik dari saya pada saat usia yang sama.

Bersekolah di negeri orang ternyata membuat kita sebagai orang tua harus berfikir extra, awalnya kita survey ke sebuah dormitory dalam rangka mencari tempat tinggal, setelah melihat bahwa dari 600 warganya hanya dia sendiri yang muslim, kami mundur. Setelah mendapat sekolah dan homestay ada lagi masalah, dimana dia akan sholat dan bagaimana dengan sholat jumat? Kedua hal ini sudah menjadi pertanyaan anak saya sejak awal.

Setelah bicara dengan para guru dan mendapat keyakinan bahwa dia akan diizinkan untuk melaksanakan sholat disekolah, barulah kami tenang dan dapat meninggalkannya disana. Begitulah akhirnya dia mulai bersekolah ditempat baru, teman baru, guru baru dan semua baru. Semua baik-baik saja sampai akhirnya dia mengabarkan pada ibunya bahwa setiap jumat dia selalu terlambat masuk kelas siang karena harus sholat jumat dan terburu-buru makan siang. Miris memang, tapi kita tidak mempunyai solusi apapun, kita menganggap itulah resiko yang harus dihadapi, jalani saja.

Tahun kedua bersekolah, kami menyempatkan diri bertemu dengan guru-gurunya, setelah ngobrol panjang lebar soal sekolah akhirnya sampailah pertanyaan tentang ibadah. Cukup mengejutkan jawaban dari wali kelasnya dan saya ragu apakah disini kita akan mendapat perlakuan yang sama, jawaban itu adalah :
1.       Anak saya mempunyai tempat sholat di perpustakaan/library
2.       Jam pelajaran hari jumat diundur satu jam agar anak saya tidak terlambat masuk kedalam kelas.

Luar biasa bukan? Hanya karena satu orang, sekolah mengambil kebijaksanaan untuk memundurkan jam pelajaran. Subhanallah…. Kami sendiri tidak habis fikir, kenapa jadi seperti itu, sungguh Allah Maha Mengetahui.

Suatu hari saat bertelepon dengan ibunya, masa itu sedang ramai demo religi di tanah air dan ibunya bertanya bagaimana tanggapannya (karena ternyata dia mengikuti berita tanah air juga). Sebuah jawaban sederhana meluncur dari mulutnya : “mereka begitu karena tidak pernah merasakan menjadi minoritas bu”. Sebuah jawaban yang menohok dari seorang anak bangsa.

Semoga bermanfaat

------- ilalang -------

Keinginan

Bismillahirrahmanirrahim....
Keinginan
Keinginan, apakah keinginan itu? Keinginan adalah hasrat akan sesuatu, yang dalam perjalanannya akan mendapat dorongan dari nafs.
Keinginan tidaklah selalu tidak baik, seringkali dia berupa suatu hasrat untuk berbuat kebaikan. Disisi ini peran nafs sangatlah penting. Nafs yg tidak terjaga akan membuat keinginan itu bercampur dengan penyakit hati lainnya, sehingga bisa jadi apa yang semula adalah keinginan berbuat baik dengan cepat berubah menjadi ujub, riya, sum'ah atau takabur.
Bagaimana merasakannya? Cukup rasakan gerak-gerik hati, manakala dia meronta-ronta bahkan menutupi akal budi, waspadalah... Nafs sedang berjuang untuk menyesatkan kita. Jadi apabila niat baik saja bisa dengan mudah dibelokkan oleh nafs, apalagi untuk niat yang tidak baik.
Lalu bagaimana menjaganya? Tidaklah cukup ternyata ilmu pengetahuan yang kita miliki untuk mewaspadai gerakan ini, dia teramat halus dan perlahan, sampai terkadang kita sendiri tak menyadari kalau sudah terbuai oleh kelicikannnya.
Para masyaikh menyadarkan kita, tentang mengapa Alquran begitu rupa memerintahkan kita untuk berzikir. Ternyata inilah salah satu fadlilahnya, zikirlah yg dapat menghancurkan gerakan-gerakan nafs yg melenceng tersebut. Zikir membuat kita senantiasa terhubung dengan Dzat Yang Membolak-balikkan hati, sehingga terjaga dari licinnya kesesatan.
Demikian saudara dan sahabatku, semoga bermanfaat. 
Allahu'alam bissawab

------- ilalang -------

Sunday, July 7, 2019

Mengapa kita mengeluh

Bismillahirrahmanirrahim..

Mengapa kita mengeluh

Al Quran juz 29, surah Al Ma’arij, ayat 19-21 :
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا {19}
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا {20}
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا {21}
dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,

Demikianlah gambaran tentang 2 sifat buruk manusia dalam Al-Quran, ayat selanjutnya dalam Surat Al Maarij tersebut membahas tentang bagaimana mengobatinya, antara lain sholat, sadaqah, dll, dll.
Namun yang akan kita bahas saat ini adalah mengapanya dan bukan karena masalah penciptaan, akan tetapi mengapa kita tidak berusaha lari dan menghindar atau melawan sifat buruk tersebut. Hal ini akan berkaitan langsung dengan sholat misalnya, dimana sholat itu sendiri fadlilahnya menjauhkan kita dari dari sifat keji dan munkar (Al Ankabut : 45). Artinya manakala seseorang sholat, tentunya tidak ada lagi yang namanya keluh kesah dan kikir. Kita awam seringkali lupa tentang bahwa sholat yang bagaimana yang membawa fadlilah tersebut?. Karena ternyata sangat jarang saat ini yang mengajarkan kita bagaimana sholat yang benar atau bila dibalik ternyata kita tak pernah peduli tentang sholat yang benar.
Kembali pada keluh kesah, ada unsur syahwat disana, ada nafs yang tidak bisa menerima kenyataan dan bila lebih tajam lagi bisa kita sebut tidak bisa menerima Sunatullah. Kenapa demikian, kenyataan yang berbeda dengan harapan melukai nafs, sehingga melahirkan syahwat pembangkangan yang kemudian dimodifikasi oleh lisan menjadi keluh kesah. Kesan yang dibawa seolah biasa saja, tetapi inilah sesungguhnya pembangkangan yang membungkus nifak, hati-hati. Keluh kesah kemudian dianggap menjadi hal biasa, lumrah saja padahal yang dibungkus adalah ego yang berkibar, ada kalimat : “ya sudah, memang sudah nasib”, itu bila kemasan positif. Kemudian ada : “gak bisa, seharusnya saya yang benar”, itu bila kemasan negative. Sesungguhnya keduanya sama saja, yang dibungkus oleh keluh kesah ini terkadang bukan hanya nifak, bisa jadi takabur atau ujub atau gabungan dari beberapa penyakit hati.
Pada keluh kesah yang extrim bahkan ada orang menyalahkan Tuhan, lalu memangnya dia siapa?, seakan-akan dia lebih tahu dari Allah Ta’ala tentang apa yang seharusnya. Duh, ternyata kita masih harus belajar banyak lagi tentang Allah Ta’ala, sifat-sifatNya dan nama-namaNya.
Allahu’alam bissawab
------- Ilalang -------

Thariq bin Ziyad

THARIQ BIN ZIYAD (Penakluk Andalusia)

Pada bulan Juli 710 M, berangkatlah empat kapal laut yang membawa 500 orang pasukan terbaik umat Islam. Pasukan ini bertugas mempelajari bagaimana medan perang Andalusia, mereka sama sekali tidak melakukan kontak senjata dengan orang-orang Eropa. Setelah persiapan dirasa cukup dan kepastian kabar telah didapatkan, Thariq bin Ziyad membawa serta 7.000 pasukan lainnya melintasi lautan menuju Andalusia.
Mendengar kedatangan kaum muslimin, Roderick yang tengah sibuk menghadapi pemberontak-pemberontak kecil diwilayahnya langsung mengalihkan perhatiannya kepada pasukan kaum muslimin. Ia kembali ke ibu kota Andalusia kala itu, Toledo, untuk mempersiapkan pasukannya menghadang serangan kaum muslimin. Roderick bersama 100.000 pasukan yang dibekali dengan peralatan perang lengkap segera berangkat ke Selatan menyambut kedatangan pasukan Thariq bin Ziyad.
Ketika Thariq bin Ziyad mengetahui bahwa Roderick membawa pasukan yang begitu besar, ia segera menghubungi Musa bin Nushair untuk meminta bantuan. Dikirimlah pasukan tambahan yang jumlahnya hanya 5.000 orang.
Akhirnya pada 28 Ramadhan 92 H bertepatan dengan 18 Juli 711 M, bertemulah dua pasukan yang tidak berimbang ini di Medina Sidonia. Perang yang dahsyat pun berkecamuk selama delapan hari. Kaum muslimin dengan jumlahnya yang kecil tetap bertahan kokoh menghadapi hantaman orang-orang Visigoth pimpinan Roderick. Keimanan dan janji kemenangan atau syahid di jalan Allah telah memantapkan kaki-kaki mereka dan menyirnakan rasa takut dari dada-dada mereka. Di hari kedelapan, Allah pun memenangkan umat Islam atas bangsa Visigoth dan berakhirlah kekuasaan Roderick di tanah Andalusia.
Setelah perang besar yang dikenal dengan Perang Sidonia ini, pasukan muslim dengan mudah menaklukkan sisa-sisa wilayah Andalusia lainnya. Musa bin Nushair bersama Thariq bin Ziyad berhasil membawa pasukannya hingga ke perbatasan di Selatan Andalusia.
Bagi bangsa Eropa, tentu saja kedatangan Islam melalui Thariq bin Ziyad membawa dampak besar terhadap perkembangan peradaban mereka, sebagaimana tergambar pada kemajuan Kota Cordoba. Ini adalah awal kebangkitan modern dan terbitnya matahari yang menerangi kegelapan benua Eropa. Kediktatoran dan hukum rimba berganti dengan norma-norma humanis yang membawa kedamaian.
Jasa-jasa Thariq dan kepahlawanannya diabadikan dengan nama selat yang memisahkan Maroko dan Spanyol dengan nama Selat Gibraltar. Gibraltar adalah kata dalam bahasa Spanyol yang diartikan dalam bahasa Arab sebagai Jabal Thariq atau dalam bahasa Indonesia Bukit Thariq.
(dari berbagai sumber)

Allahu'alam bissawab

------- ilalang -------

Saladin (Salahuddin Al Ayyubi)

Salahuddin Al-Ayyubi (Saladin)
Lahir dengan nama Yusuf bin Najmuddin al-Ayyub al-Kurdi adalah seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dari Tikrit (daerah utara Irak saat ini). Lahir pada tahun 1138 di Tikrit, Irak. Ia mendirikan Dinasti Ayyubiyyah di Mesir, Suriah, sebagian Yaman, Irak, Mekkah Hejaz dan Diyar Bakr.
Masa kecilnya bertubuh kurus dan sakit-sakitan sehingga ayahnya pesimis dengan masa depannya, sampai ada teman dari ayahnya berkata : “janganlah berkecil hati dengan anakmu, tiada yang tahu kalau besar nanti dia akan menjadi orang hebat”.
Dibesarkan di Mosul bersama keluarga Penguasa Imaduddin Az-Zanki dan dekat dengan pamannya seorang panglima bernama Assaduddin Syirkuh membentuk jiwa ksatria pada Salahuddin, sampai akhirnya diangkat menjadi Wazir (Menteri) yang memerintah di Mesir. Gebrakannya dalam memerintah terutama dunia pendidikan sangat luar biasa, masa ini dikenang sebagai masa menjamurnya madrasah-madrasah di Mesir sampai berdirinya Universitas Al-Azhar yang terkenal.
Ia lebih dikenal dengan nama julukannya yaitu, Salahuddin Ayyubi/Saladin/Salah ad-Din (Bahasa Arab: صلاح الدين الأيوبي, Kurdi: صلاح الدین ایوبی). Salahuddin terkenal di dunia Muslim dan Kristen karena kepemimpinan, kekuatan militer dan sifatnya yang ksatria dan pengampun pada saat ia berperang melawan tentara salib. Sultan Salahuddin Al Ayyubi juga adalah seorang ulama. Ia memberikan catatan kecil dan berbagai macam penjelasan dalam kitab hadits Abu Dawud.
Saat panggilan untuk membebaskan Palestina bergaung dikepalanya, berangkatlah Salahuddin bersama pasukannya yang hanya berjumlah 10.000 orang dari Mesir menuju Palestina dengan melalui Damaskus (disana Salahuddin dikukuhkan menjadi Sultan). Sepanjang perjalanan, Salahuddin mengetuk setiap pintu rumah yang dilewati dan bertanya : “apakah disini ada anak lelaki yang sudah cukup umur?”, bila dijawab “ada”, maka Salahuddin akan berkata : “Bila Ibu ingin anakmu masuk surga, izinkan dia ikut bersamaku”. Demikianlah, pasukan itu terus bertambah sampai 20.000 orang dan saat tiba dilembah Hathin (Hittin) pasukan tersebut telah mencapai 63.000 orang.
Perang Hathin (Hittin) berlangsung berbulan-bulan dan secara elegan Pasukan Salahuddin berhasil memasuki kota Palestina dan membebaskannya dari Pasukan Salib (cerita ini telah diangkat ke layar lebar dengan judul “Kingdom of Heaven”).
Salahuddin membebaskan sisa pasukan salib untuk keluar dari Palestina dipimpin oleh Balian Baron of Ibelin dan dikawal sampai ke pelabuhan dengan aman dan damai. Hal ini mengherankan Balian karena saat pasukan salib berhasil memasuki palestina 88 tahun sebelumnya, banjir darah bagaikan anak sungai mengalir disana yang merupakan darah Muslim dan Yahudi. Sebuah percakapan terekam dalam sejarah saat Balian bertanya : “mengapa engkau membebaskan kami, sementara saat pasukan salib memasuki Palestina semua orang Islam dan Yahudi dibunuh?”. Salahudin tersenyum dan menjawab : “karena aku Salahuddin”.
Pada suatu ketika Richard The Lion Heart yang mencoba merebut kembali Palestina memutuskan untuk memimpin sendiri perang terhadap pasukan Muslim. Kala itu ia memimpin kavaleri tombak, pasukan berkuda elit pasukan Salib. Menghadapi pasukan Muslim Richard benar-benar sangat maksimal, hingga akhirnya nampak sekali jika ia kelelahan. Bahkan kudanya sendiri seperti sudah tidak bisa dipaksa untuk bermanuver. Hal ini pun kemudian diketahui oleh Salahuddin. Alih-alih membunuh si Raja Inggris, Salahuddin justru menyuruh pasukan berkudanya untuk menyerahkan dua ekor kuda yang masih segar kepada Richard. Sang pemimpin pasukan salib ini pun kagum bukan main dengan sikap ksatria Salahuddin.
Saat Raja Richard sakit parah percaya tidak percaya, Salahuddin justru mengirimkan dokter terbaik untuk menyembuhkan Richard. Raja Inggris yang saat itu memang butuh sekali pengobatan merasa kagum luar biasa dengan itikad baik Salahuddin ini. Tak hanya dokter, menurut beberapa riwayat Salahuddin juga membawakan buah dan juga es untuk membantu menyembuhkan sang raja. Begitulah kira-kira sepenggal cerita persahabatan dalam permusuhan yang terjalin dalam Perang Salib.
Sampai suatu hari seorang utusan dari Damaskus datang menghadap kepada Khalifah Abbasiyah di Baghdad, saat diterima Khalifah dia menyampaikan bahwa Sang Panglima Besar Sultan Salahuddin Al Ayyubi telah berpulang pada tanggal 4 Maret 1193. Sesuai wasiatnya utusan tersebut menyampaikan bahwa Sultan tidak meninggalkan warisan apapun kecuali 3 barang yang harus diserahkan kepada Khalifah, yaitu : sebatang Pedang, sebuah pelana kuda dan satu kotak kecil. Ketika Khalifah membuka kotak tersebut ternyata isinya adalah uang 1 dinar 47 dirham. Subhanallah…. berlinang airmata Khalifah, seorang Sultan dan Panglima Besar yang menguasai separuh benua Asia dan separuh benua Afrika ternyata tidak memiliki apa-apa sebagai warisannya.
Salah satu wasiatnya kepada putra2nya adalah : “berlaku ariflah kalian kepada manusia, karena Allah itu Maha Pengampun dan ampunannya bergantung pada manusia yang kau sakiti”.
Selamat jalan Panglima, engkau yang dikagumi kawan dan dihormati lawan, contoh perjuangan dengan akhlak yang luar biasa menjadi suri tauladan bagi kami semua. Yaa Rabbana … sucikan ruhnya, keluarga dan keturunannya… aamiinn…
Salahuddin Al Ayyubi menambah daftar Panglima Perang Islam bukan Arab setelah Musanna bin Harisah dari Bahrain dan Thariq bin Diyat dari Aljazair. 700 tahun setelah kematiannya Kaisar Jerman mengirimkan batu granit sebagai sarkofagus untuk memperindah makam Salahuddin, tapi sarkofagus tersebut akhirnya hanya diletakkan diluar makam karena wasiat Salahuddin yang tidak memperkenankan apapun menyentuh tubuhnya setelah kematiannya.
Allahu’alam bissawab
------- ilalang -------

Monday, January 21, 2019

Yang Pertama (the first)


Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim

Yang Pertama

Saudara dan sahabat, semoga Allah Ta’ala senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah, inayah serta kasih sayangNya pada kita semua, aamiinn…

Pernahkah kita berfikir tentang apa yang kita khawatiri dalam hidup ini, kemiskinan? Popularitas? Atau lainnya? Pernahkah kita membayangkan, terutama setelah berada di usia senja, bahwa ternyata semua yang berbau keduniawian itu tidaklah terlalu mengkhawatirkan, toh kita semua melaluinya dengan cara masing-masing dan ternyata kita baik-baik saja.

Sudah sangat sering saudara dan sahabat mengingatkan bahwa dunia ini hanya sementara, sudah cukup banyakkah bekal kita untuk beranjangsana ke tempat abadi kita? Tentunya kita termasuk orang yang beruntung karena banyak yang mengingatkan tentang Akhirat Resort tersebut.

Sampai suatu hari saya merenung, benarkah semua amalan baik tersebut dapat membantu kita, apakah cukup dengan berbuat baik saja maka kita akan termasuk orang yang selamat?.

Hasil yang didapat dari merenung tersebut ternyata berupa “key point” tentang semua yang pertama, sebelum melangkah ke stage selanjutnya. Mari kita coba untuk mengulasnya sebagai berikut;

1.       Yang Pertama Dilihat.
Sebagaimana Hadits Rasulullah saw :
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى( أَجْسَادِكُمْ وَ لاَ إِلَى ) صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ (إِنَّمَا) يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ ( وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ) وَ أَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa dan harta kalian. Akan tetapi sesunguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati kalian (Nabi Shalalllahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke dadanya) dan dia melihat pula kepada amal kalian.
Dalam Hadits yang lain Rasulullah saw menyatakan bahwa pada tubuh kita ada segumpal daging, bila ia baik maka baiklah semuanya, bila ia buruk maka buruklah semuanya, dia adalah hati (qalbu).
Terang benderang bagi kita akan tetapi ghaib bagi orang lain, hanya kita yang tahu bagaimana kondisi qalbu ini, ikhlas kah?, iri kah?, tawaddu kah?, ujub kah?, dll, dll. Kuncinya adalah bila ternyata dia buruk maka tidak ada amalan yang dapat kita harapkan dapat membantu kita nanti. Bagaimana menjaga agar dia tetap terjaga kebaikannya, konon hanya zikirlah  yang dapat menjadi stabilizernya.
2.       Yang Pertama Ditanya.
Pertanyaan pertama yang akan disampaikan saat kita di alam kubur adalah “Man Rabbuka” atau “Siapa Tuhanmu”. Saat itu mulut sudah bebas tugas, dia tidak lagi menjadi juru bicara, semua anggota tubuh kita akan menjawab pertanyaan tersebut. Sampai disini dapat kita bayangkan apa yang akan dijawab oleh kaki bila jarang ke masjid atau ke pengajian, apa yang dijawab oleh tangan bila sehari-hari mengetik berita bohong, apa yang akan dijawab oleh kepala bila yang difikirkan selalu saja diri sendiri, demikianlah bilamana dalam keseharian kita tidak menyertakan Allah Ta’ala dalam setiap kegiatan/aktifitas kita, maka kita sangat layak untuk khawatir. Gagal pada pertanyaan pertama ini menggugurkan pertanyaan selanjutnya, karena bukan pertanyaan kedua yang akan diterima melainkan azab kubur sampai kiamat tiba.

3.       Yang pertama Ditimbang.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”
Ini adalah hal terkadang kita sepelekan saat hidup didunia, ternyata sholat adalah penentu dari diterima atau tidaknya amal shalih kita semasa didunia. Tentunya yang dimaksud “baik shalatnya” tersebut bukan hanya sekedar sholat, tentunya kita harusnya khawatir apakah sholat kita sudah baik? Tentunya kita harusnya khawatir apakah sholat kita sudah benar? Bukankah ia jadi penentu tentang diarahkan kemana kita nantinya?

Demikian saudara dan sahabatku tercinta semoga bermanfaat bagi kita semua dan mari kita khawatiri 3 hal “Yang Pertama” tersebut.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT 


Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...