Doa
Adalah bagian yang tak terpisahkan dalam hidup
manusia, sebuah rangkaian kata-kata yang diluncurkan oleh lisan manusia
terutama saat dirinya berada pada keadaan penuh harap atau keadaan tak berdaya.
Doa dilepaskan oleh manusia sebagai pertanda ketidakmampuannya dalam menghadapi
atau menyikapi sesuatu, doa juga meruntuhkan dan meluluhlantakkan ego manusia
yang terkadang terjebak dalam kejumawaan dan kesombongan pengetahuan dunia yang
dimilikinya. Disisi lain, doa merupakan sebuah pengakuan atas eksistensi Dzat
Yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak yaitu Sang Rabbul Jalil.
Doa dalam pengertian “permintaan” atau
“permohonan.” Seperti dalam Al-Quran surah Al-Mu’min ayat 60 dibawah ini.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
60. Dan Tuhanmu berfirman: “Mohonlah
(mintalah) kamu kepada-Ku, pasti Aku perkenankan (permintaan) kamu itu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku [1327] akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.
Doa adalah sebuah pembuktian atas kedudukan antara
seorang Tuan dan Hamba, dimana seorang Tuan sampai kapanpun tetaplah akan
menjadi Tuan begitupun seorang hamba, tetaplah akan menjadi seorang hamba.
Karena itulah maka tipuan dunia yang seolah-olah mengangkat kedudukan seorang
manusia sesungguhnya hanyalah permainan dunia belaka, karena sebagai Tuan maka
Hak prerogative Allah saja yang dapat mengangkat derajat seseorang baik dalam
urusan dunia maupun urusan akhirat.
Kembali kepada doa, terdapat 2 perspektif yang
dapat kita ambil dalam membicarakan masalah ini, yang pertama adalah
konsep syariat yang dalam bahasa sederhana akan melihat doa dari sisi
"syarat dan ketentuan berlaku" dan yang kedua adalah konsep hakikat
yang lebih mengutamakan hati/qalbu sebagaimana dinyatakan dalam hadist dibawah
ini :
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَامِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَ رِكُمْ ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ
“Diriwayatkan
dari Abu Hurairah Abdirrahman bin Syahrin radhiyallahu ‘anhu, ‘Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada
tubuh kalian dan tidak pula kepada rupa kalian, tetapi Dia melihat kepada hati
kalian.” (Diriwayatkan Muslim)
Bila kita mengacu pada konsep
pembelajaran (ta'lim) dunia tareqat dimana terdapat syarat "tidak ada
tareqat tanpa syariat" maka jelas sudah kedua hal diatas bukanlah pilihan,
melainkan bagaimana kita memandang dan menyikapinya sesuai dengan keadaan (hal)
dan derajat pemahaman (maqom) masing-masing kita.
Kita tidak akan membahas doa dalam konsep syariat
ataupun hakikat, akan tetapi kita akan mengupas mengenai apa sesungguhnya doa
tersebut dan untuk apa ada doa? Para masyaikh meyampaikan bahwa Allah Ta'ala
memberikan doa sebagai sebuah senjata canggih yang luar biasa kepada hambaNya
yang bernama manusia, senjata tersebut sangat luar biasa karena salah satu
keampuhannya adalah dapat merubah ketetapan Allah Ta'ala. Sampai disini kita
akan bertanya-tanya, ketetapan yang mana? Untuk dapat menjawab pertanyaan itu
lebih dahulu kita harus membedah mengenai Ketetapan Allah Ta'ala atau yang
lebih sering kita sebut "Takdir".
Rasulullah saw pernah menyatakan bahwa Lauhil
Mahfuz yang yang berisikan tulisan tentang ketetapan atas manusia sudah selesai
ditulis 50.000 tahun sebelum manusia pertama dicptakan (Adam as). Nah,
bagaimana mungkin tulisan mengenai manusia sejak awal sampai manusia terakhir
(termasuk kita) dapat dirubah? Disini kita harus memahami tentang apa yang
dimaksud Takdir. Sayyidina Ali ra ketika ditanya tentang takdir hanya menjawab
"sumur yang dalam", ketikan ditanya lagi dijawab "samudra yang
luas" dan ketika yang bertanya makin penasaran beliau berkata "bila
engkau menghendaki suatu kejadian, maka yang akan terjadi adalah kehendakmu
atau kehendak Allah", dijawab "Kehendak Allah", kemudian beliau
menerangkan "itulah yang dimaksud dengan takdir".
Bila kita mau lebih teliti mencermati maksud dari
Sayyidina Ali ra, maka akan kita dapatkan kata kunci tentang
"kehendak" dan bahwa Allah Ta'ala telah menuliskan kehendaknya
tentang manusia dalam bentuk ketetapan pada Lauhil Mahfuz, akan tetapi
Sayyidina tidak menjelaskan secara rinci mengenai ketetapan tersebut, termasuk
bahwa diantaranya ada yang dapat dirubah oleh sebuah senjata yang bernama
"Doa".
Untuk mengetahui ketetapan yang mana yang dapat
dirubah, maka kita akan membedah dulu tentang ketetapan Allah yang terbagi
menjadi :
1. Qada, Ketetapan yang tidak dapat atau mungkin
dirubah, karena bila dirubah dapat merusak harmonisasi alam semesta termasuk
juga disini mengenai lahir dan matinya seorang manusia. Ketetapan ini hanya
menyangkut dihembuskan ruh dan dicabutnya ruh, tidak termasuk tatacaranya,
karena tatacaranya bisa saja termasuk dalam jenis ketetapan selanjutnya.
2. Qadar, ketetapan yang dapat dirubah, terbagi 2 :
a. Qadar Qubro, ketetapan besar,
inilah yang dapat dirubah dengan doa dan perubahan yang dilakukan semata-mata
atas kehendak Allah Ta'ala..
b. Qadar Sugro, ketetapan
kecil, ini dapat dirubah dengan akal manusia, dengan upaya dan ikhtiar termasuk
ijtihad. Menarik membahas tetntang Qadar Sugro ini karena kita akan dihadapkan
pada teori logika sebagaimana pengetahuan manusia. Teori ini pada intinya
mengatur tentang sebab akibat atas keputusan yang diambil manusia tentang suatu
hal atau kejadian. Agak mirip dengan teori varian pada permainan catur, bahwa
setiap langkah yang kita ambil terdapat berbagai varian yang merupakan langkah
selanjutnya, hanya saja bila varian catur masih dapat kita tulis, maka varian
dalam ketetapan ini tidak mungkin ditulis karena varian yang dihasilkan atas
satu langkah yang diambil, bisa saja sejuta atau semilyar langkah varian,
mungkini inilah yang dimaksud oleh Sayyidina Ali ra sebagai "sumur yang
dalam" atau "samudra yang luas".
Bila kita cermati terlihat bahwa doa dapat merubah
apa yang sudah ditulis sebagai Qadar Qubro yang merupakan ketetapan Allah
Ta'ala. Disini dapat kita renungkan kedahsyatan doa, bahwasanya Allah Ta'ala,
Yang Maha Kuasa, Yang Maha Berkehendak, Yang Berdiri Sendiri dengan segala ke
Maha-an Nya, ternyata mau merubah ketetapanNya, apakah itu bukan dahsyat
namanya? Tentulah doa tersebut terpancar dari hati/qalbu yang tulus, penuh
kerendahan sehingga Allah Ta'ala tergugah dan memenuhi permintaannya. Selain
itu jangan lupa tentang apa yang diajarkan oleh dunia syariat bahwa agar doa
anda terjawab sebagaimana ayat Quran diatas haruslah diingat "syarat dan
ketentuan berlaku"
Demikian semoga bermanfaat.
Billahi taufiq wal hidayah
Barakallahu li walakum
Wasalam
ACT
No comments:
Post a Comment