Thursday, January 26, 2017

Rise and Fall of Srivijaya Empire

Assalamualaikum wr wb

Awal Kisah

Kisah ini dimulai akibat perang tak berkesudahan di tanah India antara pemeluk agama Hindu di Selatan dan pemeluk agama Budha di Utara. Dimulai sejak 500 tahun Sebelum Masehi (500 BC) dan berlangsung selama 1 abad sampai dengan 500 M dengan ratusan kerajaan besar dan kecil sebagai pihak yang berperang dengan menang dan kalah silih berganti.

Perang Besar-besaran (Maha Bharata) ini berlangsung dengan konsekwensi bahwa setiap Kerajaan yang kalah akan terusir dari wilayahnya sampai mereka dapat menghimpun kekuatan untuk merebut kembali wilayahnya. Pada kenyataannya beberapa kerajaan yang kalah tidak semuanya kembali untuk merebut kerajaannya, sebagian pergi berlayar jauh dengan harapan menemukan wilayah baru dimana mereka dapat hidup dengan tenang dan jauh dari hiruk pikuknya peperangan.

Diperkirakan pada tahun 130 M, salah satu rombongan pelarian ini mendarat di daerah Labuan, Banten. Mereka adalah Wangsa (Keluarga/Dinasti) Warman yang berasal dari Pallawa, Bharata, India yang beragama Hindu. Pemimpinnya Warmandewa menikah dengan putri dari Aki Tirem Penguasa setempat yang bernama Pohaci Larasati, ketika Aki Tirem wafat, Warmandewa mendirikan Kerajaan Salakanagara dengan Ibukota Rajatapura di daerah Pandeglang sekarang.

Terdapat beberapa rombongan lain yang memasuki wilayah Nusantara ini pada kurun waktu sampai tahun 500 tersebut, ada Sang Mitrongga (Wangsa Sungga) Dari Magada, India yang mendarat di Kalimantan kemudian mendirikan Kerjaan Kutai, Maharesi Sentanu (Wangsa Mauli) dari Bharata, India mendarat di Pantai Utara Jawa dan mendirikan Kerajaan Indrapahasta, Di Salakanagara sendiri  datang lagi rombongan baru Maharesi Jayasinghawarman dari Calankayana, India yang kemudian menjadi menantu Raja Terakhir Salakanagara Dewawarman VIII, wafatnya Dewawarman VIII mengakhiri masa Salakanagara karena Maharesi Jayasinghawarman kemudian mendirikan Kerajaan Tarumanagara. Sementara itu didaerah Palembang telah berdiri Kerajaan Melayu Sribuja dan di Jawa Timur  berdiri pula Kerajaan Kalingga yang menantunya berasal dari Kerajaan Melayu Sribuja.

Awal Cerita Sriwijaya

Gelombang pelarian wangsa-wangsa Hindu ini telah mendirikan kerajaan-kerajaan baru di Pulau Jawa dan Kalimantan, bagaimana dengan pelarian yang beragama Budha?. Ternyata pada sekitar tahun 500 telah tiba pula di Pulau Sumatra rombongan besar pendatang beragama Budha, tidak ada keterangan sejarah yang jelas mengenai asal usulnya, keterangan pertama datang dari catatan It’sing Pendeta dari China yang pada tahun 671 berkunjung ke Sriwijaya (diperkirakan saat itu posisinya berada di Muara Jambi) sebelum meneruskan perjalanannya ke India. Kemudian Prasasti Kedukan Bukit yang dibuat tahun 682 yang menceritakan tentang  perayaan  kemenangan Sriwijaya (mengalahkan Kerajaan Melayu Sribuja) dengan Rajanya Dapunta Hyang Sri Jayanasa di Ibukota Minanga Tanwan. Cerita Rakyat menyatakan bahwa Dapunta Hyang memerintahkan saudaranya Dapunta Syailendra (perkiraan ini disandarkan pada fakta bahwa hanya 2 orang ini yang bergelar “Dapunta” dalam sejarah Nusantara) untuk melakukan  ekspedisi ke selatan mencari tempat untuk mendirikan Pusat Peribadatan Budha. Bergeraklah Dapunta Syailendra beserta pasukannya menyusur ke selatan, menaklukan Kerajaan Tarumanagara, lalu meneruskan perjalanan sampai ke Jawa Timur.

Sebuah naskah Sunda Kuno  (Pustaka Pararatwan I Bhumi Jawadwipa) menyebutkan bahwa adik perempuan dari Purnawarman (Tarumanagara) menjadi istri dari Raja Swarnabhumi yang menurunkan Sri Jayanasa – Kerajaan Swarnabhumi ini kemungkinan besar berada di Muara Jambi, kelak Putra Mahkotanya yang bernama Sri Jayanasa mengalahkan Kerajaan Melayu Sribuja dan mendirikan Sriwijaya dan berpusat di Palembang-. Catatan ini menguak misteri tentang asal muasal Sri Jayanasa dan menarik garis merah tentang Raja-raja Sriwijaya Muda (Melayu/Dharmasraya) yang menggunakan nama Warman dibelakang namanya selain Mauli sebagai wangsanya.

Masih ada teka-teki yang harus dipecahkan, yaitu sejarah yang menyatakan Ratu Shima adalah anak Dapunta Syailendra dan Ratu Shima lahir di daerah Musi Banyu Asin (Palembang), sementara Ratu Shima beragama Hindu dan Dapunta Syailendra beragama Budha.

Kemungkinan paling masuk akal dari cerita diatas yang pasti merubah sejarah adalah; Syailendra merupakan keturunan Maharesi Sentanu Raja Indrapahasta, pindah ke Palembang dan mendirikan Kerajaan Melayu Sabuga yang ditaklukkan Sri Jayanasa tahun 682 M sementara adiknya di peristeri oleh Raja Kalingga, Syailendra kemudian diangkat saudara oleh Dapunta Sri Jayanasa dan menganut agama Budha dengan gelar Dapunta Syailendra, selanjutnya diperintahkan melakukan ekspedisi bersama pasukan Sriwijaya ke tanah Jawa dengan membawa anaknya Shima dengan tujuan ke Kerajaan adiknya Kalingga di Jawa Timur.

Bila hipotesa diatas benar, maka ekspedisi ini lebih merupakan napak tilas bagi Dapunta Syailendra, dia mengunjungi Tarumanagara kemudian Indrapahasta terus ke Kalingga, semuanya mengakui kedaulatan Sriwijaya tanpa kekerasan dan perlawanan. Di Kalingga Shima dikawinkan dengan sepupunya Kartikeyasingha Raja Kalingga dan setelah suaminya wafat Shima diangkat menjadi Ratu Kalingga bergelar Sri Maharani Mahissasuramardini Satyaputikeswara.

Dapunta Syailendra sendiri kemudian bersama rombongannya pindah ke Jawa Tengah untuk mencari tanah tempat akan dibangunnya pusat Peribadatan Budha.

Teori ini makin masuk akal bila dihubungkan dengan Prasasti Sojomerto yang menyatakan bahwa Syailendra adalah anak Sentanu, kita ketahui Maharesi Sentanu adalah pendiri Kerajaan Indrapahasta yang beragama Hindu dan sahabat Jayasinghawarman pendiri Tarumanegara. Mungkinkah..?

Sejarah mencatat kolaborasi 2 Sriwijaya ini dalam bentuk prasasti dan candi selama kurun waktu lebih kurang 400 tahun yang menegaskan betapa besarnya kerajaan ini tanpa menyadari bahwa ada 2 kelompok  yang melakukannya karena keduanya menggunakan 1 nama, Sriwijaya.

Dibawah ini catatan atas beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Peninggalan Sriwijaya  sebelum 700 M

Prasasti
      1.       Prasasti Kedukan Bukit, Palembang 682 M
      2.       Prasasti Talng Tuo, Palembang 684 M
      3.       Prasasti Kota Kapur, Bangka 686 M
      4.       Prasasti Karang Birahi, Jambi 686 M
      5.       Prasasti Talang Batu, Palembang tanpa th
      6.       Prasasti Palas Pasemah, Lampung Selatan tt
      7.       Prasasti Bukit Siguntang, Palembang, tp th

Candi
     1.       Candi Muara Takus, Riau tanpa tahun
     2.       Candi Muara Jambi, Jambi tanpa tahun
     3.       Candi Biaro Bahal, Sumatra Utara
     4.       Gapura Sriwijaya, Sumsel
     5.       Candi Kota Kapur, Bangka
Peninggalan Sriwijaya setelah 700 M

Prasasti
1, Prasasti Sojomerto, , Jawa Tengah Abad 7 M
2. Prasasti Kalasan, Jawa Tengah 778 M
3. Prasasti Klurak, Jawa Tengah 782 M
4. Prasasti Abyagiriwaha, 792 M
5. Prasasti Kayumwunan, 824 M
6. Prasasti Ratu Boko, Jawa Tengah 856 M

Candi
1.       Candi Kalasan, Jawa Tengah 778 M
2.       Candi Sewu, Jawa Tengah Abad 8 M
3.       Candi Mendut, Jawa Tengah 824 M
4.       Candi Borobudur, Jawa Tengah 770 -842 M
5.       Candi Plaosan , Jawa Tengah Abad 8 M

Prasasti di Luar Negeri
1.   Prasasti Ligor, Thailand Selatan,  775 M
2. Prasasti Nalanda, Benggala-India, 860 M
3.   Piagam Leiden, India, 1006 M
4.   Prasasti Tanjore, India, 1030 M
5.   Prasasti Kanton, Canton – China, 1079 M
6.   Prasasti Srilanka, Srilanka, abad XII
7.   Prasasti Grahi, Grahi, 1183 M
8.   Prasasti Chaiya, Malaysia, 1230 M


Akhir Cerita Sriwijaya

Kita tidak akan membahas mengenai Zaman Keemasan (Golden Ages) Sriwijaya, karena saat ini dengan mudah bisa kita dapatkan melalui internet dan terdapat bermacam-macam versi. Semua versi mempunyai nilai tambah yang berbeda-beda, akan tetapi semua sepakat bahwa Masa Keemasan itu berada pada masa pemerintahan Prabu Balaputradewa.

Periode setelah Prabu Balaputradewa merupakan periode anti klimaks dari Masa Keemasan tersebut, beberapa kerajaan yang tadinya berada dibawah kekuasaan Sriwijaya mulai melepaskan diri dan serbuan akhir Kerajaan Cola ditahun 1030 mengakhiri semuanya. Sriwijaya yang tadinya begitu besar dan megah tiba-tiba menghilang dari keramaian dunia, beberapa kerajaan kecil mulai berbenah membesarkan wilayahnya, salah satunya adalah Dharmasraya (Melayu) yang menilik dari namanya berasal dari wangsa Mauli akan tetapi juga berhubungan dengan wangsa Warman yang pernah berkuasa di Salaka dan Tarumanagara. Tidaklah mengherankan, memang merekalah kerabat terdekat dari Sriwijaya karena keturunan Dapunta Sri Jayanasa berdarah Warman sementara keturunan Dapunta Syailendra berdarah Mauli.

Akhir Kisah

Pertanyaan selanjutnya yang masih menjadi teka teki sampai sekarang adalah kemana orang-orang dari Sriwijaya setelah Kerajaannya hancur? Terdapat banyak hipotesa dari berbagai kalangan yang mencoba menjawab teka teki ini. Terdapat missing link (rantai yang hilang) antara periode Sang Rama Wijayotunggawarman Raja terakhir pada 1030 dengan Prameswara yang di klaim sebagai keturunan Sriwijaya yang hadir pada awal tahun 1400. Rentang yang lebih dari 350 tahun membuat banyak sekali argumentasi. Sebagian sejarawan Sumsel memperkirakan bahwa mereka mundur kedalam hutan dan kemudian menjadi cikal bakal Suku Besemah, ada juga yang memperkirakan mereka mundur dan menjadi asal usul Suku Komering. Bahkan ada daerah di Philipina yang meng klaim mereka keturunan Sriwijaya, begitupun dari Thailand. Tambo Minangkabau yang mengatakan tentang kedatangan Rusa Emas bersama pengiringnya yang kemudian diartikan kepada Raja Sriwijaya yang kemudian menjadi salah satu nenek moyang mereka juga tidak menjawab pertanyaan tentang orang-orang yang hilang.


Kiranya sampai sini dulu disertasi tentang bangkit dan jatuhnya Sriwijaya pada Universitas Google dengan Promotor Prof. Wikipedia, semoga diantara pembaca dapat memberikan pencerahan atas beberapa pertanyaan dalam dongeng tersebut yang tentunya akan sangat berarti dalam konteks pelurusan sejarah.. eh dongeng… sorry.

Selanjutnya kita akan mengulas tentang Wangsa Syailendra dan Sanjaya... ciaooo.

Wallahu'alam bissawab
Wass

ACT

Sunday, January 22, 2017

Memory and Gemeinschaft

Assalamualaikum wr wb

Memory

When you have a long life, around the 50’s age you will found appearance of your old memory and at the same time your fresh memory become shorter.

I am fifty now, at the last 2 years I got the voice in my head almost every day, this voice said: “Alfatihah itu ada 14 sabdu, hilang satu sabdu bukan Alfatihah namanya/Alfatihah has 14 sabdu, lost one sabdu become not Alfatihah”.  Sabdu/tasdid is symbol in Alquran like w (small W) and guides us to read doubling in single consonant.
I am trying hard to think about who said this to me, finally I remember this voice come from the ustadz/Islamic teacher when I was 9 or 10 years old. How come? I don’t know. This voice still comes but not often anymore now.

In last 3 months, another voice comes in my head. “Gemeinschaft”, I don’t know how the spelling because this Germany not English, but I remember this word comes from my first year in University 31 years ago at Sociology Class. Gemeinschaft means “feels unity” or the sense that make you feel connected to others with one or some reasons.
By the reasons, we can divide the gemeinschaft by place, by blood, by purpose, by faith, etc, everybody will find this sense in their social life. For Gemeinschaft by nation we say Nationality. Gemeinschaft has hierarchy, when there is conflict of interest between them, the highest hierarchy will take decision, for example “by blood” is higher than “by place”.

In our life as the Citizen of the Nation, we must put Nationality as the highest Gemeinschaft not others, so for any of conflict that touch the Nationality we must take the Nationality as the first choice. But some time we’ll see the Big Nation has a long conflict, vertical or horizontal, why??? I am afraid they still have The Nationality but lost The Gemeinschaft.

Allahu'alam bissawab
Wassalamualaikum wr wb

ACT 



Wednesday, January 18, 2017

The Forgotten Story

Assalamualaikum wr wb

Sore yang syahdu.... saat semua hiruk pikuk berada dipersembunyian....ketika suhu politik dan sosial sudah mulai mendingin....teringat akan beberapa kisah sejarah versi dongeng pengantar minum kopi yang mungkin akan terlupakan, beberapa akan coba diuntai dibawah ini,...semoga bermanfaat.

Hijrah Pertama

Saat begitu kuat ancaman dan penderitaan yang dilakukan kafir Quraisy kepada kaum muslimin Makkah, Rasulullah saw. memberikan instruksi agar sebagian kaum hijrah ke Habasyah (Nejez), beliau bersabda kepada mereka.  ‘Bagaimana kalau kalian berangkat ke negeri Habasyah, karena rajanya tidak mengizinkan seorang pun didzalimi di dalamnya, dan negeri tersebut adalah negeri yang benar, hingga Allah memberi jalan keluar bagi penderitaan yang kalian alami?’
Berangkatlah rombongan besar para sahabat berikut keluarganya, Tercatat bahwa Sayyidina Ustman ra. beserta istrinya Ruqayyah binti Muhammad (putri ke 2 Rasulullah) berada didalamnya, Jaffar bin Abi Thalib (Paman Rasulullah), Zubbair bin Awwam (Paman Rasulullah), Abdurrahman bin Auf, Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah) serta sahabat lainnya yang berjumlah 83 orang. Kedatangan mereka diterima dengan tangan terbuka oleh Raja Nejez yang beragama Nasrani, diperlakukan dengan sangat baik, dianggap saudara bahkan ketika utusan Quraisy (Amr bin Ash) datang untuk mengambil mereka, Raja Nejez menolaknya mentah-mentah bahkan mengusirnya dan mengatakan bahwa mereka yang datang dari Makkah ini adalah saudaranya.
Subhanallah, kita ….. yang merasa muslim berhutang untuk kebaikan ini, mereka telah menolong bukan saja putri dan menantu Rasulullah saw., tetapi terdapat 3 dari 10 sahabat yang dijamin surga oleh Rasulullah berada disana. Ketika Rasulullah saw. telah berada di Madinah, utusan Raja Nejez yang datang berkunjung diterima di Masjid Nabawi.

Qadisiyah

Dalam salah satu episode Perang Qadisiyah, setelah Perang Jembatan berakhir dan gugurnya Abu Ubaid, Musanna bin Haritsah melakukan konsolidasi pasukan sambil kembali menyusun kekuatan. Mobilisasi tambahan pasukan muslim dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra. dari Madinah, di susul kemudian pasukan Banu Namr, kemudian Banu Bajilah dipimpin oleh Jarir, Banu Azd dipimpin Arfajah, Banu Kinanah dipimpin Galib bin Abdullah semua berangkat beserta anak dan isteri untuk bergabung dengan Musanna. Menyusul bergabung adalah kelompok yang dipimpin Anas bin Hilal, Banu Taglib dipimpin oleh Ibn Mirda Al Fihr, semuanya pasukan Nasrani, menghadap Musanna dan bersumpah untuk berperang bersama saudara-saudara muslimnya memerangi Persia. Dalam perang ini gugur Mas’ud bin Haritsah (adik Musanna) dan Anas bin Hilal di pangkuan Musanna.
Subhanallah…. ,kita dipertontonkan dengan sebuah Ukhuwah Wathoniyah yang luar biasa (saya tidak bisa berhenti menangis walaupun telah berkali-kali membaca kisah ini)

Nusantara

Masuknya Islam di nusantara ini tidak bisa lepas dari para pedagang Islam yang berasal dari Gujarat (India) dan Yaman, akan tetapi ada satu periode dimana ternyata China Muslim juga mempunyai andil dalam penyebaran ini. Sejarah mencatat bahwa Laksamana Ceng Ho (China Muslim) beserta armada Islamnya berkeliling dunia sejak tahun 1402 – 1408, tercatat 3 kali memasuki nusantara, disetiap pelabuhan sejak dari Samudra Pasai (Aceh), Palembang, Sunda Kelapa (Jakarta), Cirebon, Semarang sampai Tuban armada ini meninggalkan orang untuk berdakwah. Di Semarang yang turun adalah salah satu Laksamananya yang bernama Ma Huan yang kemudian oleh pendatang China sesudahnya dibikinkan Kelenteng Sam Po Kong, padahal dia adalah pendakwah Islam yang kemudian dikenal sebagai Kyai Dampu Awang dan putrinya dinikahi oleh Prabu Siliwangi.
Bila sejarah mencatat Maulana Malik Ibrahim mendarat di Gresik tahun 1404, maka sangat mungkin beliau berada dalam periode dakwah yang sama dengan pelaut pelaut Laksamana Ceng Ho.
Kisah ini tidak pernah dibahas dan diulas secara umum, bahkan bila kita menceritakan ini kepada masyarakat China baik yang ada disini maupun di daratan China, mereka sama sekali tidak tahu (atau lebih tepat tidak peduli)

Champa, Wali Songo, Majapahit dan Demak

Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim as-Samarkandi yang di kenal juga sebagai Syekh Ibrahim Asmarakandi atau Kakek Bantal, sebutan terakhir karena beliau selain pedakwah juga adalah tabib (ahli pengobatan) yang selalu membawa bantal bila bepergian sebagai sarana pengobatannya. Tidak pernah mengaku sebagai keturunan Rasulullah walaupun para ahli sejarah dan nasab sepakat bahwa beliau adalah Generasi ke 20 yang dimulai dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra., sebagaimana Patih Unus Raja Demak ke II yang diyakini sebagai Generasi ke 21 Rasulullah dengan rantai nasab yang berbeda.
Maulana lahir di Samarkand kemudian hijrah bersama Ayah dan saudaranya ke Gujarat sebelum akhirnya sampai di Jawa. Mereka kemudian berpisah, Ayahnya hijrah ke Makasar dan wafat disana, adiknya Maulana Ishak ke Samudra Pasai dan berdakwah disana sementara Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Champa (Sir Thomas Rafless menyebutnya Chermen), menikah dengan putri Champa berdakwah selama 12 tahun disana. Pada masa itu terdapat hubungan yang erat antara kerajaan Champa dengan kerajaan di Jawa. Dari Zaman Kartanegara (Singosari) sampai dengan Brawijaya V (Majapahit terakhir) semua raja memiliki selir dari Champa, sebaliknya putri dari Jawa pun selalu ada yang menjadi selir Raja Champa. Dengan niat dakwah dan mengetahui bahwa terdapat seorang bibi (adik ibu mertuanya) di Jawa yang menjadi selir raja, berangkatlah beliau meninggalkan anak dan istrinya kemudian sampai di Gresik 1404 M.
Anaknya Raden Rahmat (Sunan Ampel - lahir 1401) bersama saudaranya Ali Murtadho berangkat menyusul ayahnya ke tanah jawa tahun 1430, singgah di Palembang selama 3 tahun kemudian mendarat di Gresik tahun 1433. Laporan mereka bahwa tanah di Palembang tidak ada yang mengurus membuat Ratu Suhita Raja Majapahit saat itu mengutus keponakannya anak Purwawisesa (yang kemudian menjadi Brawijaya I) dari selir Champa bernama Arya Damar (Tan Swan Liong) untuk mengurus tanah Palembang, berangkatlah Arya Damar ke Palembang didampingi oleh Raden Rahmat (yang memiliki nama Champa Bong Swi Hoo), tahun 1443 Raden Rahmat kembali ke Jawa dan lebih dikenal sebagai Sunan Ampel.
Pada Masa Brawijaya V (Bre Kertabhumi), salah satu selirnya yang berasal dari Champa mendapat tekanan dari selir lainnya, kemudian Brawijaya mengirimkan selir yang sedang hamil tersebut pada sepupunya Aria Damar di Palembang agar tidak terjadi keributan. Sampai di Palembang selir tersebut dinikahi oleh Aria Damar dan kemudian melahirkan 2 orang anak, Tan Jin Bun anak Kertabhumi dan Tan Kin San anak Aria Damar, keduanya kemudian lebih dikenal sebagai Raden Patah dan Raden Kusen/Husen. Raden Patah setelah dewasa pergi menemui ayahnya Kertabhumi yang menjadi Brawijaya V, kemudian diberi tanah di daerah Bintoro sehingga beliau juga dikenal sebagai Raden Bintoro. Di tanah itulah kemudian Raden Patah dibantu Wali Songo mendirikan Kerajaan Islam pertama di Jawa yaitu Kerajaan Demak.

Demikian cerita-cerita yang mungkin terlupakan, paling muantapp dibaca sambil nyeruput kopi atawa wedang jahe…. Mak nyosssssss

Masalah benar atau tidaknya wallahu’alam bissawab, paling tidak dapat menjadi dongeng pengantar minum kopi.

Barakallahu li walakum
Wassalamualaikum wr wb

ACT



Sunday, January 8, 2017

Ulama 1

Assalamualaikum wr wb

Ternyata diam itu melelahkan Ya Rabb...
Dibawah ini saya sampaikan tulisan saudara Akramul dari Akramul Blogs (mohon izin saudara) mengenai syarat-syarat menjadi Mujtahid, semoga bermanfaat  :

Syarat-syarat untuk menjadi seorang Mujtahid (by Akramul's Blog)

Mujtahid menurut bahasa ialah asal dari kata jahada جهد , yang bermakna sungguh-sungguh, sedangkan mujtahid مجتهد dari isim fa’il yang bermakna orang yang bersungguh-sungguh.
ijtihad اجتهدpada asalnya adalah mengerahkan seluruh kemampuan  dalam menuntut atau mengistimbatkan hukum untuk  satu tujuan,,
oleh karna itu Mujtahid  bisa kita bagikan menjadi 3 katagori  =
1. Mujtahid mutlak adalah mengistinbat [memutuskan] hukum dari kitab dan sunnah imam mazhab yang empat hanafi, maliki, syafi’i dan hambali.
2. Mujtahid mazhab adalah mengistinbat hukum dari qa’edah imam mazhabnya seperti   imam muzanni.
3. Mujtahid fatwa/tarjeh adalah orang yang menarjehkan [ memilah pendapat kuat dan dha,if ] dalam pendapat-pendapat yang udah di fatwakan para ulama,mereka itu ialah imam Rafi’i dan imam nawawi.
Jika seseorang ingin menjadi salah satu dari pada bagian mujtahid tersebut maka dia harus mempunyai daya fikir yang baik, cerdas dan ingatan yang kuat , karna jika seseorang itu tiada pandai maka akan rusak lah sendi-sendi agama ini. Kenapa seseorang itu harus pandai karana seseorang itu jikalau ingin menjadi seorang mujtahid dia harus bias melewati 6 syarat ini
1. Harus mampu menguasai bahasa arab sedalam-dalamnya seperti ilmu nahwu, syaraf, bayan, balaghah,’urudh,dan qawafi. Karana setiap mujtahid itu dasar hukumnya mengambil langsung dari Alqur’an yang berbahasa arab untuk bias mengetahui apa yang terkandung di dalam kalamullah tsb. Dan mustahil bagi seseorang  bisa menguasai ilmu tersebut jika tiada cerdas otaknya.
Sebagai contoh
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Jalan orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepada mereka (alfatihah:7) tetapi jika  an’amta أَنْعَمْتَdi baca jadi an’amtu أَنْعَمْتُ , maka berubah makna jalan orang-orang yang aku beri nikmat kepada mereka, maka rusaklah kemurnian alqur’an tersebut.
2. Harus mampu memilah-memilahkan  ayat alquran dan mahir dalam menentukan yang mana diantara ayat-ayat tersebut yang umum sifatnya,yang khusus,yang mujmal, yang mubayyan,yang mutlak,yang muqayyat,yang zahir, yang nash, yang mansukh, yang nasikh,yang muhakkam, yang mutasyabihah dan yang lain-lainnya.kalau dia tiada cerdas dan pintar.
3. Harus mampu ketika berijtihat terbayang tentang isi kandungan 30juz dari alquran, yang mana di dalam alquran tersebut ada perintah larangan, berita, dan hukum. Karna jika dia tiada tau bahwa itu adalah mengandung cerita tapi di buatnya menjadi sebuah hukum hancurlah seluruh prilaku sendi-sendi kehidupan manusia.
4. Harus mengetahui asbabul nuzul ayat, karna setiap ayat turun itu mempunyai kejadian yang terjadi di masa rasul, bukan di turunkan sekaligus 30 juz, karna turunnya ayat untuk menjawab situasi yang terjadi di sekeliling rasul,maka jika seseorang  tiada mengetahui asbabul nujul tersebut mustahil dia bisa berfatwa dengan benar, seumpamanya
لَيْسَ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ جُنَاحٌ فِيمَا طَعِمُوا إِذَا مَا اتَّقَوْا وَآمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ ثُمَّ اتَّقَوْا وَآمَنُوا ثُمَّ اتَّقَوْا وَأَحْسَنُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
  Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh Karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, Kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, Kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.(almaidah:93)
Jika mereka tiada mengetahu asbabul nujul ayat ini mereka akan berpendapat bahwa arak itu halal, padahal ayat ini tiada kesana pengertiannya
Ketika umat islam belum di larang meminum-minum arak banyak lah mereka itu meminum arak, maka turun lah surat albaqarah ayat 219 yang menuruh untuk tidak meminum arak lagi, lalu umat islam yang telah banyak minum arak bertanya kepada rasul, bagaimana dengan kami yang telah banyak meminum arak, maka turunlah surat almaidah ayat 93 ini
5. Harus menguasai kitabussittah sekurang-kurangnya.yaitu shahih bukhari,muslim,turmizhi, sunan nasai, sunan abi daun, dan sunan ibnu majjah, selain itu juga masih banyak lagi hadis-hadis yang lain seperti musnad ibnu hambal, daraqudni,ibnu hibban. Thabrani dllnya.
6. Harus bisa mengetahui pangkat setiap hadis-hadis yang terdapat di berbagai kitab-kitab hadis yang ada , mana hadis yang palsu yang di buat oleh musuh islam, atau mana yang shahih, yang dhaif, dllnya.
7. Harus mengetahui mana saja hukum yang telah sepakat para ulama. Karna jika telah sepakat para ulama dalam satu masa maka telah meluaslah paham-paham mereka dan telah banyak di terbitkan kitab-kitab mereka jika berlainan maka bisa terjadi kekacauan.
Semoga dengan ringkasan dari berbagai kitab yang saya ambil, dapat bermamfaat untuk saya dan untuk seluruh kaum muslimin, supaya jangan terlalu ceroboh dalam memfatwakan sebuah hukum jika belum mempunyai syarat-syarat di atas, karna belum layak seseorang itu membuat sebuah hukum jika dia masih bodoh dan belum menguasai syarat-syarat tersebut, oleh karna itu marilah kita mengikut para ulama terdahulu untuk memfatwakan hukum jika kita tak sanggup melewati persyaratan di atas, hanya kepada allah saya mengharap redhanya dan di masukannya kedalam syurga jannatulfirdaus. Aaaamiiiiiiiiiiiiin.. ya rabbal ‘alamiiin.
Demikian tulisan saudara Akramul yang sangat mencerahkan.
Hadrat Syaikhuna pernah menyampaikan bahwa "Ulama itu apabila berbicara menyejukkan dan bila duduk berdekatan dengannya, sirna segala urusan dunia". Hampura Syaikhuna
Allahu'alam bissawab, semoga bermanfaat
Wassalamualaikum wr wb

Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...