Thursday, April 9, 2020

covid 19 - again...

Dunia adalah semesta teka teki
Menetaskan corona dalam pekatnya sunyi
Merayap menjalar pelan tapi pasti
Dan kita terjerembab tak kuasa berlari
Ada apa ini?
Semua yang sibuk meninggalkan kesibukannya
Semua yang pintar kehilangan kepintarannya
Semua yang alim merenungkan kealimannya
Semua yang gagah tercerabut kegagahannya
Lalu kita diam dirumah
Lihatlah istri/suami yang setiap hari kita tinggalkan
Lihatlah anak-anak yang tiba-tiba sudah besar
Lihatlah dinding rumah, plafon, pintu dan jendela
Lihatlah halaman dan pekarangan
Mengapa?
Adakah isteri setia itu kau didik dengan agama
Adakah anak-anak sudah faham tentang adab dan syariat
Adakah dinding dan lainnya mendengar alfatihah kita
Adakah lantunan kitab suci membekas gemanya
Lalu inikah sebab Allah merumahkan kita
Meninggalkan perniagaan yang kita khawatiri kerugiannya (kata At-Taubah)
Meninggalkan masjid tempat ibadah bersama (ada riya disana barangkali)
Meninggalkan ibadah umrah (barangkali ada riya dan sum’ah disana)
Meninggalkan silaturahmi (barangkali ada gibah disana)
Mungkin kita sesungguhnya belum mampu
Tapi berlagak paling tahu
Mungkin ilmu kita sebenarnya tak seberapa
Tapi pandai sungguh kita membolak balik kata
Yaa Rabbana, ampuni kami semua
Batavia, dalam irama corona 27 march

------- ilalang -------

covid 19

Bismillahirrahmanirrahim...
Sore Menjelang pulang
Ada yang mengganjal dikepala
Memaksa untuk merangkai kata
Entah akankah ada gunanya
Telah datang masa gundah
Tentang datangnya wabah
Telah terpapar beritanya sudah
Lalu bernafaspun kita resah
Duhai saudara dan sahabat
Mengapa nafaspun harus tercekat
Darimana datang semua sebab
Diantara semua yang tak terlihat
Yang menjadi bagian dari yang kita hisap
Ada caci maki disana
Ada kemarahan disana
Ada hasad dan hasud disana
Ada iri dan dengki disana
Ada keluh kesah disana
Ada kebohongan disana
Ada begitu banyak sumbangsih kita
Yang mengotori udara tapi tak terlihat
Lalu mengapa kita resah?
Ingatlah kekhawatiran Baginda
Akan kotornya dunia
Maka ingatlah pula pesannya
Agar selalu menyebut nama-Nya
Dalam setiap tarikan nafas
Dalam setiap detak jantung
Agar menjadi hamba yang selamat
semoga bermanfaat
------- ilalang -------

Tuesday, December 10, 2019

Adat Minangkabau

Adat Minangkabau selayang pandang
(dalam perspektif anak rantau)
Bismillahirrahmanirrahim……
Sebagai anak minang yang lahir di rantau dan besar di rantau, tentunya pengetahuan tentang adat istiadat Minangkabau sangatlah tipis. Beda dengan mereka yang lahir dan besar di Ranah Minang. Walaupun begitu sebagai anak rantau yang dinegeri orang dipanggil “orang Padang”, ada sebuah rasa ingin tahu yang besar tentang adat istiadat Minangkabau, karena suka atau tidak mereka yg memanggil kita “orang padang” tersebut sedikit banyak akan bertanya tentang itu.
Mengapa demikian? Adat Minangkabau itu unik dan berbeda dengan adat istiadat daerah lain di Nusantara, keunikan inilah yang memicu rasa ingin tahu teman dan rekan yang berasal dari daerah lain.
Beberapa pertanyaan menyangkut adat yang paling sering ditanya :
1. Adat minang penerima waris adalah perempuan, kok beda sama Hukum Islam? Katanya adat basandi syarak?
2. Laki-laki minang kalau kawin sama orang daerah lain, nanti dikampungnya kawin lagi.
3. Dalam adat Minang kok perempuan yang melamar?
Nah, 3 pertanyaan ini saja bisa membuat anak rantau seperti saya kejepit lidah alias ga bisa jawab, lalu predikat “orang padang” tadi semakin menjadi bahan ejekan. Untungnya Ayahanda dulu sering bercerita tentang Adat Minang, sehingga sedikit banyak ada bahan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut diatas, ada baiknya kita ulas dulu tentang keunikan Adat Istiadat Minangkabau.
a. Sistem Keluarga
Orang Minang hidup berkaum-kaum yang pada tatanan sosialnya berjenjang dari Nagari, Suku, Kaum, Perut dan Jurai (Keluarga Inti). Mereka yang satu perut (beberapa keluarga) biasanya tinggal dalam 1 Rumah Gadang dan mereka yang satu kaum biasanya tinggal di 1 lokasi yang sama. Berbeda dengan system guyub pada masyarakat Jawa apalagi Keluarga Batih pada masayarakat Sunda. Ikatan psikologi masyarakat kaum akan lebih kental karena mereka berasal dari keturunan yang sama, hidup ditempat yang sama dan sawahpun biasanya berdekatan
b. Sistem Kekeluargaan
Inilah keunikan utama, adat Minangkabau berjalan dengan system Matriarchat/Matrilineal dimana suku diturunkan menurut garis Ibu, begitu juga Harta Pusaka Tinggi.
c. Sistem Adat
Masuknya agama Islam diserap total oleh masyarakat minang, sehingga Adat merendahkan diri dan meninggikan agama yang dikenal dengan “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”, yang artinya sandaran Adat adalah Hukum Syariat yang bersandar pada Alquran. Tidak ada satu daerahpun di Nusantara ini yang menyerap Islam secara komunal, yang umum adalah diserap secara individual.
1. Tentang Waris / Faraidh
Tak kurang dari Putera kebanggaan Minangkabau Syaikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Imam Besar dan Khatib Masjidil Haram menggugat soal ini. Beliau menyatakan bahwa system ini telah melanggar Hukum Faraidh (Waris Islam) yang secara tegas mengatur pembagian 2 : 1 bagi anak laki-laki dan perempuan sebagai ashobah (Penghabis) dalam system waris. Sementara itu Ulama-ulama Minangkabau di Nusantara termasuk Harimau Nan Salapan dan Imam Bonjol tidak mempermasalahkan urusan ini. Akhirnya murid beliau sendiri Syaikh Abdul Karim Amrullah mengeluarkan fatwa bahwa Pusako Tinggi diturunkan berdasarkan Harta Wakaf dan bukan Faraidh.
Ada 3 macam cara beralihnya harta di Minangkabau berdasarkan waris.
a. Pusako Tinggi, diwariskan berdasarkan garis perempuan (matrilineal)
b. Pusako Randah atau Harato Suarang (harta pencaharian orang tua yang didapat semasa hidupnya) diwariskan berdasarkan Hukum Waris Islam (Faraidh)
c. Sako jo Pusako, Harta yang berkaitan dengan gelar, diwariskan dari pemegang gelar (Mamak) kepada penerima gelar (Kemenakan)
2. Tentang Mamak
Mamak adalah pelindung bagi keluarga dan kaumnya, zaman dahulu bila anak laki-laki merantau kemudian menikah di rantau dengan orang luar, biasanya keluarga akan berupaya agar si anak laki-laki tak putus hubungan dengan keluarga dan kampungnya. Hal ini dikarenakan saat itu bila kawin dengan orang luar berarti “Hilang Mamak”, hilang pelindung keluarga. Padahal seharusnya tidaklah seperti itu, hukum adat Minangkabau mengenal system angkat/adopsi, maka jika sang anak laki-laki kawin dengan orang luar, maka sebaiknya upayakan agar si istri mau diadatkan dikampung, diangkat anak oleh Induk Bako suaminya, sehingga ikatan keluarga dan kampung tetap terjaga.
3. Adat Bajapuik
Ini juga salah satu keunikan adat Minangkabau, dimana setelah menikah laki-laki akan diboyong tinggal dirumah perempuan, karena itu keluarga perempuan yang datang pada keluarga laki-laki untuk menjemput (bajapuik). Adat ini tidaklah seperti yang dibayangkan, ada kisah mengenai laki-laki di Padang dibeli dan lain sebagainya, saat ini hanya seremonialnya saja yang masih ada, dahulupun sebenarnya yang cukup kuat memakai adat ini hanya di daerah Pariaman saja.
Demikian kiranya bermanfaat, lebih dan kurang mohon maaf, segala bentuk masukan akan merupakan kehormatan dan barokah dari Allah Ta’ala.
Wallahu Musta’an wa Allahu Yahdikum
Wassalamualaikum wr wb
------- ilalang -------

Friday, November 15, 2019

Demi Jiwa - Wa nafsin

Bismillahirrahmanirrahim..

Assalamualaikum wr wb

Fa alhamaha fujuraha wa taqwaha;
yakni maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (QS. Asy-Syams: 8).
Qod aflaha man jakaha waqod khoba man dassaha;
sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan diri & sungguh merugilah orang yang mengotorinya (QS.Asy-Syam:9:10)

maka apapun yang dipilih dan dilakukan akan kembali kepada manusianya..

Happy Sayyidul Ayaam
Semoga bermanfaat

------- ilalang -------

Allahu Somad

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum wr wb
Saudara dan sahabat tercinta, sejenak mentafakuri kalimat "Allahu Somad" yang lebih kurang artinya : "Allah tempat bergantung segala sesuatu".
Sudahkah kita menggantungkan segala sesuatunya kita hanya kepada Allah saja?
Kebanyakan dari kita ternyata suka lupa, sehingga menggunakan yang lain atau ciptaan Allah Ta'ala sebagai tempat bergantung.
Akhirnya hidup kita berbusana kegalauan,
Manakala kenyataan tak sesuai dengan harapan kita gusar, kita gunakan akal pikiran kita sebagai tempat bergantung dan menyuarakan protes dan klaim atas kenyataan yang terkadang sudah menjadi sunnatullah. kita lupa
Manakala tidak mempunyai uang atau harta, kita marah, kita menyalahkan semua yang kita "pikir" jadi penyebab, lupa pada Allah Ta'ala sebagai tempat bergantung, lupa bahwa Allah Ta'ala adalah asbabul asbab, Allah Ta'ala adalah tempat wujudnya permohonan dan doa. Malah kita gantungkan kehidupan kita pada benda2 dan akal pikiran kita. kita lupa
Manakala lepas suatu jabatan, kita panik, kita cari kesalahan semua orang, kita gunakan akal pikiran kita untuk memuaskan syahwat kita tentang jabatan yang lepas. Lupa kita bahwa Allah Ta'ala adalah tempat bergantung, yang kekuasaanNya Tak Terbatas dan yang dalam kekuasaanNya mulia dan hinanya manusia, yang dalam kekuasaanNya tinggi dan rendahnya derajat manusia. kita lupa
Demikianlah saudara dan sahabat, semoga Allah Ta'ala melindungi kita dari penyakit lupa yang gawat ini dan Allah Ta'ala limpahkan keberkahan atas kehidupan kita semua, dunia wal akhirat, aamiinn..
Bila tak berkenan mohon maaf dan pada Allah Ta'ala saya mohon ampun.
Semoga bermanfaat
Wassalam
------- ilalang -------

Tuesday, September 24, 2019

Baralek Gadang (1927)


Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim

Baralek Gadang Pelantikan Wali Nagari HM. Tamin glr. Datuk Rajo Nan Gadang (1927)
Sistem Pemerintahan di Minangkabau menganut azaz Kelarasan yang dipimpin oleh Tuanku Lareh (Tuanku Laras). Sistem ini berakhir setelah Pemerintah Belanda menetapkan pembagian Afdeeling pada 1 Desember 1914 yang mengganti system Kelarasan menjadi system Distrik dan Onderdistrik.
Muaropaneh yang tergabung dalam Konfederasi Kubung XIII, berjalan dengan system Kelarasan Bodi Chaniago dimana Penghulu Pucuknya adalah Datuk Rajo Nan Gadang sebagai Tuanku Lareh/Angku Lareh, perlahan harus mengikuti aturan yang dibuat oleh Pemerintah Belanda. Karena itu pada tahun 1927 dilantiklah Angku HM. Tamin glr Datuk Rajo Nan Gadang sebagai Wali Nagari Muaropaneh pada Onderdistrik Solok (Salayo, Gantuang Ciri, Muaropaneh) dibawah Distrik Solok dibawah Afdeeling Solok.
Angku HM. Tamin glr Datuk Rajo Nan Gadang adalah Lareh terakhir (karena menerima gelar dari Mamaknya sebagai Lareh) sekaligus sebagai Wali Nagari (Angku Palo) pertama Muaropaneh. Pelantikan beliau di Muaropaneh dihadiri oleh Asisten Residen/Controller Solok Mr. HA Hartogh Hews van de Lier, hadir juga sahabat beliau Demang Singkarak - Demang Siso Rimau (krn pernah berkelahi dengan harimau).
Semoga Bermanfaat.
Wassalam

------- ilalang -------


Monday, July 29, 2019

Singapura (takkan melayu hilang di bumi)


Singapura (takkan melayu hilang di bumi)

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, tak pernah terbayangkan sebelumnya bilamana saya akan sering pulang pergi Jakarta – Singapura, ternyata takdir berkehendak demikian, setahun bisa sampai 5 kali bolak-balik.

Singapura, negeri yang dibangun oleh Prameswara anak dari Sang Nila Utama anak dari Demang Lebar Daun yang berasal dari Bukit Siguntang Palembang Sumatera Selatan, Indonesia. Negeri asalnya bernama Kerajaan Tumasik yang namanya sekarang diambil menjadi nama Perusahaan Negara Singapura “Temasek”. Ketika datang serangan dari utara, Prameswara berpindah dan mendirikan Malaka, keturunannya selanjutnya membangun Johor dan kemudian Melayu Riau, inilah asal muasal sesungguhnya “Bangsa Melayu”. Mereka yang bermukim di daerah inilah yang mendapatkan Legacy/Warisan sebagai penerus Bangsa Melayu.

Singapura sebagai negara dengan minim sumber daya alam, pada zaman Mr. Lee Kwan Yew membuat sebuah basis ekonomi sebagai negara penyedia jasa (services country), sebuah keputusan yang sangat tepat sehingga membuat Singapura yang juga dikenal sebagai dot country menjadi sebuah negara yang cukup disegani dalam kancah Internasional.

Hubungan emosional yang erat dengan Hongkong dan Taiwan akibat mayoritas pelaku ekonomi di negara ini sejak merdeka adalah dari etnis China (walaupun ada juga dari India dan negara lain) membuat ekonomi Singapura melesat melampaui negara-negara pemilik sumber daya alam berlimpah disekitarnya. Sistem perbankan yang baik membuat dana mengalir deras dari negara tetangga termasuk dari China, Jepang dan Taiwan.

Perkembangan system ekonomi berbasiskan jasa ini terlihat jelas sekarang, hampir tidak ada perusahaan besar dunia yang tidak memiliki kantor cabang disana, akan tetapi mereka memiliki strategi sendiri untuk perbankan, karena terlihat hanya perbankan local yang menjadi Bank Utama (Prime Bank). Sepertinya Arab Saudi harus belajar dari Singapura jika ingin berubah dari Petro country menjadi Services country.

Saya sempat terkagum-kagum saat melihat bagaimana Singapura menjaga betul warisan budayanya, rumah-rumah etnis dan kolonial bahkan kuburan dan masjid, sesuatu yang saat ini dibanyak negara mungkin sudah banyak yang hilang ditelan modernisasi. Bila kita berkeliling Singapura akan sangat terasa nuansa ini, hanya saja bila kita memahami sejarah, sebuah pertanyaan besar akan muncul, kenapa sebagian besar budaya yang dirawat adalah peninggalan etnis China? Jawabannya menarik, “mungkin memang merekalah yang membangun Singapura sejak masa sebelum merdeka sampai sekarang”. Lalu kemana etnis Melayu? Nah, inilah yang memperihatinkan saya.

Ada harga yang harus dibayar oleh pembangunan dan modernisasi, yaitu hilangnya “Bahasa Melayu”.

Upaya menjadi Kekuatan Ekonomi Dunia membuat Singapura harus mengedepankan Bahasa Inggris dalam kesehariannya, hal ini terutama karena Bahasa ini sudah menjadi Bahasa resmi sejak sebelum merdeka.

Kemudian Bahasa Mandarin, yang menjadi Bahasa perdagangan bagi etnis China disana. Menarik bagi saya terutama ketika mengobrol dengan beberapa China Singapura, generasi muda mereka ternyata mereka tidak berkiblat ke China Daratan, mereka lebih bangga dengan “saya China dan saya Singapura”.

Lalu Bahasa Urdu/India mengingat banyak etnis India yang sudah mukim sejak lama dan menjadi salah satu motor pembangunan di Singapura.

Bahasa Melayu nyaris lenyap, dalam penanda arah maupun pengumuman resmi, Bahasa ini selalu menjadi paling akhir atau ketiga sebelum Bahasa Urdu. Suatu hari saya berbicara dengan etnis Melayu yang menjadi supir disana, ketika saya tanya “anak2 dirumah menggunakan Bahasa apa”? dijawabnya “Bahasa Inggris”???.  

Pemerintah Singapura saya yakin paham betul dengan hal ini, apalagi saat tahun lalu berkunjung saya melihat bagaimana pemerintah berupaya dengan membuat kampaye “gunakan Bahasa” yang dipasang di bus-bus umum. Apalagi kita semua tahu bahwa Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi ASEAN dan akar Bahasa Indonesia adalah Bahasa Melayu.

Dalam pemahaman saya “Bahasa” adalah “Identitas”. Hilangnya orang Aztec, Inca atau Amazon bukan karena keturunannya tidak ada, tetapi karena Bahasa mereka tidak lagi dipakai, itu juga yang terjadi dengan orang Indian di Amerika.

Penetrasi Bahasa Inggris diseluruh dunia dengan menunggangi “perdagangan internasional” seharusnya tidak mengubur Bahasa asli penduduknya. Sebagaimana pepatah melayu “esa hilang dua terbilang, takkan melayu hilang dibumi”

Akankan melayu hilang di Singapura?

Wassalam.

------- ilalang -------


Singapore (takkan melayu hilang di bumi)


Bismillahir rahmanir Rahim

Alhamdulillah, it was never imagined before when I would often commute Jakarta - Singapore, it turned out that fate would be so, a year could be up to 5 times round trip.

Singapore, the country built by Prameswara son of Sang Nila Utama, a child from Demang Lebar Daun originating from Bukit Siguntang Palembang, South Sumatra, Indonesia. His native country is called the Kingdom of Tumasik whose name is now taken as the name of the Singapore State Company "Temasek". When the attack from the north came, Prameswara moved and founded Malacca, his descendants then built Johor and then Riau Malays, this was the true origin of the "Malay Nation". Those who live in this area get the Legacy / Heritage as the successor of the “Bangsa Melayu”.

Singapore as a country with minimal natural resources, at the time of Mr. Lee Kwan Yew made an economic base as a service country, a very appropriate decision that made Singapore, also known as dot country, a country that was quite respected in the international arena.

The close emotional connection with Hong Kong and Taiwan due to the majority of economic actors in this country since independence is of ethnic Chinese (although there are also from India and other countries) making Singapore's economy accelerate beyond the countries that have abundant natural resources around it. A good banking system makes funds flow from neighboring countries including China, Japan and Taiwan.

The development of this service-based economic system is clearly visible now, almost no major global companies do not have branch offices there, but they have their own strategies for banking, because it is seen that only local banks become the Main Bank (Prime Bank). It seems that Saudi Arabia must learn from Singapore if they want to change from Petro country to Services country.

I was amazed when I saw how Singapore maintained its cultural heritage, ethnic and colonial houses and even cemeteries and mosques, something that in many countries might have been lost in the modernization. If we go around Singapore it will feel this ambiance, it's just that if we understand history, a big question will arise, why is most of the culture that is cared for is ethnic Chinese heritage? The answer is interesting, "maybe they were the ones who built Singapore since the time before independence until now". Then where is the ethnic Malays? Well, this is what concerns me.

There is a price to be paid by development and modernization, namely the loss of "Malay Language".

Efforts to become a World Economic Power make Singapore must prioritize English in their daily lives, this is mainly because this language has become the official language since before independence.

Then Mandarin, which is the trade language for ethnic Chinese there. Interesting to me especially when chatting with some Chinese Singaporeans, their young generation turned out they were not oriented to Mainland China, they were more proud of "I am China and I am Singapore".

Then Urdu / Indian Language, considering that many ethnic Indians have been living for a long time and become one of the motor development in Singapore.

Malay language almost vanished, in the direction markers and official announcements, this language always became the last or third before Urdu. One day I spoke with ethnic Malays who were drivers there, when I asked "What children at home use the language"? He answered "English”?.

The Singaporean government is sure that I understand this very well, especially when I visited the last year and see how the government tried by making a "use bahasa language" campaign installed on public buses. Moreover, we all know that Indonesian is used as the official language of ASEAN and the roots of Indonesian are Malay.

In my understanding "Language" is "Identity". The loss of the Aztecs, the Incas or the Amazon was not because their descendants did not exist, but because their language was no longer used, that was also the case with Indians in America.

Penetration of English throughout the world by riding on "international trade" should not bury the native language of its inhabitants. As the Malay proverb "esa hilang dua terbilang, takkan melayu hilang dibumi"

Will Malay Language disappear in Singapore?

Wassalam.

------- ilalang -------



Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...