Bismillahirrahmanirrahim.
Telah berlalu beberapa hari dilangsungkan Seminar Online tentang " Mengupas Sejarah Raden Fatah". Suatu kehormatan pula bahwa saya dapat hadir dan mengikuti acara tersebut yang tentunya sarat dengan informasi sejarah yang dikupas oleh ahlinya.
Layaknya sebuah diskusi, maka tentu terdapat beberapa adu argumen untuk mencari solusi atas permasalahan yang dibahas. Sebagai penggemar sejarah yang bertumpu pada pranala umum atau informasi yang umum ketahui, maka diskusi kemarin sangatlah menarik. Terutama karena beberapa anggota diskusi tidak hanya terkait secara geography (gemeinschaaft by place) akan tetapi juga terkait secara emosional yang mungkin akibat adanya hubungan nasab/darah (gemenischaaft by blood).
Sebagai orang awam dan hanya penggemar sejarah, diskusi ini secara tegas membuat sebuah versi baru lagi tentang tokoh besar di masa lalu yang bernama Raden Fatah. Kaena itu saya coba untuk mengurai perbedaan sebagai berikut :
1. Pranala Umum
Bahwa Raden Fatah adalah anak Brawijaya V (Bhre Kertabhumi / Khung-Tu-Bhu-Mi dalam cerita Kuil Sam Po Kong). Lahir dari Ibu bernama Siu Ban Chi yang merupakan selir Brawijaya V, karena dicemburui oleh Permaisuri, maka selir ini dihadiahkan kepada Arya Damar yang waktu itu berkuasa di Palembang atas nama Majapahit, saat berangkat ke Palembang beliau dalam keadaan hamil.Setelah melahirkan Raden Hasan atau Jim Bun yg kemudian dikenal sebagai Raden Fatah, beliau dinikahi Arya Damar dan dari pernikahan teersebut lahirlah Raden Husen atau Kin San yang kemudian dikenal sebagai Adipati Terung, dst...dst
2. Pranala Baru
Informasi baru tentang Raden Fatah ini berbeda jauh dengan versi umum, namun karena disampaikan oleh para ahli yang memegang naskah lama (belum diketahui umurnya), maka patut hendaknya kita dukung dengan mencari data-data sekunder yang berkaitan.
a. Dalam informasi baru ini, Raden Fatah disebutkan sebagai anak dari Sayyid Umadtuddin Abdullah Al Khan dan Ibu Syarifah Zaenab binti Ibrahim Zaenuddin Al Akbar. Dalam sessi yang sama terdapat pula informasi bahwa ayah beliau adalah Maulana Abdullah, kemudian ada info lagi bahwa ayahnya adalah SIR RAH ALAM, mungkin saja semua itu menunjuk kepada orang yang sama.
b. Selanjutnya info tentang Zaenab binti Zaenuddin Al Akbar Asmorokandi yang juga ayah dari Sayyid Murtadho, Sunan Ampel dan Maulana Ishak. Disini terdapat beberapa perbedaan yang cukup mendasar dengan pranala umum. Maulana Ishak adalah saudara dari Maulana Malik Ibrahim (disebut juga Syaikh Ibrahim Asmorokandi - karena berasal dari Samarkand, lidah Jawa menyebut As-Samarkandi menjadi Asmorokandi), lalu Maulana Malik Ibrahim berputra Rd Rahmad (Sunan Ampel/Bong Swi Ho) dan Sayyid Ali Murtadho. Diperlukan lebih banyak literasi dari berbagai rujukan agar mendapatkan cerita yang sesungguhnya.
c. Informasi tentang Arya Penangsang yang datang ke Sumatera Selatan bersama adiknya Arya Mataram (berbeda dengan pranala umum dimana Arya Penangsang dikisahkan gugur ditangan aliansi Hadiwijaya/Jaka Tingkir - Sutawijaya dalam perang Demak-Pajang) perlu juga ditambahkan sumber-sumber dan rujukan lain agar membuat kisah sejarah ini menjadi terang benderang.
3. Hipotesa
Diskusi menarik pada malam itu membuahkan hipotesa yang berupa argumen-argumen dengan bukti pendukung yang disampaikan oleh para pemantik. Beberapa pertanyaan bahkan belum terjawab karena terbatasnya ruang dan waktu. Diperlukan kajian-kajian yang lebih dalam disertai pembuktian secara empiris agar hipotesa yang disampaikan dapat dijadikan sebuah kesimpulan yang valid dan tak terbantahkan. Bila hasilnya harus merubah sejarah dalam pranala umum, itu merupakan buah manis yang menjadi sumbangan kita semua bagi generasi selanjutnya.
Akhirnya terima kasih tak terhingga kepada KAJAH yang telah melakukan satu langkah indah dalam dunia sejarah di Indonesia, terima kasih pula kepada para ahli yang telah bersedia menjadi pemantik, juga terima kasih kepada semua pencinta sejarah yang telah mengikuti diskusi.
Semoga Alla Ta'ala mencurahkan kepada kita semua cahaya yang terang benderang, agar dapat menyibakkan kegelapan dan menyusuri jalan yang diridhoi, aamiinn.
Wallahul Musta'an wa Allahu Yahdikum
Barakallahu li w alakum
Wassalam
------- ilalang -------
No comments:
Post a Comment