Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh..
Quo Vadis !!!! (mau kemana)
Sesungguhnya hari ini saya mau meneruskan tulisan mengenai Perang
Qadisiyyah yang minggu kemarin terhenti karena mood saya hilang, akan tetapi
pagi ini yang muncul adalah mood mengenai manusia, jadi Qadisiyyah mohon
bersabar ya,… hehehe Alhamdulillah.
Sahabat dan saudaraku yang dirahmati Allah swt., siapakah kita ini?? Apa
yang harus kita lakukan?? Mau kemana kita??dan bagaimana melakukannya??.
Ada sederet panjang bentuk
kata tanya yang bisa kita buat yang berhubungan dengan keberadaan kita mengisi
bumi ini, untuk menjawabnya kita perlu menggali, mempelajari, memahami dan
menjalankan semua yang diamanahkan kepada kita oleh Allah swt dan Rasulullah
saw.
Pertama adalah Firman Allah swt.yang artinya, “Dan
(ingatlah) tatkala Rabbmu berkata kepada malaikat , ‘Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan di bumi seorang khalifah’. Berkata mereka, ‘Apakah Engkau hendak
menjadikan padanya orang yang merusak di dalamnya dan menumpahkan darah,
padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau?’. Dia
berkata, ‘Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS. Al Baqarah : 30)
Selanjutnya dan terpenting
adalah goals/target/tujuan penciptaan kita yang dilansir dalam surat Adh-dhariyat
: 56,“Wama kholaqtul jinna wal insa illa
liya’budun ” yang artinya : “Aku
(Allah) tidak menciptakan Jin dan Manusia kecuali Aku ciptakan agar mereka
menyembah kepada Ku ”
Selanjutnya dalam At-Thahrim
: 66 Allah berfirman : “Ya ayyuhalladzina amanu qu anfusakum wa ahlikum naaro”. Arti
umumnya, “Hai orang-orang yang beriman,
jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.
Cukup rasanya dimulai dengan 3 ayat diatas, kita ga usah dulu ngurusin
Pilkada kalau tidak ada kemampuan dan pengetahuan tentang itu, sekarang kita
ngurusi diri kita dulu aja.
Ayat pertama (Al-Baqarah : 30)) merupakan percakapan antara Sang
Khalik dan ciptaanNYa yang bernama Malaikat tentang eksistensi manusia, dimana
setelah diciptakan Allah memberikan privilege right (Hak Utama) sebagai
Khalifah dibumi dan Hak ini tidak pernah diberikan kepada cipataan lain bahkan
tidak kepada penduduk langit sekalipun. Oleh karenanya manusia diciptakan sempurna
sebagaimana dilansir dalam Surat At-Tin : 4 “Laqod kholaqnal insaana fii ahsani taqwim” yang arti umumnya : “Sesungguhnya Kami
telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Selanjutnya dalam surat At-Tin tersebut
dijelaskan tentang salah satu hasil dari pencapaian manusia dalam perjalanannya
di atas muka bumi (sebagai khalifah), “tsumma rodadnahu asfala safilina”, “kemudian
kami kembalikan mereka ketempat yang serendah-rendahnya”. Ayat selanjutnya
mengatakan tentang “Kecuali bagi mereka yang beramal sholeh”… dst…dst, silahkan
teruskan sendiri.
Subhanallah,
sungguh indah Allah swt menjelaskan satu dan lainnya (teman saya berkata bahwa
sebaik-baik penjelasan ayat Alquran adalah yang dijelaskan oleh ayat lainnya),
kita ditempatkan pada posisi yang paling tinggi dan kemudian bila salah jalan
kita pada akhirnya dapat menempati posisi yang paling rendah atau hina, sebuah
fragmen singkat akan sebuah perjalanan yang notabene sudah diberikan guidance (petunjuk)
bahkan diberikan secara gamblang contoh-contoh soal dalam Alquran tentang
sejarah perjalanan kaum-kaum, sehingga patut dan sangat-sangat patut bila Allah
swt menyindir kita dalam Ar-rahman dengan “Fabiayyi alaa ‘iraabikuma tukadzdziban”
– “ Sungguh nikmatKu yang mana lagikah yang kamu dustai”.
Alquran
memakai kata “dusta” dan bukan “ingkar” yang maknanya bahwa manusia itu
merasakan tapi tidak mau menyatakannya, sedangkan “ingkar” bermakna bantahan
dimana terdapat arti penolakan atas apa yang diterima.
Pada
ayat lain di Surat Al-Adiyat : 6 : “Innal insaana lirabbihi lakanuud” yang arti
bebasnya : “sungguh manusia itu kepada Tuhannya tidak berterima kasih”. Dalam
ayat ini ada aroma pengingkaran dari manusia, karena tidak berterima kasih atau
tidak bersyukur dan itu masuk ke wilayah pengingkaran.
Dari
keterangan singkat diatas kiranya dapatlah kita mencoba menjawab pertanyaan “siapa
kita?”, secara eksplisit dan terang benderang dapat kita pahami bahwa kita
ternyata hanyalah ciptaan (creation) saja, tidak lebih dan tidak kurang dan
seandainya kita ditinggikan dalam derajat penciptaan tidaklah menutup
kemungkinan kita akan terlempar ketempat yang paling rendah. Hal ini
dikarenakan manusia terkadang tidak tahu diri, merasa paling bisa dan paling
pintar, merasa tahu segalanya yang semua berputar-putar dalam tarian “nafs” dan
melupakan hakikat Sang Pencipta (Al Khaliq) sehingga terlempar pula rasa syukur
dan rasa terima kasih pada Sang Pencipta.
Ayat
ke 2 tentang tujuan penciptaan, ternyata tidak lebih dan tidak kurang adalah
untuk beribadah kepadaNya. Mengenai ibadah ini aplikasinya telah menjadi
perdebatan selama ratusan tahun, ada yang berpegang pada ritual saja dan ada
pula yang beranggapan semua perbuatan baik adalah ibadah.
Bila
kita bedah dari sisi bahasa (semantic approach), kata ibadah tergolong kata
kerja yang mencerminkan perbuatan atau tindakan yang bisa berarti melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu (dalam ilmu hukum disebut Daad atau
Inggrisnya Deed). Nah…. Dalam Surat Al Ikhlas yang sudah kita hafalkan sejak
kecil dijelaskan : “Allahu Samad” yang kira-kira berarti “Allah tempat
bergantung segala sesuatu”. Disini Allah swt membuat ungkapan yang sangat luas,
segala sesuatu tidak terbatas pada kata kerja atau kata benda dan lainnya,
segala sesuatu berarti semuanya tanpa batasan, tentunya termasuk didalamnya
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Dapat dibayangkan bila segala
sesuatu itu tidak digantungkan kepada Allah atau tidak dimintakan izin,
permohonan, dll atau tidak dilaporkan, tidak dinyatakan, tidak disertakan Allah
swt dalam setiap langkahnya (minimal pada langkah/stage awal), apa yang
terjadi? Jawabannya kira-kira begini (biar gampang dimengerti), dalam bahasa komputer
(ASCI/COBOL dll) hanya dikenal angka 0 dan 1, dalam setiap perintah komputer akan
tertulis bahasa aslinya susunan angka 0 dan 1, contoh 00011010101, perintah ini
disebut syntax. Manakala hanya angka 0 saja yang ada tanpa angka 1 maka
perintah tidak jalan (disebut syntax error). Bila kita mengkaji Al Ikhlas
dengan cara ini akan terlihat bahwa :
-
Qulhuallahu Ahad,
sesungguhnya Allah itu satu, representasi dari angka 1
-
Allahu Samad,
tempat bergantung segalanya, semua harus disertai angka 1
-
Lam Yalid walam
Yulad, tidak beranak dan tidak diperanakkan, berarti angka 1 itu berdiri
sendiri dan tidak berasal dari manapun.
-
Walam Yakullahu
Kufuan Ahad, tidak ada yang sebanding dengannya, tidak ada sesuatupun yang
lebih besar dari angka satu, ini berarti bahwa yang selainNya adalah 0,
representasi dari angka yang lebih kecil dari 1.
Merujuk
pada hipotesa diatas, maka jelas bahwa segala sesuatu yang tidak menyertakan Allah
swt didalamnya adalah Syntax Error, sebaliknya bilamana Allah disertakan dalam
segala sesuatunya (bahasa kerennya; dalam setiap tarikan nafas, hehehe) maka
barulah dia memiliki arti atau perintahnya bisa jalan atau mendapat ridho Allah
atau jadilah dia ibadah (inilah salah satu alasan dari mereka yang berpendapat
bahwa ibadah itu bukan semata-mata ritual melainkan segala tindakan positif
termasuk ibadah ritual).
Dus sampailah kita pada pertanyaan “apa yang harus kita lakukan?”,
jawabannya kira-kira seperti diatas, yaitu ibadah, dimana mulai bangun pagi
sampai mata terpejam bahkan sampai tidurpun mempunyai nilai ibadah bila Allah
swt disertakan didalamnya. Stop!! Kalau dibahas lebih panjang ga akan ada habisnya.
Ayat ke 3 tentang peringatan alias warning, kenapa?? Karena manusia
suka kebablasan, ayat ini adalah Rem atau Automatic Brake System (ABS) agar
manusia ga nyelonong saking getolnya bergaul dengan yang namanya “nafs”. Ingin
lebih jelas bisa membaca karya Imam Al Gazali yang berjudul Al-Ghurur
(Manusia-manusia Tertipu), idiihhhh serem amat ya. Baiklah sekarang kita coba
gali lebih jauh ayat ini :
- Yaa Ayyuhaladzina Amanu, Duhai orang-orang yang
beriman, ini adalah pembatasan sebagaimana ayat-ayat lain dalam Alquran yang
mempunyai subject yang sama. Kalau belum merasa beriman ga usah pusing sama
ayat ini, Ok!
- Ku Anfusakum, Jagalah diri kalian, wilayah pertama
yang harus kita jaga adalah diri kita sendiri, bukan orang lain, bukan
tetangga, bukan teman kantor dan lainnya.
- Wa ahlikum, keluarga kalian, wilayah kedua yang
jadi tanggung jawab kita adalah keluarga kita, bukan keluarga Kyai, bukan
keluarga Presiden bukan keluarga Gubernur dan lainnya.
- Naaron, dari Api Neraka, kita jaga dari apa? Ya..itu
tuh.. Api yang sangat panas, yang bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu.
Harap dibedakan antara jaga dan menyampaikan, karena jangan gara-gara
ayat ini akhirnya kita ga mau lagi menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar, itu
juga salah. Karena menyampaikan ayat itupun perintah dari Rasulullah saw dengan
kalimat “baligh anni walau aayahu” sampaikan walaupun 1 ayat. Gawatnya kalau kita
mengabaikan perintah ini maka kita akan terkena apa yang dikatakan Rasulullah
bahwa “Barang siapa tidak mengikuti perintahku maka “laisaminni/bukan ummatku”.
Gaawaaat.
Demikian pembahasan hari ini, lebih dan kurang mohon maaf, kepada
Allah swt saya mohon ampun.
Barakallahu liwalakum
Wassalam
ACT
15 Agustus 2016