Monday, January 21, 2019

Yang Pertama (the first)


Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim

Yang Pertama

Saudara dan sahabat, semoga Allah Ta’ala senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah, inayah serta kasih sayangNya pada kita semua, aamiinn…

Pernahkah kita berfikir tentang apa yang kita khawatiri dalam hidup ini, kemiskinan? Popularitas? Atau lainnya? Pernahkah kita membayangkan, terutama setelah berada di usia senja, bahwa ternyata semua yang berbau keduniawian itu tidaklah terlalu mengkhawatirkan, toh kita semua melaluinya dengan cara masing-masing dan ternyata kita baik-baik saja.

Sudah sangat sering saudara dan sahabat mengingatkan bahwa dunia ini hanya sementara, sudah cukup banyakkah bekal kita untuk beranjangsana ke tempat abadi kita? Tentunya kita termasuk orang yang beruntung karena banyak yang mengingatkan tentang Akhirat Resort tersebut.

Sampai suatu hari saya merenung, benarkah semua amalan baik tersebut dapat membantu kita, apakah cukup dengan berbuat baik saja maka kita akan termasuk orang yang selamat?.

Hasil yang didapat dari merenung tersebut ternyata berupa “key point” tentang semua yang pertama, sebelum melangkah ke stage selanjutnya. Mari kita coba untuk mengulasnya sebagai berikut;

1.       Yang Pertama Dilihat.
Sebagaimana Hadits Rasulullah saw :
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى( أَجْسَادِكُمْ وَ لاَ إِلَى ) صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ (إِنَّمَا) يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ ( وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ) وَ أَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa dan harta kalian. Akan tetapi sesunguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati kalian (Nabi Shalalllahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke dadanya) dan dia melihat pula kepada amal kalian.
Dalam Hadits yang lain Rasulullah saw menyatakan bahwa pada tubuh kita ada segumpal daging, bila ia baik maka baiklah semuanya, bila ia buruk maka buruklah semuanya, dia adalah hati (qalbu).
Terang benderang bagi kita akan tetapi ghaib bagi orang lain, hanya kita yang tahu bagaimana kondisi qalbu ini, ikhlas kah?, iri kah?, tawaddu kah?, ujub kah?, dll, dll. Kuncinya adalah bila ternyata dia buruk maka tidak ada amalan yang dapat kita harapkan dapat membantu kita nanti. Bagaimana menjaga agar dia tetap terjaga kebaikannya, konon hanya zikirlah  yang dapat menjadi stabilizernya.
2.       Yang Pertama Ditanya.
Pertanyaan pertama yang akan disampaikan saat kita di alam kubur adalah “Man Rabbuka” atau “Siapa Tuhanmu”. Saat itu mulut sudah bebas tugas, dia tidak lagi menjadi juru bicara, semua anggota tubuh kita akan menjawab pertanyaan tersebut. Sampai disini dapat kita bayangkan apa yang akan dijawab oleh kaki bila jarang ke masjid atau ke pengajian, apa yang dijawab oleh tangan bila sehari-hari mengetik berita bohong, apa yang akan dijawab oleh kepala bila yang difikirkan selalu saja diri sendiri, demikianlah bilamana dalam keseharian kita tidak menyertakan Allah Ta’ala dalam setiap kegiatan/aktifitas kita, maka kita sangat layak untuk khawatir. Gagal pada pertanyaan pertama ini menggugurkan pertanyaan selanjutnya, karena bukan pertanyaan kedua yang akan diterima melainkan azab kubur sampai kiamat tiba.

3.       Yang pertama Ditimbang.
Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.”
Ini adalah hal terkadang kita sepelekan saat hidup didunia, ternyata sholat adalah penentu dari diterima atau tidaknya amal shalih kita semasa didunia. Tentunya yang dimaksud “baik shalatnya” tersebut bukan hanya sekedar sholat, tentunya kita harusnya khawatir apakah sholat kita sudah baik? Tentunya kita harusnya khawatir apakah sholat kita sudah benar? Bukankah ia jadi penentu tentang diarahkan kemana kita nantinya?

Demikian saudara dan sahabatku tercinta semoga bermanfaat bagi kita semua dan mari kita khawatiri 3 hal “Yang Pertama” tersebut.

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT 


Wednesday, January 16, 2019

Sholat dan Mobil (prayer and car)


Assalamualaikum wr wb
Bismillahirrahmanirrahim…

Sholat dan Mobil

Long-time no see, semoga kita semua selalu dalam lindungan dan curahan kasih sayang Allah Ta’ala, aamiinn…

Beberapa hari ini terlintas kembali fikiran tentang betapa pentingnya sholat, terutama bila mengingat bahwa sholat adalah hal pertama yang ditimbang saat Yaumil Hisab nanti. Fikiran ini selalu muncul terutama bila mengingat Hadist Rasulullah saw yang berbunyi ;

فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
Bila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, sebaliknya jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Ausath, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Ash-Shahihah no. 1358 karena banyak jalannya)

Beberapa tulisan pernah terlontar tentang ini, baik di blog ini maupun dalam bentuk pesan pribadi (private message) ke sahabat, teman atau keluarga. Namun belakangan ini sebuah analogy muncul dikepala, dicoba untuk direnungkan dan dibayangkan hasilnya bila diungkap, karena rasa rendah diri dan rendah ilmu itu selalu saja ada bila ingin berbagi nasihat, namun terlalu kuat desakan untuk mengungkapnya, hingga marilah kita nikmati bersama.

Setelah berbicara dengan banyak orang, termasuk teman, sahabat, keluarga dan lainnya, sebuah hipotesa unik muncul tentang sholat, bahwa hampir sebagian besar kita dan pasti termasuk saya sendiri selama ini mengerjakan sholat seperti mengendarai mobil. Kenapa demikian?.

Banyak diantara kita bisa mengendarai mobil, ada yang belajarnya dengan mobil orang tua, mobil teman atau belajar lewat kursus mengendarai mobil. Setelah bisa mengendarai dan lingkungan memvalidasi kemampuan kita membawa mobil, maka jadilah kita seorang yang bisa mengendarai mobil. 
Pada titik ini, kita terbagi dengan :
1.       Mempunyai SIM (Surat Izin Mengemudi)
2.       Tidak mempunyai SIM

Anggap saja kita sudah memiliki SIM dan sudah puluhan tahun mengendarai mobil, lalu coba kita bayangkan apakah selama ini kita sudah mengendarai mobil dengan BENAR? Mari kita coba perhatikan orang yang mengendarai mobil saat ini, boleh juga kita perhatikan cara kita sendiri mengendarai mobil, apakah sudah benar? Apakah sudah mengikuti ATURAN dan ETIKA dijalan raya? Ternyata untuk menjadi BENAR harus ada ATURAN yang dipatuhi (rukun) dan ETIKA yang juga sebaiknya dipakai (adab).

Kita ambil contoh sebagai berikut :
1.       Bahwa aturan bila di pertigaan, semua kendaraan harus STOP terlebih dahulu, memastikan bahwa tidak ada kendaraan lain melintas dari kiri atau kanan, barulah boleh berbelok. Mungkin kita sering lihat bagaimana kendaraan berbelok tanpa melihat kiri kanan, yang seringkali membuat kita melakukan REM mendadak.
2.       Bahwa lampu jalan harus ditaati, tidak perduli dalam keadaan kosong (tidak ada kendaraan) sekalipun. Sering kita lihat saat lampu menyala merah dan melihat tidak ada kendaraan lain, kendaraan yang seharusnya berhenti melenggang begitu saja.
3.       Bagaimana dengan yellow disjunction box di perempatan, bagaimana bila lampu menyala hijau tapi didepan kita macet, apakah pantas kita membunyikan klakson saat terjadi kemacetan, apa yang dilakukan bila kita ingin mendahului kendaraan didepan, bagaimana aturan berhenti dipinggir jalan, dan seterusnya dan seterusnya.

Contoh-contoh diatas sempat membuat saya merenung, bahwa ternyata untuk mengendarai mobil ternyata tidak cukup dengan bisa mengendarai saja, tetapi harus dapat mengendarai dengan benar.

Lalu apa hubungannya dengan sholat!!, disinilah sebuah analogy terbentuk, sebuah kesadaran diri tertumpah dan menyatakan bahwa betapa selama ini telah lalai akan sholat yang BENAR, betapa selama ini hanya sampai sebatas BISA saja, …astaghfirullah…tsumma astaghfirullah.

Kekhawatiran akan sholat yang benar ini akhirnya mengajak diri untuk menelisik tentang bagaimanakah sholat yang benar, lalu dicobalah dengan segala keterbatasan yang ada (terutama ilmu) untuk membedahnya, semoga Allah ridho..aamiinn

1.       Wudhu
Hukum wudhu dilansir dalam QS Al-Maidah ayat 6, dimulai dengan membasuh muka terus sampai membasuh kaki tanpa membasuh telinga. Disini kita dapat rujukan bahwa membasuh, telapak tangan, hidung dan telinga adalah Sunnah. Kemudian ayat tersebut mengajarkan cara tayammum cukup dengan membasuh muka dan tangan. Karena ayat inilah maka bagi yang mengamalkan Manhaj Imam Syafei ra, niat wudhu harus dilakukan saat membasuh muka, Fiqh Syafei menyebutkan bahwa niat wudhu yang dilakukan sebelum atau setelah membasuh muka hukumnya tidak sah, sehingga wudhunya pun tidak sah!.
Apakah wudhu kita sudah benar? Ingat sah tidaknya wudhu menyangkut sah tidaknya sholat.

2.       Qalbu
Saya tidak akan mengangkat soal rukun sholat yang 13, karena pasti semua sudah paham, selanjutnya adalah Qalbu sebagimana Hadits Rasulullah saw;
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى( أَجْسَادِكُمْ وَ لاَ إِلَى ) صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ (إِنَّمَا) يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ ( وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ) وَ أَعْمَالِكُمْ
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kalian dan tidak juga kepada rupa dan harta kalian. Akan tetapi sesunguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati kalian (Nabi Shalalllahu ‘alaihi wa sallam mengisyaratkan ke dadanya) dan dia melihat pula kepada amal kalian”.
Ini masalah adab dalam sholat, apakah hati kita juga sholat? Ada banyak cara untuk melakukan ini silahkan cari guru atau ustadz agar dapat belajar sholat dengan hati.

3.       Al-Fatehah
Termasuk rukun sholat yang berupa lafaz dan didawamkan, ternyata tidak banyak yang tahu bahwa ada 14 sabdu/tasydid dalam Al-Fatehah yang tidak boleh tertinggal karena menyangkut sah dan tidaknya Al-Fatehah (dari Imam Nawawi Al Bantani, atau silahkan tanya Mbah Google ternyata banyak sumber lain juga).
Apakah Al-Fatehah kita sudah benar?

4.       Tuma’nina
Termasuk Rukun sholat, dalam artian sesungguhnya adalah berhenti sebentar, artian luasnya berhenti sebentar dan tetap dalam urutannya/tartill.
Sepertinya ini juga termasuk yang sering kita abaikan, para masyaikh mengajarkan bahwa tuma’nina dilakukan untuk mengambil nafas (inhale) dan saat melafazkan takbir untuk gerakan berikutnya kita melepaskan nafas (exhale) sambil bertakbir.
Apakah kita sudah benar?

5.       Doa khusus dalam sholat.
Banyak yang ragu antara boleh dan tidak, Rasulullah saw menyatakan untuk perbanyaklah mengagungkan Allah saat ruku’ dan perbanyaklah do’a saat sujud dan dalam beberapa hadits Rasulullah saw juga berdoa saat tasyahud akhir.
Kalau ini pasti sudah benar semua.

6.       Tasyahud Awal
Banyak versi padahal ini adalah rukun, tasyahud awal dimulai dengan Attahiyattu….. diakhiri dengan shalawat nabi, masalahnya adalah dimana berhentinya lafaz shalawat, sebagian berkata bahwa shalawat hanya “Allahuma shalli ala Sayyidina Muhammad” dan sebagian melanjutkan dengan “wa ala alii Sayyidina Muhammad” dengan dasar hadits “termasuk orang bakhil bagi yang bersalawat kepadaku tanpa bersalawat pada keluargaku”
Inipun pasti sudah benar semua, karena semua pilihan benar, termasuk bagi yang memakai Sayyidina atau yang tidak.

Demikian mungkin masih banyak lagi yang lain. Kenapa saya selalu khawatir tentang sholat?, karena cerminan akhlak kita adalah sholat, yang menjaga kita dari maksiat juga sholat (Al-Ankabut 45), mungkin lebih jelas pada tulisan tentang sholat sebelumnya. Tulisan ini merupakan tulisan ketiga tentang Sholat yang mengajak kita semua untuk tidak sekedar BISA sholat.

Tulisan ini dimaksudkan bagi diri saya sendiri dan juga bagi yang membaca, mari kita sama-sama memperbaiki diri kita, saling memberi tahu dan mengingatkan dalam kebaikan, karena saya juga masih terus  belajar dan berupaya untuk menjadi manusia yang lebih baik

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum
Wass
ACT


Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...