Thursday, January 18, 2018

Knowledge and Religion

Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum wr wb

Ilmu, apakah ilmu itu? Untuk apa ilmu? Mengapa kita harus mengejarnya?
Pertanyaan itu muncul setelah bolak balik membaca berita, baik itu dari media social maupun dari media beneran. Yang paling mengundang tanya adalah media social, dimana setiap orang boleh bicara apa saja, baik itu di ruang publik maupun di ruang grup (terbatas), entah itu dengan FB, WA, Line dan lainnya. Pihak pemangku kebijakan publik telah mencoba untuk membuat pagar dengan UU ITE, akan tetapi tetap saja informasi yang bertumpahan disana tak jelas kebenaran dan maksudnya. Toh dalam UU tidak diatur mengenai sindiran (baik itu pedas ataupun setengah pedas, entah itu valid atau tidak valid), nyinyiran dan sejenisnya. Hal itu karena nyinyiran dan teman-temannya itu berada di ruang abu-abu, sehingga sangat gampang berkelit (contoh : bila orang nyinyir terhadap kebijakan pemerintah, sepanjang dia tidak menyebutkan Pemerintah mana, ya.. gak bisa diapa-apakan. Bisa aja nanti ybs bilang Pemerintah Negeri Antah Berantah). Demikianlah, akhirnya ruang publik di media sosial cukup banyak berisi orang-orang pengecut yang tidak berani melakukan kritik terbuka baik terhadap perorangan maupun lembaga publik. Motifnya, sebagian iseng, sebagian cari perhatian, sebagian cari uang dengan provokasi dan alhamdulillah sebagian lagi masih tersisa orang-orang yang ingin bersilaturahmi dan berbagi hal positif.

Lalu, apa hubungannya dengan ilmu?

Nah… inilah sebenarnya yang akan kita bahas. Ilmu berada ditempat yang sangat terhormat, baik dalam atmosfir keduniawian maupun keagamaan. Terdapat nama-nama besar sepanjang sejarah yang merupakan orang berilmu, mereka dikenang dan disyukuri keberadaannya diatas muka bumi ini karena membawa perubahan yang luar biasa dengan ilmunya. Sebut saja Ibnu Sina di bidang kedokteran, Al Khawarizmi sang penemu Aljabar atau Thomas Alfa Edison atau Madame Currie atau Ibnu Rusydi, dan lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang sarat dengan ilmu dan membawa perubahan positif dalam urusan keduniaan.

Ternyata ilmu saja tidaklah cukup dalam urusan dunia, Baginda Rasulullah saw mengatakan dalam hadistnya yang terkenal “Tholabul Ilmi” atau “carilah ilmu” yang dalam konsep agama Islam adalah mencari ilmu dengan mengharap keridhoan Allah Ta’ala. Kemudian dorongan soal llmu ini berlanjut dengan “carilah ilmu walaupun sampai ke negri China”, ada yang berpendapat bahwa hadist ini tergolong dho’if tetapi tetap saja mengandung hikmah atas betapa pentingnya ilmu. Albert Einstein, Fisikawan dunia yang terkenal itu membuat sebuah kiasan yang berbunyi “Ilmu tanpa agama BUTA dan agama tanpa ilmu LUMPUH”.

Ilmu dan Agama, yang pertama sarat dengan muatan duniawi dan yang kedua sarat dengan muatan ukhrowi, dimana keduanya harus berimbang, yang satu tak boleh meninggalkan yang lain, karena bila muatan ilmu lebih dominan dibandingkan agama, kepala kita akan cenderung mendongak keatas, kita akan berhadapan dengan betapa pintarnya “aku” dan betapa hebatnya “aku”. Sebaliknya bila muatan agama sangat dominan, maka kepala kita akan lebih banyak tertunduk, kita akan berhadapan dengan ketidakberdayaan dan ketidakmampuan dalam menyikapi hidup dan kemaslahatan, kekuatan tipu-tipu dunia beralaskan agama akan dengan mudah termakan dan tertelan bulat-bulat.

Nah, kembali ke masalah diatas, kemungkinan besar apa yang terjadi disebabkan oleh kurangnya ilmu atau kurangnya agama, atau kurang kedua-duanya. Orang beragama tidak akan nyinyir terhadap saudaranya karena itu termasuk “ghibah” dan orang berilmu akan menyampaikan pendapatnya dengan santun dan penuh kearifan.

Sebuah hadist dari Rasulullah saw yang disampaikan oleh Abu Hurairah ra. dan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Abu Dawud yang berbunyi “man salaka thoriqon yaltamisu fihi ilman, sahalallahu thoriqon ilal Jannah” – “barang siapa menempuh perjalanan menuntut ilmu, maka Allah Ta’ala akan memudahkan jalannya menuju surga

Terakhir beberapa hadist Rasulullah saw dan ucapan Sayyidina Ali ra tentang ilmu :

Rasulullah saw, bersabda : ‘Siapa yang beramal tanpa didasari ilmu, unsur merusaknya lebih banyak daripada unsur yang memperbaikinya.’

Dan beliau juga bersabda : ‘Orang yang taat beribadah yang tak memiliki pengetahuan tentang Tuhan, bagaikan keledai yang menggerakkan jentera.’

Dan dilain kesempatan beliau bersabda : ‘Akan terjadi sejumlah fitnah dimana seorang pada pagi harinya beriman namun sorenya sudah menjadi kafir kecuali orang yang Allah hidupkan dengan ilmu.’

Sayyidina Ali ra berkata : ‘Allah tidak mengambil janji dengan kaum yang bodoh untuk menuntut ilmu sampai Dia mengambil janji dengan para ulama untuk memberikan ilmu kepada kaum yang bodoh tadi. Pasalnya ilmu telah ada sebelum kebodohan.’ Selanjutnya  beliau juga berkata : ‘Tegaknya agama oleh empat hal, pertama ulama pembicara yang mengamalkan ilmunya, kedua orang kaya yang tidak kikir dalam memberikan hartanya kepada pemeluk agama Allah, ketiga orang miskin yang tidak menukar akhiratnya dengan dunianya, dan keempat orang bodoh yang tidak angkuh untuk menuntut ilmu. Apabila seorang alim menyembunyikan ilmu, orang kaya kikir dengan hartanya, orang miskin menukar akhirat dengan dunianya dan orang bodoh tidak mau menuntut ilmu, maka dunia ini kembali mundur kebelakang.’

Allahu’alam bissawab
Barakallahu li walakum

ACT

No comments:

Post a Comment

Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...