Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamualaikum
wr wb
Ilmu, apakah ilmu itu? Untuk apa
ilmu? Mengapa kita harus mengejarnya?
Pertanyaan itu muncul
setelah bolak balik membaca berita, baik itu dari media social maupun dari
media beneran. Yang paling mengundang tanya adalah media social, dimana setiap
orang boleh bicara apa saja, baik itu di ruang publik maupun di ruang grup
(terbatas), entah itu dengan FB, WA, Line dan lainnya. Pihak pemangku kebijakan
publik telah mencoba untuk membuat pagar dengan UU ITE, akan tetapi tetap saja
informasi yang bertumpahan disana tak jelas kebenaran dan maksudnya. Toh dalam
UU tidak diatur mengenai sindiran (baik itu pedas ataupun setengah pedas, entah
itu valid atau tidak valid), nyinyiran dan sejenisnya. Hal itu karena nyinyiran
dan teman-temannya itu berada di ruang abu-abu, sehingga sangat gampang
berkelit (contoh : bila orang nyinyir terhadap kebijakan pemerintah, sepanjang
dia tidak menyebutkan Pemerintah mana, ya.. gak bisa diapa-apakan. Bisa aja
nanti ybs bilang Pemerintah Negeri Antah Berantah). Demikianlah, akhirnya ruang
publik di media sosial cukup banyak berisi orang-orang pengecut yang tidak
berani melakukan kritik terbuka baik terhadap perorangan maupun lembaga publik.
Motifnya, sebagian iseng, sebagian cari perhatian, sebagian cari uang dengan
provokasi dan alhamdulillah sebagian lagi masih tersisa orang-orang yang ingin
bersilaturahmi dan berbagi hal positif.
Lalu, apa hubungannya
dengan ilmu?
Nah… inilah
sebenarnya yang akan kita bahas. Ilmu berada ditempat yang sangat terhormat,
baik dalam atmosfir keduniawian maupun keagamaan. Terdapat nama-nama besar
sepanjang sejarah yang merupakan orang berilmu, mereka dikenang dan disyukuri
keberadaannya diatas muka bumi ini karena membawa perubahan yang luar biasa
dengan ilmunya. Sebut saja Ibnu Sina di bidang kedokteran, Al Khawarizmi sang
penemu Aljabar atau Thomas Alfa Edison atau Madame Currie atau Ibnu Rusydi, dan
lain-lain. Mereka adalah orang-orang yang sarat dengan ilmu dan membawa
perubahan positif dalam urusan keduniaan.
Ternyata ilmu saja
tidaklah cukup dalam urusan dunia, Baginda Rasulullah saw mengatakan dalam
hadistnya yang terkenal “Tholabul Ilmi” atau “carilah ilmu” yang dalam konsep
agama Islam adalah mencari ilmu dengan mengharap keridhoan Allah Ta’ala. Kemudian
dorongan soal llmu ini berlanjut dengan “carilah ilmu walaupun sampai ke negri
China”, ada yang berpendapat bahwa hadist ini tergolong dho’if tetapi tetap saja mengandung
hikmah atas betapa pentingnya ilmu. Albert Einstein, Fisikawan dunia yang
terkenal itu membuat sebuah kiasan yang berbunyi “Ilmu tanpa agama BUTA dan
agama tanpa ilmu LUMPUH”.
Ilmu dan Agama, yang
pertama sarat dengan muatan duniawi dan yang kedua sarat dengan muatan ukhrowi,
dimana keduanya harus berimbang, yang satu tak boleh meninggalkan yang lain,
karena bila muatan ilmu lebih dominan dibandingkan agama, kepala kita akan
cenderung mendongak keatas, kita akan berhadapan dengan betapa pintarnya “aku”
dan betapa hebatnya “aku”. Sebaliknya bila muatan agama sangat dominan, maka
kepala kita akan lebih banyak tertunduk, kita akan berhadapan dengan
ketidakberdayaan dan ketidakmampuan dalam menyikapi hidup dan kemaslahatan,
kekuatan tipu-tipu dunia beralaskan agama akan dengan mudah termakan dan
tertelan bulat-bulat.
Nah, kembali ke
masalah diatas, kemungkinan besar apa yang terjadi disebabkan oleh kurangnya
ilmu atau kurangnya agama, atau kurang kedua-duanya. Orang beragama tidak akan
nyinyir terhadap saudaranya karena itu termasuk “ghibah” dan orang berilmu akan
menyampaikan pendapatnya dengan santun dan penuh kearifan.
Sebuah hadist dari Rasulullah
saw yang disampaikan oleh Abu Hurairah ra. dan diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan
Abu Dawud yang berbunyi “man salaka
thoriqon yaltamisu fihi ilman, sahalallahu thoriqon ilal Jannah” – “barang siapa menempuh perjalanan menuntut
ilmu, maka Allah Ta’ala akan memudahkan jalannya menuju surga”
Terakhir beberapa
hadist Rasulullah saw dan ucapan Sayyidina Ali ra tentang ilmu :
Rasulullah
saw, bersabda : ‘Siapa yang beramal tanpa didasari ilmu, unsur merusaknya
lebih banyak daripada unsur yang memperbaikinya.’
Dan beliau
juga bersabda : ‘Orang yang taat beribadah yang tak memiliki pengetahuan
tentang Tuhan, bagaikan keledai yang menggerakkan jentera.’
Dan dilain
kesempatan beliau bersabda : ‘Akan terjadi sejumlah fitnah dimana seorang
pada pagi harinya beriman namun sorenya sudah menjadi kafir kecuali orang yang
Allah hidupkan dengan ilmu.’
Sayyidina
Ali ra berkata : ‘Allah tidak mengambil janji dengan kaum yang bodoh untuk
menuntut ilmu sampai Dia mengambil janji dengan para ulama untuk memberikan
ilmu kepada kaum yang bodoh tadi. Pasalnya ilmu telah ada sebelum kebodohan.’ Selanjutnya beliau juga berkata : ‘Tegaknya agama oleh
empat hal, pertama ulama pembicara yang mengamalkan ilmunya, kedua orang kaya
yang tidak kikir dalam memberikan hartanya kepada pemeluk agama Allah, ketiga
orang miskin yang tidak menukar akhiratnya dengan dunianya, dan keempat orang bodoh
yang tidak angkuh untuk menuntut ilmu. Apabila seorang alim menyembunyikan
ilmu, orang kaya kikir dengan hartanya, orang miskin menukar akhirat dengan
dunianya dan orang bodoh tidak mau menuntut ilmu, maka dunia ini kembali mundur
kebelakang.’
Allahu’alam bissawab
Barakallahu li
walakum
ACT