Assalamualaikum wr wb...
Long time no see alias lama tak jumpa, cape juga ngikutin cerita politik yang marak akhir-akhir ini, ada ribuan versi dan terserah kita mau ambil yang mana, subhanalah...
Sebagai pengisi waktu dan alternate dari kejenuhan berita kekinian dibawah ini saya comot cerita dari Metromini News 24/09/2016 (punteun om numpang copas) yang menyajikan cerita ulama Salafus Shalihin dan saya tambahkan cerita dari Bumi Nusantara, please enjoy it......
Kisah teladan ulama salafus sholeh, AI-mam Malik (179 H) diminta Khalifah Harun Ar Rasyid untuk berkunjung ke istana dan mengajar Hadits kepadanya. Tidak hanya menolak datang, ulama yang bergelar Imam Dar Al Hijrah itu malah meminta agar Khalifah yang datang ke rumahnya untuk belajar, ”Wahai Amirul Mukminin, ilmu itu didatangi, tidak mendatangi.”
Akhirnya, mau tidak mau, Harun Ar Rasyidlah yang datang kepada Imam Malik untuk belajar. Demikianlah sikap Imam Malik ketika berhadapan dengan penguasa yang adil, semisal Ar Rasyid. Ia diperlakukan sama dengan para pencari ilmu lainnya, dari kalangan rakyat jelata. Selain itu, para ulama menilai, kedekatan dengan penguasa bisa menimbulkan banyak fitnah. Kisah ini termaktub dalam Adab As Syari’iyah (2/52).
Tidak hanya Imam Malik yang memperlakukan Ar Rasyid demikian. Para ulama lainnya pun memiliki sikap yang sama. Suatu saat, Ar Rasyid pernah meminta kepada Abu Yusuf, qadhi negara waktu itu, untuk mengundang para ulama Hadits agar mengajar Hadits di istananya.
Ada pula sebuah kisah menarik lainnya, tentang Imam Al Auza’i (157 H). Setelah memberi nasihat kepada Khalifah Al Manshur, beliau meminta izin kepada Khalifah untuk pergi meninggalkannya demi menjenguk anaknya di negeri lain. Al Manshur merasa bahwa Al Auza’i telah berjasa kepadanya, karena nasihat-nasihat yang telah disampaikan kepadanya. Akhirnya, ia ingin memberi ”bekal perjalanan” untuk ulama ini. Namun, apa yang terjadi?
Sebagaimana disebutkan dalam Al Mashabih Al Mudzi` (2/133,134), Imam Al Auza’i menolak. ”Saya tidak membutuhkan itu semua. Saya tidak sedang menjual nasihat, walau untuk seluruh dunia dan seisinya,” ucap beliau tegas.
Sungguh sebuah adab yang luar biasa.
Selanjutnya ada cerita dari Kalimantan Selatan tentang seorang Guru.
Suatu hari Sang Guru diundang oleh salah seorang muridnya untuk menghadiri acara hajatan di rumahnya. Sang Guru memenuhi undangan tersebut, memberikan nasehat dan wejangan karena diminta tuan rumah, Saat pamit pulang tuan rumah memberikan amplop yang serta merta ditolak oleh Sang Guru, kemudian tuan rumah memaksa dan mengatakan itu hanya untuk ongkos becak pulang. Akhirnya amplop tersebut diterima dan pulanglah Sang Guru dengan menaiki becak, sampai didepan rumah Sang Guru turun dari becak dan memberikan amplop tadi kepada pengemudi becak, betapa kaget pengemudi becak tersebut dan menolak amplop tersebut sambil berkata bahwa Sang Guru tidak usah bayar ongkos becaknya. Sang Guru menjawab dengan santun " Amplop ini dititipkan kepada saya untuk bapak, tidak ada hak bagi saya untuk menerimanya, ambillah ini rezeki dari Allah yang dititipkan pada tuan rumah tadi kemudian kepada saya". (konon dari cerita yang saya dapat, isi amplop itu senilai dengan 3 buah becak).
Duhai betapa indah amanah, terutama bila dipertontonkan oleh seorang Ulama.
Allahua'alam bissawab
Barakallahuliwalakum
Wassalamualaikum wr wb
ACT