Thursday, July 21, 2016

Indonesian Coal Trade

Background

TRADE comes from TRANSFER (right and payment) and DELIVERY (goods), so basically if we talking about trade that means we talking about how to transfer (right and payment) and how to delivery (the goods).
Coal trade means how to transfer and delivery the coal from the mining site to buyer site and than to make all parties safe, we go to the agreement and paper work.
There are 2 types of coal trading:
1     .       International Coal Trade
2     .       Domestic/Local Coal Trade
International Coal Trade was an open market, every body/company can play in this market, now we can see the player here from “no-name company” until the big company such as Morgan Stanley/JP. Morgan. The different just about sources (big trader go to the big miner) and volume. As an open market every body welcome to play as long as ready with the real sources and the real buyer.
Domestic Coal Market is very attractive market, good price, easy handling, no language dispute, fast and simply. Vary type needed from low to hi-calorie, usually in Lump Size, they call it “lampi” means un-crushed, not too worry about moisture but they will stare for your AFT. For sources, cilegon using Sumatra coal before (come by truck), only Indonesian Power use Kalimantan coal but now South Kalimantan still possible to come down here. The destination for domestic market spread along Java North Coast in 5 points, Cilegon, Tg. Priuk/Marunda, Cirebon, Semarang and Gresik.

The Coal
3 from 5 Big Island in Indonesia territory has huge deposit/reserve of coal, they spread in many types and many character, there are Sumatera, Kalimantan and Sulawesi. Mostly buyers from overseas was knows about Sumatera and Kalimantan, from Sumatera The Biggest producer was PT. Bukit Asam (owned by government) and from Kalimantan we can see PT. Kalimantan Prima Coal (KPC), Adaro, Kodeco, Arutmin, etc. They export from Indonesia many types, from low calorie until Anthracite. 

We can divide Coal base on geological formation as follow (in Air Dried Basis);
1.       Anthracite, calorie 8000 up
2.       Bituminus, calorie 6000 - 8000
3.       Sub Bituminus, calorie 5000 - 6000
4.       Lignit, calorie 5000 down

Base on utilization can divide as;
1.       Met Coke/Anthracite, calorie 8000 up
2.       Coking Coal/Coke, calorie 7000 - 8000
3.       Thermal Coal/Steam Coal, calorie 5000 – 7000
a.       Hi- Calorie, 6000 – 7000
b.      Middle Calorie, 5600 – 6000
c.       Low Calorie, 5100 – 5500
d.      Non-Spec

Standard Parameter for Premium Steam Coal (key point to price adjustment)

Coal Type
Calorie
TM/Moisture
Ash
Sulfur
Hi-Calorie
6000-8000
10 – 18%
10 – 12%
1%
Middle Calorie
5600-6000
25 – 34%
10 – 12%
< 1%
Low Calorie
5100-5500
35 – 39%
6 – 10%
< 1%


The Prospect

For International, the market influenced by International Index, they price will up and down depend on International issue, politics and movement of the Market Leader. Now the big buyer is China and the most influence index is Newcastle Index (Australia), they both can control and play as the market leader.
In trading, International Trade will make around US$ 5 (minimum) in single shot (shipment) for minimum 30.000 MT and 1 month turn over.

For Domestic, attractive but need more control, most of the local buyer want to “Franco buyer site” method, that’s mean we have to assist and guard the coal from the mining site to the buyer site. The margin more attractive than export, we can make US$ 5 – 10 in single shot but just for 8.000 MT and 1 month turn over.

As long as we have the real buyer and not just 1 buyer, we can make the margin double or triple base on our equity and buyer capability, for both International and Domestic Market.

The Sources


As the player in this market for the last 5 years, we have many reliable sources, not just from Kalimantan (South and East) we have connection to few mine in South Sumatra and Bengkulu also. The classic problem in this trade is the miners always ask for cash and the buyer always want to pay with LC or SKBDN. So as a trader, if we can bridge the gap, we just look for the matching price to make a deal.

Ardi Ch Tamin (2008 - 2013)

Pelajaran tentang Khilafiyah dari Hasan Al Banna

Assalamualaikum Wr. Wb.

Hasan Al-Banna punya sebuah majelis taklim. Majelis ilmu itu dilaksanakan di sebuah masjid pada malam hari. Jama'ah pengajian itu semakin hari semakin membludak saja. Maklum, tutur kata ustadz muda itu begitu menyentuh jiwa.
Suatu hari, Hasan Al-Banna merasakan adanya nuansa aneh di majelis taklimnya. Jama'ah pengajiannya duduk berkelompok. Ada dua kelompok besar. Masing-masing mengambil jarak. Sebelum lagi Hasan Al-Banna memulai acara taklimnya, tiba-tiba sebuah pertanyaan mengejutkannya. Sebenarnya nada pertanyaan itu datar saja, tapi hati Hasan Al-Banna yang begitu peka menangkap sebuah pesan yang besar dalam pertanyaan itu.
"Bagaiman pendapat ustadz mengenai tawassul?"
Sang guru yang ditanya terdiam sejenak. Ditatapnya si penanya. Disapunya satu per satu hadirin yang menatapnya dengan raut wajah menunggu.
"Wahai saudaraku," sapa Hasan Al-Banna jernih kepada si penanya. "Saya yakin engkau tidak hanya bertanya tentang tawasul saja. Engkau juga ingin bertanya tentang membaca salawat setelah azan, membaca Al Kahfi di hari Jumat, mengucap kata sayyidina dalam tasyahud, juga tentang membaca Alquran yang pahalanya ditujukan untuk mayit seseorang."
Jama'ah majelis taklim itu kaget. Guru mereka bisa membaca isi pikiran mereka. Dan Hasan Al-Banna memang sengaja mengungkap beberapa masalah khilafiyah yang sedang mereka ributkan. Masalah itulah yang membuat murid-muridnya duduk berkelompok-kelompok.
"Ya, benar. Saya memang ingin jawaban tentang itu semua," ujar si penanya tadi.
Hasan Al-Banna menatapnya lembut. "Wahai saudaraku, saya ini bukan ulama. Hanya guru biasa yang hafal sebagian ayat-ayat Alquran, hadits, dan hukum-hukum agama yang saya baca dari beberapa kitab, lalu saya mengajarkannya kepada kalian. Jika engkau membawaku keluar dari lingkup itu, berarti kalian telah membuatku mengalami kesulitan," ungkap Hasan Al-Banna jujur.
"Oleh karenanya, jika apa yang akan saya katakan dapat memuaskanmu, itulah yang saya inginkan dan silakan dengarkan. Namun, jika engkau menginginkan jawaban dan pengetahuan yang lebih luas, maka tanyakanlah kepada selainku. Tanyakan kepada para ulama yang ahli. Merekalah yang mampu memberikan fatwa kepadamu mengenai apa yang engkau inginkan itu. Adapun saya, hanya inilah kapasitas keilmuan yang saya miliki. Allah tidak membebani seorang hamba melainkan sebatas kesanggupannya," lanjut Hasan Al-Banna.
Rupanya, ungkapan merendah Hasan Al-Banna itu berhasil mencairkan suasana kaku yang tercipta di antara hadirin. Mereka tampak lega dengan apa yang dikatakan guru mereka. Melihatnya, diam-diam Hasan Al-Banna bertahmid kepada Allah swt. Nalurinya sebagai pendidik tergugah. Ini saat yang tepat untuk memberi pelajaran yang lebih kepada murid-muridnya.
"Wahai saudaraku sekalian, saya sebenarnya tahu betul kemana arah pertanyaan tadi. Kalian ingin tahu saya ini termasuk kelompok Syeikh Musa atau Syeikh Sami. Ketahuilah, hal ini sama sekali tak bermanfaat bagi kalian. Kalian sudah tenggelam dalam iklim fitnah selama selama delapan tahun ini. Itu sudah cukup, " ucap Hasan Al-Banna memecah di keheningan masjid.
"Masalah-masalah yang kalian perselisihkan sebenarnya sudah diperselisihkan oleh kaum muslimin selama ratusan tahun lamanya. Dan mereka masih saja berselisih. Meski demikian Allah swt. tetap ridha apabila kita saling mencintai dan saling menjalin persatuan. Allah swt. benci apabila kita berselisih dan berpecah belah. Oleh karena itu, saya berharap, kalian bisa berjanji kepada Allah untuk meninggalkan persoalanpersoaalan semacam ini sekarang. Lalu kita bersungguh-sungguh untuk bersama-sama mempelajari dasar-dasar agama dan kaidah-kaidahnya, mengamalkan anjurananjuran agama yang kita sepakati bersama, serta kita amalkan kewajiban-kewajiban dan sunah-sunahnya sekaligus. Kita tinggalkan sikap takalluf (mengada-ada) dan ta'ammuq (terlalu dalam menyelami persoalan) agar jiwa kita jernih. Dengan begitu, kita semua bisa mempelajari berbagai persoalan dalam naungan rasa cinta, saling percaya, persatuan, dan keikhlasan. Saya berharap agar kalian dapat menerima pendapatku ini dan agar hal ini menjadi suatu janji di antara kita," tutur Hasan Al-Banna panjang dan mendalam.
Semua terdiam. Tampaknya mereka butuh contoh konkret atas uraian tadi. Hasan Al-Banna kembali menghentak keheningan itu.
"Siapa di antara kalian yang bermazhab Hanafi?"
Seseorang mengacungkan jari.
"Kemari!"
"Siapa di antara kalian yang bermazhab Syafi'i?"
Satu orang lagi maju, mendekat ke guru muda itu.
"Saya akan shalat dan mengimami kedua saudara kita ini," kata Al-Banna kepada jama'ah majelis taklimnya.
"Apa yang kamu lakukan saat saya sedang membaca Al-Fatihah?" tanya Hasan Al-Banna kepada muridnya yang mengaku bermazhab Hanafi.
"Saya akan diam saja dan tidak membaca apa-apa."
"Saudaraku yang bermazhab Syafi'i, apa yang kamu lakukan?"
"Saya tetap harus membaca AlFatihah!" jawabnya tegas.
Hadirin mendengar jawaban kedua itu. Hasan Al-Banna kembali melemparkan pertanyaan. "Jika kita telah selesai shalat, bagaimana pendapatmu, wahai saudaraku yang bermazhab Syafi'i, tentang shalat saudaramu yang bermazhab Hanafi?"
"Shalatnya batal karena tidak membaca AlFatihah yang merupakan salah satu rukun shalat."
Hasan Al-Banna melontarkan pertanyaan yang sama ke murid yang satunya lagi. "Lalu bagaimana pendapatmu, wahai saudaraku yang bermazhab Hanafi tentang shalat saudaramu yang bermazhab Syafi'i?"
"Ia telah melakukan tindakan makruh yang bersifat haram." Mendengar kedua jawaban itu, Hasan Al-Banna segera mempertajam pertanyaannya. "Apakah karena alasan itu salah seorang dari kalian mengkafirkan yang lain?" "Tidak!" jawab keduanya cepat.
Hasan Al-Banna kemudian berpaling ke seluruh hadirin. "Apakah ada di antara kalian yang mengkafirkan satu dari mereka karena bacaan Al-Fatihahnya?"
"Tidak," kata seluruh jamaah majelis taklim tegas.
"Aduhai, Maha Suci Allah. Kalian bisa diam dan memaklumi permasalahan seperti ini padahal ini menyangkut sah atau batalnya shalat. Tapi, mengapa kalian berselisih tak kunjung usai hanya karena ucapan Allahumma shalli `ala Muhammad atau Allahumma shalli `ala sayyidina Muhammad dalam tasyahud?"
Jama'ah majelis taklim itu tercengang. Ya, mengapa mereka bisa terjebak dalam perselisihan yang tak perlu. Dan logika sederhana guru mereka telah membongkar tempurung yang menutupi cakrawala berpikir mereka selama ini.

Malam itu mereka mendapat pelajaran yang sangat berharga dari guru mereka, Hasan Al-Banna. 

by Tedy Ramadanus - FO sabili

Semoga Bermanfaat
Barakallahu li walakum
Wassalamualaikum Wr. Wb

Sholat (wala dzikrullahi Akbar)

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah Subhanahu Wata'ala. Kita memuji, memohon pertolongan dan meminta ampun kepadaNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri dan keburukan amal perbuatan. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah Subhanahu Wata'ala maka tidak ada yang bisa menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan oleh Allah maka tidak ada yang bisa menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba dan RasulNya.

Marilah kita sholat sesuai dengan tata cara Rasulullah Shallallahu'alaihi Wassalam , sholat berdasarkan dalil shahih jauh dari penyimpangan dan sholat yg tidak ada tuntunannya.
Allah Tabaroka wata'ala berfirman: "Jika kalian saling berselisih dalam sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan rasul-Nya" yakni kembali ke kitabullah dan sunnah nabi.


Allah subhaanahu wa ta’aala berfirman dalam surat At Taubah :
] فإن تابوا وأقاموا الصلاة وآتوا الزكاة فإخوانكم في الدين [.

"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu ) adalah saudara saudaramu seagama.” ( QS. At Taubah, 11 ).


Dan dalam surat Maryam, Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
] فخلف من بعدهم خلف أضاعوا الصلاة واتبعوا الشهوات فسوف يلقون غيا إلا من تاب وآمن وعمل صالحا فأولئك يدخلون الجنة ولا يظلمون شيئا [.
"Lalu datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal shaleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak akan dirugikan sedikitpun.” (QS. Maryam, 59-60 )“


Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiallahu‘anhu, bahwa Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :
" إن بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة ".


“Sesungguhnya (batas pemisah) antara seseorang dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim, dalam kitab al iman )



Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat". 

Barakallahu li walakum
Wassalamualaikum Wr. Wb

Sejarah

  Bismillahirrahmanirrahim… Sejarah Sejarah adalah cerita tentang masa lalu, bisa jadi tentang kebaikan atau keburukan, kemegahan atau k...