Assalamualaikum wr wb…
Happy Sayyidul Aayyaam
Long time no see, Alhamdulillah……
setelah sekian lama tidak menulis, insya Allah hari ini saya coba untuk
menuliskan diskusi dalam kepala yang telah berlangsung beberapa hari ini. Allahuma
Shalli alaa Sayyidina Muhammad wa alaa ali Sayyidina Muhammad. Amma ba’du..
Inside The Human Body (in other perspective)
Beberapa bulan lalu kita telah
membahas mengenai sebab musabab penciptaan manusia dan hal ikhwal maksud serta
tujuan penciptaan tersebut secara sederhana dalam judul “Quo Vadis”. Tulisan dibawah ini mencoba untuk mengupas
manusia dari perspektif yang berbeda dari yang selama ini kita kenal karena
mencoba mengungkap bahasa tasawuf dalam bobot
yang ringan.
Sehubungan dengan debat dalam
kepala saya yang telah berlangsung dalam beberapa hari ini, maka saya akan coba
berbagi sebelum hilang ditelan masa. Semoga bermanfaat.
Tubuh manusia terdiri dari bagian
yang kasat mata dan tidak kasat mata yang boleh juga kita bagi menjadi Visual
dan Spriritual. Bila boleh kita bagi lagi maka visual atau Human Body akan terdiri dari jasad dan qalbu, kenapa dibedakan? Bukankah
qalbu juga termasuk jasad?. Jawabnya karena
qalbu adalah sebongkah daging sebagaimana dinyatakan dalam hadist “Sesungguhnya
dalam tubuh anak Adam itu ada sebungkah daging bila baik ia niscaya baiklah
seluruh anggotanya dan bila jahat ia niscaya jahatlah seluruh anggotanya.
Ketahuilah itu adalah Qalbu.” (Bukhari & Muslim) akan
tetapi ilmu pengetahuan manusia belum bisa menentukan dimana daging itu
sesungguhnya. Para masyaikh memberikan arahan bahwa letaknya 2 jari dibawah puting
dada kiri.
Mengenai jasad sudah kita
pelajari sejak dari Sekolah Dasar dan semua saya yakin sudah khatam, yang akan
kita bahas sekarang adalah qalbu. Sebagai bagian dari jasad walau belum
ditemukan maka qalbu hendaknya adalah sebuah wadah, semacam Motherboard pada komputer
yang didalamnya terpasang berbagai macam peralatan dan purwarupa untuk
menjalankan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan. Apa saja yang sudah terpasang
pada qalbu? Untuk itu kita coba membedah ilmu para mutasowwif yang memang
dikenal dekat dengan pengetahuan tentang ini.
Ada 4 hal dasar dalam tasawuf
yang harus diajak berdamai/berteman, masing-masing adalah Qalbu, Ruh, Akal dan
Nafs oleh karena masing-masing mendapatkan pelatihan atau maintenance yang
dinamakan “latifa” berupa zikir yang ditujukan untuk menservice peralatan
tersebut.
Qalbu, kalau sepakat maka tadi kita sudah setuju bahwa peralatan
ini berbentuk nyata hanya saja belum ditemukan, berfungsi sebagai motherboard
atau pusat segala aktifitas manusia, sehingga bilamana terjadi error didalamnya
otomatis manusianya juga akan error.
Ruh, Akan ditanya akan engkau hai
Muhammad tentang ruh; Katakan olehmu Ruh itu adalah daripada urusanTuhanku.”(Al-Isra’ : 85) sehubungan dengan ayat ini, jelas
bahwa kita tidak diberi kemampuan untuk menjelaskan masalah ini, akan tetapi
bila dianalogikan dengan komputer maka ini adalah batere CMOS pada motherboard
yang menjaga aplikasi jam dan lain-lain tetap hidup walaupun power computer sudah
dimatikan.
Nafs, adalah perangkat yang berhubungan dengan semangat (passion) sangat rentan dan rapuh
sehingga harus dirawat sedemikian rupa, kebanyakan kita mengenal nafs dalam
bentuk nafsu dengan konotasi negative, padahal sesungguhnya tidaklah demikian,
nafs akan tergantung pada program atau aplikasi yang terpasang sehingga dia
bisa sangat baik dan bisa pula sangat jahat, analogy pada computer adalah booster.
Aqli, atau akal adalah perangkat
purwarupa dengan kecanggihan yang luar biasa, bertindak sebagai O/S atau operating system yang memerintahkan otak
dan seluruh syaraf motorik manusia, namanya juga dipakai umum untuk menjelaskan
prosessing yang ada dalam otak manusia, memiliki sensor yang tak terhingga dan
mampu mencerna serta memproses segala yang terjadi disekitarnya sekaligus mampu
merespon dalam hitungan yang lebih cepat dari cahaya. Otak manusia hanyalah
salah satu alat proses yang berada dalam kendali akal.
Kita telah mendefinisikan qalbu
serta bagian-bagiannya, ketidakmampuan ilmu pengetahuan manusia saat ini untuk
menemukan qalbu secara fisik membuat semuanya menjadi “gaib”. Qalbu adalah
milik Allah ta’ala, oleh karenanya kita selalu berdoa agar qalbu tidak dicondongkan pada kesesatan setelah mendapatkan petunjukNya (Rabbana latudzigh qulub anna ba'daits hadaitanna), kemampuan yang diberikan pada kita
hanya merawat, melatih dan memeliharanya dengan baik. Karena dia milik Allah ta’ala dan bukan milik
kita, bagaimana mungkin kita mampu memanage-nya.
Selanjutnya
kita akan membahas mengenai aplikasi dasar yang sudah di install atau terpasang pada qalbu sebagai aplikasi/program dasarnya.
Baginda Rasulullah saw pernah menerangkan (mohon maaf saya lupa hadistnya)
bahwa setiap lahir anak adam maka Allah ta’ala memberikan 4 anugerah
kepada manusia yang disebut arba'a jawahid yaitu;
1. Aqli atau Akal (nama aplikasinya sama dengan alatnya)
2. Addien atau Agama
3. Haya atau Rasa Malu
4. Amal Saleh
Ke empat Anugerah itu akan rusak bahkan hilang sama sekali akibat dari 4 hal pula;
1. Marah, dapat merusak Akal
2, Hasud, dapat merusak Agama
3. Tamak, dapat merusak Malu
4. Bodoh, dapat merusak Amal Saleh
Empat aplikasi pertama sudah otomatis ter install sejak manusia lahir, dalam perjalanan hidupnya sang manusia akan melakukan pemasangan/install berbagai macam aplikasi dan program yang diantaranya ternyata merupakan virus/Trojan yang dapat merusak bahkan menghancurkan aplikasi dasarnya.
1. Aqli atau Akal (nama aplikasinya sama dengan alatnya)
2. Addien atau Agama
3. Haya atau Rasa Malu
4. Amal Saleh
Ke empat Anugerah itu akan rusak bahkan hilang sama sekali akibat dari 4 hal pula;
1. Marah, dapat merusak Akal
2, Hasud, dapat merusak Agama
3. Tamak, dapat merusak Malu
4. Bodoh, dapat merusak Amal Saleh
Empat aplikasi pertama sudah otomatis ter install sejak manusia lahir, dalam perjalanan hidupnya sang manusia akan melakukan pemasangan/install berbagai macam aplikasi dan program yang diantaranya ternyata merupakan virus/Trojan yang dapat merusak bahkan menghancurkan aplikasi dasarnya.
Analogi
diatas tidak bermaksud untuk menyamakan ciptaan Allah Ta’ala yang Maha Sempurna
dengan ciptaan manusia, semata-mata hanya sebagai sarana mempermudah pemahaman saja.
Rasanya sudah
terlalu panjang, sebelum pembaca menjadi bosan akhirul kalam, Allahu’alam
bissawab.
Barakallahuli walakum……Wassalamualaikum
wr wb
ACT